16. VIRGILIO DARREND (2)

2.4K 413 175
                                    

V kembali ke rumah dengan pikiran yang kian kacau. Jejak air mata masih membekas di bawah binar kehitaman mata nya. Jika di ibaratkan mayat hidup, seperti itulah V sekarang. Jujur, V takut untuk mengatakan bahwa ia telah dipecat sebagai pembalap. Sungguh, V takut Jennie pergi meninggalkan nya dan membawa Sharon dan Shannon juga. Tak sanggup rasa nya jika itu benar terjadi. V menyesal, telah menerima tawaran menjadi pembalap. Andai saja, dulu ia tidak terburu-buru melamar Jennie sebelum mendapatkan pekerjaan yang layak, mungkin ketakutan ini tak akan pernah ada.

Setelah bus yang ditumpangi nya sampai di depan rumah, V begitu terkejut. Pasal nya, beberapa orang berbadan besar tengah mengerumuni Jennie dan anak-anak nya. Lantas, V mengambil langkah panjang untuk menghampiri pria-pria tersebut. "What's up, Dude? Look! My wife and my childrens are scared." Ujar V yang langsung memeluk Jennie dan kedua anak nya.

"Kami akan menyita mobil mu, karena kau sudah tak lagi membayar pajak."

"Hei, bagaimana bisa begitu? Mereka belum menggaji ku jadi bagaimana aku membayar nya?"

Pria itu terkekeh. "Itu urusan mu, saya hanya melakukan apa yang di tugaskan!" Dengan kasar, pria itu merebut kunci mobil yang sedari tadi Jennie, hingga membuat Jennie sedikit meringis.

"Hei, jangan kasar! She is my wife!"

"So? I need the key, and they key was kept by your wife! Get loss!" Setelah itu, pria-pria berbadan besar tersebut meninggalkan V dan keluarga nya.

"Dad, kenapa paman itu memarahi kita dan mengambil mobil Daddy?" Tanya Shannon polos.

"Iya V, kenapa mereka mengambil mobil kita?" Jennie yang masih menangis pun bertanya, ia masih tidak paham dengan situasi ini.

V menghela nafas, kemudian berjongkok menyesuaikan posisi nya dengan Sharon dan Shannon, kemudian ia mengusap kepala mereka dengan sayang, "Sharon dan Shannon tenang saja, ini bukan masalah besar, kok. Sekarang sudah malam, sebaiknya kalian tidur, ya?" Ucap V lembut.

"Iya, Daddy." Mereka menurut untuk segera pergi ke kamar dan tidur.

Kini tinggalah Jennie yang menanti penjelasan dari V. Wanita itu mengusap air mata nya kala V menarik nya untuk masuk ke dalam rumah. Melihat tatapan V yang redup, Jennie yakin ada sesuatu besar yang terjadi pada V. "Kenapa V?" Pria itu masih saja diam dengan kepala yang sedikit menunduk. "Apa yang terjadi? Katakan pada ku." Ucap Jennie bergetar.

"Sayang." V meraih tangan Jennie dan menatap nya dengan sorot putus asa. "Maafkan aku Jen." Lirih nya.

"Maaf apa? Apa yang terjadi V?"

"A-aku, aku di pecat." V masih menatap sang istri yang kini bungkam dengan ekspresi terkejut. "Pria tua itu menemukan pengganti ku yang baru."

"L-lalu?"

"Aku sudah tidak punya pekerjaan."

"Lantas bagaimana dengan masa depan anak-anak kita V?"

"Hei, jangan menangis." V meraih tubuh Jennie untuk ia peluk. "Jangan khawatir sayang, aku pasti mencukupi kebutuhan kalian, hanya saja aku ingin kalian sedikit bersabar. Sekarang kita sedang berada di bawah, tapi bukan berarti semua nya selesai Jen, aku akan bekerja keras untuk memutar kembali roda kehidupan kita seperti semula. Aku harap kau bersabar sayang."

Jennie melepas pelukan dari V. "Tapi biaya sekolah mereka tinggi dan tidak bisa di nanti-nanti V, aku--"

"Apa kau akan meninggalkan ku Jen?" Tanya nya putus asa.

"Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Kesengsaraan ku kini ada di depan mata Jen, aku takut kau pergi membawa anak-anak kita."

ONE SHOOT || TAENNIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang