Mencoba bangkit

1.2K 213 2
                                    

Iris biru gelapnya fokus memperhatikan air yang mengalir di sungai, sedaritadi ia enggan beranjak dari tepian batu yang di duduki. Kepalanya terus memutar ingatan kelam tatkala teman-temannya mati terbunuh penyihir.

Masih tercetak jelas ucapan sang penyihir di kepalanya. Tanda yang ada di tubuhnya adalah tanda kutukan, pasti salah satu kutukan telah menandainya dan siap mengambil nyawa Megumi.

Dan lagi ia tau betul siapa kutukan yang si penyihir sebutkan. Sukuna lah orangnya, pemuda baik yang membatu Megumi menyembuhkan luka.

Megumi bimbang, kenapa semuanya jadi kacau dalam sekejap. Keluarga dan teman-teman mati terbunuh, desanya telah hangus terbakar, sekarang ia hanya sebatang kara.

"Megumi" panggilan itu sedikit membuatnya tersentak. Di arah kannya pandangan ke asal suara, kemudian kembali menatap aliran air di bawahnya.

"Mau ?" tawar si surai merah muda sambil menyodorkan piring berisi beberapa kue manis. Megumi menggeleng, bibir pucatnya tersenyum kecut.

"Bagaimana lukamu ?" tanya Sukuna.

"Kenapa kau begitu baik ?" Sukuna mengernyit kala pertanyaannya di balas pertanyaan.

"Aku tidak punya alasan untuk itu"

"Bohong" Megumi tertawa meremehkan.

"Mana mungkin kutukan sebaik ini" matanya melebar seusai Megumi berucap. Bagaimana pemuda itu bisa tau jati diri Sukuna, padahal selama ini ia sudah menyembunyikan dari Megumi.

"Kau tau ? Semua orang di desaku mati. Seorang penyihir menghabisi mereka tanpa ampun, hanya aku yang selamat" wajah Megumi kian menunduk sembari bercerita.

"Bahkan Yuuji mati demi melindungiku, temanku sendiri mati di hadapanku dan aku tidak bisa melakukan apapun" Megumi menjambak rambutnya, ia begitu frustasi mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Kejadian tragis yang melenyapkan kehidupannya.

"Kenapa ? Jika kau tidak menandaiku aku sudah mati bersama mereka, hidupku sudah hancur. Kau melakukan ini demi menyiksaku kan ?" Sukuna hanya memperhatikan tanpa ada niat membalas, ia tidak tau hubungan manusia seperti apa, yang ia tau hanya saat Megumi mati di hadapannya waktu itu.

"Mereka semua di bunuh karena ada kabar yang mengatakan kalau semua penduduk telah bersekutu dengan kutukan. Apa kau senang banyak orang yang mati karenamu ?" air mata Megumi lolos dari pelupuk matanya. Ia tak sanggup menahan rasa sakitnya lagi. Semua di ambil dalam sekejap, Megumi belum siap.

"Katakan sesuatu !" Sukuna menarik tangan Megumi, membenamkan kepala Megumi di depan dada bidangnya, ia membawa manusia yang sedang kesakitan itu ke pelukannya.

Bibirnya belum berkata apapun, ia hanya diam. Megumi tak menolak, ia hanya menutup mata dan terus berusaha menghentikan tangis, namun itu lebih sulit dari yang ia duga.

Sukuna membaringkan tubuh Megumi di futon miliknya, pemuda itu tertidur setelah meluapkan emosinya, pasti ia lelah.

"Sukuna" panggil seseorang.

Si kutukan menoleh kala suara yang ia hafal menyebut namanya lagi.

"Satoru, kau masih hidup ?" tatapan Satoru begitu kosong, seolah kehangatan telah di renggut paksa darinya.

Sukuna beranjak menghampiri Satoru yang mematung di depan pintu, meninggalkan Megumi yang tertidur sendirian.

Si iris biru kristal memandangi Sukuna, tak ada ekspresi menjengkelkan seperti dulu. Wajahnya begitu kaku dan hampa.

"Bagaimana kau bisa bertahan Satoru ?"

"Yuuji. Kau ingat anak berambut merah muda sepertimu ?" semula ia menyipitkan mata seraya mengingat, lalu mengangguk.

Evanescent [SukuFushi]✔Where stories live. Discover now