Diselimuti Rasa Pahit

1.2K 247 4
                                    

Semilir angin menemani Sukuna yang duduk sendirian di teras rumahnya. Seorang pelayan yang selama ini ia sembunyikan datang membawa beberapa kue manis peneman minum teh. Ia pergi setelah memberikan tuan besarnya makanan tersebut.

"Kenapa aku terus-terusan meminta Uraume menyiapkan semua ini"

Sukuna bimbang, tak biasa ia termakan perasaan kalut begini. Apa semua ini karena pertemuannya dengan pemuda itu lagi ?

Aroma teh hijau sedikit menenangkan isi pikiran Sukuna, disesapnya sedikit demi sedikit teh tersebut, rasa pahit menyapa lidah walaupun ia sudah memakan kue manis sebelumnya.

Rasa pahit itu mengingatkannya pada kematian si teman kecil. Tubuh kecil yang belum sempat merasakan dunia dan umur panjang. Apakah di kehidupan kali ini ia akan takut melihat tubuh asli sang kutukan, atau sama seperti dulu.

Sukuna mengangkat keempat telapak tangannya, menatap kosong tangan yang selama ini ia gunakan untuk menghabisi nyawa orang lain. Sampai kapan ini berakhir, mungkin suatu saat nanti jika orang-orang tak lagi mempercayai dirinya, ia akan lenyap.

Hari ini Satoru tak datang menemui sang kutukan. Entah apa yang terjadi, tapi anak itu memang akan pergi ke hutan beberapa kali dalam seminggu atau bahkan dua minggu.

Sukuna menoleh ke arah lain tatkala mendengar langkah kaki seseorang mendekat. Tidak, ia bisa pastikan kalau yang datang kali ini bukanlah Satoru atau manusia yang ingin bersekutu dengannya.

Sukuna langsung merubah tubuhnya seperti manusia biasa. Instingnya begitu cepat ketika ditegur pasal teman lamanya.

"Sukuna !" panggilnya dari depan pintu. Cepat-cepat Sukuna beranjak menuju pintu, menggeser pelan dan mendapati si teman lama bersimbah darah, lagi.

"Megumi ?! Apa yang terjadi ?" dibawanya tubuh kurus itu masuk ke dalam rumahnya. Membaringkan Megumi di atas alas tidurnya.

Baju yang robek di beberapa tempat, banyak darah segar mengalir dari tubuhnya dan juga banyak bekas luka lebam hantaman benda tumpul di beberapa bagian.

"Bunuh aku" tak lama air mata jatuh dari mata indahnya. Megumi menangis, ia meremat kimono milik Sukuna kuat. Sukuna hanya linglung, ia tak tau apa yang baru saja terjadi pada pemuda tersebut.

"Kumohon bunuh aku"

Tidak, memang benar dalam sejekap Sukuna bisa membunuh Megumi, tapi mana mungkin ia membuat masa lalu terulang kembali. Sukuna tak mau Megumi mati, mereka baru saja di pertemukan, ia tak mau masa lalu terulang kembali.

"Diamlah, aku akan membersihkan dan mengobati lukamu" Sukuna bangkit, ia keluar dari kamar, seperti menunggu sesuatu datang ke tempatnya.

Tak lama seekor burung kecil muncul di hadapannya, burung itu berubah menjadi wujud manusia dengan rambut berwarna putih dan plum sependek bahu. Burung itu adalah Uraume, si pelayan setia kutukan Ryomen Sukuna.

Ia berlutut menumpu satu tangannya di sana.

"Ada apa Sukuna-sama ? Apa terjadi sesuatu hingga Sukuna-sama memanggil hamba kemari ?" tanyanya begitu sopan.

"Bantu aku menyembuhkan seorang manusia" matanya sedikit melebar mendengar sang tuan besar mengatakan hal tak terduga, namun ia tak bisa mengatakan apapun, perintah Sukuna adalah mutlak.

Uraume meminta izin masuk dan menemui Megumi. Ketika ia terbang melewati sebuah desa, ia tak sengaja juga bertemu pemuda itu. Mungkin ia akan melaporkan itu nanti ketika mereka selesai mengobati luka Megumi.

"Ada beberapa luka yang harus di jahit, ini akan sangat menyakitkan" Sukuna menatap Megumi yang terus menahan rasa sakit. Daripada nyawa Megumi kembali melayang, sebaiknya ia mengikuti apa kata pelayannya.

Evanescent [SukuFushi]✔Where stories live. Discover now