15. Flashback

784 130 14
                                    

"Solusi dari masalah yaitu dihadapi bukan melarikan diri"

*****
"Maaf, El akan meluruskan semua ini. Bukan seperti yang kalian pikirin. Ellen ngga bunuh diri, sama sekali ga ada niatan sedikit pun El buat bunuh diri, tapi ada seseorang yang sengaja menusuk Ellena" Ucap Ellena

"Pastinya kalian tau kan. Ellena ngga akan berbuat senekat itu. Lagian El lebih sayang nyawa daripada Evan" ucap Ellena seketika dingin

"Ceritakan secara detail El" ucap Albert

Ellena mengangguk lalu menceritakan semua nya pada mereka.

Flashback on

disaat Ellena sadar dari pingsannya

"Shhh kenapa kepalaku sangat pusing. Dan dimana ini? Apartemen?" Ucap Ellena memegang kepalnya yang terasa berat

"Evan. Dia dia--" lirih Ellena

"ARGHHHH Aku membencimu, AKU MEMBENCIMU EVAN ANDERSON" Teriak Ellena kemudian memecah kaca dengan gelas yang berada disamping ranjang nya

Pyarr

Tiba-tiba hembusan angin menyeruak dari pintu balkon yang tiba tiba terbuka secara kasar.

"Siapa kamu?" Ucap Ellena ketika menemukan seseorang berpakaian serba hitam dengan topeng yang bertengger diwajahnya. Ia membawa pisau tajam ditangan kanannya yang berbalut sarung tangan.

Dia tidak menjawab pertanyaan Ellena melainkan mendekat dan berhasil memegang tangan nya kemudian diletakan dipunggung Ellena yang masih lemah.

Ellena sekuat tenaga memberontak dan menginjak kaki orang misterius ini.

Dan Ellena berhasil keluar dari pegangan orang tadi.

Tetapi entah bagaimana caranya seseorang itu tiba tiba sudah berada dihadapan Ellena dan menusuknya.

Jleb

Sebelum Ellena pingsan ia melihat dengan jelas telinga kanan orang itu terdapat tanda lahir yang cukup besar dan beberapa helai rambut panjang pirang yang keluar dari topinya.

"D-dia perempuan" Lirih Ellena kemudian tidak sadarkan diri.

Flashback off

"Yang aku tau dia perempuan dan memiliki tanda lahir yang cukup besar ditelinga kanannya" ucap Ellena.

"Berani berani nya dia menusukmu. Papa akan segera menyelidiki ini" ucap Albert mengepalkan tangannya.

"Biar Ellena aja yang menyelidikinya pa" ucap Ellena mengusap punggung tangan papa nya yang terbawa emosi.

"Kamu belum pulih El. Maka dari itu kamu harus cepat pulih kalo ingin menyelidiki kasus ini" ucap Albert mengusap kepala Ellena.

"Oke siap papa" ucap Ellena berusaha untuk tersenyum.

"El boleh ya papa minta tolong sama kamu?" Tanya Johan

"Kalo Ellen mampu Ellen akan bantu" Ucap Ellena tersenyum tipis.

"Dia sungguh sangat bodoh menyia-nyiakan wanita sebaik Ellena" batin Johan

"Selidiki juga kasus yang menimpa Evan tentang berita kehamilan wanita itu. Sepertinya ada kejanggalan. Apa kamu masih mau membantu kami El? Setelah apa yang Evan lakukan padamu" tanya Johan merasa bersalah

"Jo!" Peringatan dari Albert yang kini menatap Johan tajam.

"Kejanggalan?" Karena pada saat itu Ellena tersulut emosi dan kesedihan yang menyatu membuatnya tanpa sadar bahwa ada kejanggalan dalam surat yang ia baca.

Johan menceritakan kejanggalan yang Rafa ucapkan waktu tadi.

"Ehm. Apa harus Ellena yang menyelidikinya?" tanya Ellena hati-hati.

"Kalo kamu ngga mau kami ngga masalah. Mengingat Evan yang telah menyakitimu kamu pasti sulit dalam menyelidiki kasus yang bersangkutan dengannya. Maafkan papa El" Ucap Johan dengan raut kesedihan

"Papa ngga perlu minta maaf. Ellen akan menyelidikinya" ucap Ellena

"Kamu serius El?" Tanya Mery

"Apa ucapan Ellena pernah main-main?" Tanya Ellena balik sambil tersenyum

"Terimakasih El. Kami menyayangimu" ucap Johan dan Mery yang memeluk Ellena

"El juga sayang kalian"

*****

E L L E N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang