29. BACKSTREET

2.7K 404 280
                                    


"Kenapa harus backstreet?"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Dalam lingkar pertemanan, sudah tak asing lagi bukan jika salah satu diantara mereka memiliki rasa yang pada akhirnya menutut untuk keluar dari zona pertemanan? Ya, itu memang hal biasa. Dan benar bahwasanya, jatuh cinta bukanlah hal yang salah. Pada siapa dan bila waktunya, itu rahasia Tuhan.

Namun, jatuh cinta pada teman terkadang dibuat sulit oleh beberapa alasan dan juga keadaan. Entah itu demi menghargai pertemanan, atau mereka yang memang terpaksa merahasiakan hubungan demi kepentingan.

"Kita backstreet aja ya?"

"Ha, kenapa harus backstreet?"

"Aku punya alasan."

"Apa?" Gadisnya bertanya dengan nada heran.

Sang kekasih yang bernama Tirta Argantara menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Pria itu tak mengeluarkan suara, hanya diam menatap gadis cantiknya dengan tatapan datar. Sorotnya memang begitu sejak lahir. Sama halnya dengan arti dari namanya, Tirta itu dingin, seperti air.

"Kamu malu pacaran sama aku?" Kontan saja sang gadis berpikir demikian karena melihat kekasihnya tetap bungkam.

"Bukan gitu Je," Tirta tak tahu harus menjelaskan bagaimana, ia tak pandai merangkai kata.

Jesselyn Camelia Rahartta, gadis manis yang selalu ceria itu berdecak samar lalu membuang pandangan. Merasa sedikit kecewa. "Anterin aku pulang sekarang. Aku cape, pengen istirahat."

"Aku belum selesai bicara Je."

"Terus kenapa diem aja?"

"Kamu marah?" Tirta balik bertanya.

"Aku pengen pulang."

"Kamu marah?"

"Buat apa marah?" Jesselyn tersenyum tipis.

"Maaf."

Gadis itu menghela nafas, menepuk bahu lebar kekasihnya lalu berkata, "yaudah kalo kamu emang mau kita backstreet, aku setuju. Apapun alasannya, mungkin itu demi kepentingan kamu."

Tirta jelas sedikit tersindir oleh kalimat Jesselyn, namun ia tak mau memperpanjang hal itu. "Kamu serius?" Pertanyaannya hanya dibalas oleh anggukan. "Makasih."

Jesselyn kembali menghela nafas, Tirta tak ada romantis-romantisnya jadi lelaki. Jangankan memeluk atau mengucapkan kalimat cinta, memanggil dengan kata sayang saja sepertinya berat untuknya. Tirta itu sangat berbeda. Dia membosankan, namun sialnya Jesselyn jatuh cinta pada pesona serta kepribadiannya yang sedingin es di kutub Utara.

***

Kelas Jesselyn sudah berakhir lima belas menit lalu, namun gadis itu enggan meninggalkan kelas sebab hujan tengah mengguyur kota. Gadis itu juga lupa membawa pakaian hangat untuk melindungi tubuhnya dari dingin yang menusuk lapisan epidermisnya.

"Je!"

Jesselyn hanya bergumam sebagai balasan. Matanya tiba-tiba terasa berat.

"Ayo nyusul yang lain ke ruang musik, disana udah pada kumpul." Ajak Rossa yang mulai bosan berada didalam kelas. "Gue laper Je, Jimmy bawa makanan banyak katanya. Ayo ke sana." Gadis kacamata itu merengek pada sang sahabat.

ONE SHOOT || TAENNIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang