Chapter 6 ♗

1K 189 53
                                    

Senyum Kecil (3)

⧫︎ ⧫︎ ⧫︎

Alister menempatkan sebuah kayu halus mengilap berongga di atas paha Valias. Meletakkan piring berhidangkan daging dan sayuran seperti yang Valias lihat kemarin besertakan pisau dan garpu-nya. Tidak ingin membiarkan dirinya berlama-lama satu ruangan dengan pelayan tua arogan itu Valias mulai melahap suap persuap makanan yang disajikan untuknya.

"Apakah kau tau Raja orang seperti apa?"

Valias memutuskan untuk mengajak Alister bicara setelah dia menyelesaikan santapannya. "Raja Chalis memiliki dua putra dan satu putri. Saya mengusulkan agar tuan muda mengikuti gerak-gerik tuan muda Danial jika tuan muda merasa gugup tentang undangan itu," senyum Alister.

Valias baru setahun bergabung dengan keluarga bangsawan. Dan ketidaksukaannya kepada bangsawan membuatnya kekurangan pengetahuan dan pengalaman dalam menghadiri acara formal seperti itu. Alister mencoba mengamati ekspresi tuan muda tertua keluarga bangsawan yang dia layani. Anak laki-laki berumur delapan belas tahun tahun itu tidak terlihat gugup sama sekali. Wajah datarnya tidak menunjukkan perubahan. "Tidak perlu mencemaskanku. Aku akan bersikap mengikuti alur di sana."

Oh?

Alister tidak menduga jawaban main-main seperti itu. Alister tidak tahu hal apa yang akan menanti tuan muda di hadapannya, tapi Alister menantikan pertunjukan baru yang akan tuan mudanya tunjukkan padanya.

Bahkan jika tikus pendiam ini menimbulkan masalah aku hanya akan menonton semuanya seperti biasa.

Valias merasakan tengkuknya merinding.

Aku merasa merinding tiba-tiba.

"Kalau begitu saya akan kembali besok pagi. Semoga tuan muda bisa beristirahat dengan baik," Alister tersenyum.

"Hm."

Alister memamerkan senyum dan pergi. Valias benar-benar tidak tertarik dengan pergerakan orang tua itu. Sebelum dia tersadar, ruangan sudah menjadi lebih gelap dari sebelumnya dan pintu tertutup sepenuhnya. Keesokan harinya, Alister kembali dan mengurusi urusan paginya. Valias sempat terpikirkan untuk melakukan segalanya sendiri—kecuali menyiapkan air mandi—tapi Alister hanya memamerkan senyum palsunya dan Valias mulai menyerah dengan pemikiran itu.


Mendapat bantuan juga tidak buruk.

Yang sebenarnya konyol karena daripada bantuan sebutan yang lebih tepat adalah dilayani. Dan Valias tidak tahu bahwa dia sebenarnya bisa menyuruh Alister berbagai pekerjaan yang mungkin bahkan tidak terpikirkan di benaknya dan Alister akan mengerjakan semuanya dengan sepenuh hati.

Valias kembali ke ruang baca. Melakukan apa yang dia lakukan kemarin. Kali ini bersama Alister.

Alister tidak meninggalkan sisinya sejak tadi pagi. Bahkan ketika Valias bilang bahwa Ia ingin sendiri pun Alister akan memamerkan senyum seolah senyum itu adalah satu-satunya hal yang bisa dia banggakan, dan mengabaikan semua perkataan Valias.

"Boleh saya bertanya, apa yang tuan muda ingin cari tahu?"

Valias tidak menduga Alister akan menanyakan itu. Sebenarnya Valias pikir Alister tidak akan peduli dengan apapun yang dia lakukan.

Tapi dia melihatku mengintip buku-buku tapi tidak membacanya. Mungkin dia jadi penasaran.

"Kalau aku jawab, kau akan membantuku?"

"Saya pikir itu sudah menjadi tugas saya, tuan muda."

"Ha." Valias tidak berhenti melakukan urusannya sembari membalas setiap ucapan Alister.

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now