54. Menjaga Etika

290 34 28
                                    

*****
"Ada apa ini? Kenapa berkerumun seperti ini?" Ucap Rafa diikuti Haris dan ken dibelakang nya.

Semua karyawan menunduk. Tidak ada yang bersuara kecuali si singa.

"Dia sengaja menabrakku tuan" adunya pada Rafa. Tangannya tidak lupa menunjuk wajah Ellena.

Rafa terkejut melihat Ellena yang berdiri dihadapan wanita itu dengan pecahan kaca yang berserakan di bawah kakinya.

Rafa menghampiri Ellena dan melihat Ellena dari atas sampai bawah.

"El, ada yang luka sayang?" Ucapnya tampak khawatir.

Semua mata seketika langsung tertuju pada keduanya.
Sayang? Berarti wanita dihadapan kepala keuangan ini orang terpenting dalam hidup Presdir mereka.

"Aku ngga papa" ucap Ellena tersenyum.

Rafa lagi lagi terkejut melihat noda darah di sudut bibir istrinya. Tangannya terkepal kuat tanda bahwa ia sangat marah.

"Siapa yang berani menampar istri saya hah? Siapa?" Bentak Rafa dengan wajah yang sudah memerah.

Matanya melirik sekelilingnya. Dan seketika pandangannya terhenti melihat kepala keuangan yang tampak sangat ketakutan.

"Kamu yang sudah menampar istri saya? Jawab?" Teriak nya dengan sirat kemarahan

Ellena memeluk Rafa dengan erat.
Ia berucap "Udah, aku gapapa kok"

Perlahan emosi Rafa turun. Kepalan nya perlahan terlepas tergantikan dengan tangan yang mengusap kepala Ellena dengan lembut.

Rafa mengkode Haris dan Ken dengan ekor matanya
Haris yang sangat peka. Ia mengangguk dan berlalu pergi menuju ruang cctv.
Dan Ken berbicara pada semua karyawan yang berada disini.

"Mohon perhatian nya. Untuk semua karyawan setelah jam istirahat dimohon untuk berkumpul di aula. Terimakasih" ucap Ken mengibaskan tangannya.

Seketika mereka langsung bubar kecuali kepala keuangan yang ditarik paksa oleh ken untuk mengikutinya.

Rafa membawa Ellena untuk duduk disofa yang tersedia di lobi
Dan ia meminta salah satu karyawan untuk mengambilkan kotak P3K.

Ia mengobati bibir Ellena dengan sangat pelan. Sesekali Rafa meringis karena merasa ngilu dengan luka itu. Ellena yang melihat tingkah Rafa tersenyum .

"Kenapa senyum senyum? Lain kali kalo ada yang ganggu kamu lagi pas aku ngga ada segera telepon aku. Paham?" Ucap Rafa menegaskan. Tatapannya menatap Ellena tajam.

"Iyaa suamii. Istri paham kok" ucap Ellena cengengesan.

Rafa yang melihat Ellena bercanda menyentil dahi Ellena pelan.

"Aku serius" ucap Rafa menatap Ellena.

"Iya nanti aku seriusin. Eh kan udah serius" kekeh Ellena sedikit tersenyum tipis. Karena bibirnya jadi ia tidak bisa tersenyum lebar didepan suaminya.

Rafa mengacak-acak rambut Ellena lalu kembali mengobati lukanya.

"Kamu kan pinter balas perbuatan mereka yang mengganggu kamu. Lantas kenapa diem aja saat wanita itu menamparmu?" Tanya Rafa bingung.

Setaunya jika ada yang melakukan kekerasan fisik pada Ellena. Ellena akan membalasnya secara setimpal.

"Aku cuma ga mau di cap sebagai wanita yang ga punya etika di perusahaan kamu" ucap Ellena singkat.

Ia tidak mau berbicara panjang-panjang karena itu akan membuat sudut bibirnya tambah sakit.

"Kenapa gitu? Kamu bebas melakukan apapun diperusahaan milik kamu El" ucap Rafa membereskan kotak P3K dan menaruhnya di meja.

Tatapannya berganti dengan menatap Ellena yang sedang menatap matanya.

"Memang perusahaan ini milik kita berdua. Tapi apa pantas seorang atasan bertidak tidak pantas dihadapan banyak karyawannya" ucap Ellena.

"Bukannya seorang atasan harus memberikan contoh yang baik bagi bawahannya? Kalo atasannya saja tidak punya etika lantas bagaimana nasib para karyawannya" Ellena melanjutkan kembali ucapannya.

Rafa mengangguk dan tersenyum "Kamu tau betul mana yang benar dan mana yang salah. Aku bangga memiliki wanita se profesional kaya kamu" ucap Rafa memeluk Ellena.

Ellena balas memeluk Rafa "Aku mencintaimu honey" bisik Rafa.

Ellena tersenyum "Makan siang yu" ajak nya.

Rafa berdiri dan memegang tangan Ellena menuju Restoran terdekat.

Mereka hanya berjalan kaki karena letak restoran nya tepat disebrang jalan perusahaan mereka.

Setelah sampai mereka duduk di ruang khusus tamu VIP
Rafa tidak mau acara makan dengan istri nya terganggu oleh semua pasang mata yang tidak luput dari wajah mereka.

"Sayang. Kamu tau makanan kesukaan aku?" Ucap Rafa ketika melihat makanan yang Ellena pesan adalah makanan kesukaannya yaitu beef steak.

"Tau dong. Aku juga tau kamu alergi Seafood kan" ucap Ellena tersenyum bangga.

"Tau darimana hem? Padahal aku ngga ada ngasih tau kamu" ucap Rafa mengangkat satu alisnya.

"Dari bunda"

"Bund–"

"Makan dulu sayang. Nanti keburu jam istirahat nya habis" ucap Ellena menyumpal mulut Rafa dengan beef steak yang sudah ia potong.

Rafa mengunyahnya "Suka-suka dong. Kita kan atasannya" ucap Rafa tersenyum menyebalkan.

"Masih ingatkan ucapan aku tadi?" ujar Ellena menaik turunkan alisnya.

Tangannya memeragakan sedang menyayat lehernya. Sebuah ancaman mungkin.

"Masih ingat sayang. Aku ngga setua itu" ucap Rafa tersenyum masam.

Niatnya hanya menggoda istrinya, eh taunya dikasih ancaman.

Setelah makan siang mereka kembali berjalan menuju perusahaan. Tidak lupa tangan Ellena yang melingkar di lengan Rafa.

Keduanya tampak serasi dengan penampilan mereka yang sewarna.

Mereka berjalan menuju aula yang sudah terdapat banyak karyawan yang sedang duduk sambil berbicara saut menyaut.

Ruangan ini yang tadinya ramai langsung hening ketika Haris menaiki panggung aula dengan mikrofon yang berdiri didepannya.

"Terimakasih semua karyawan yang sudah hadir. Pada kesempatan kali ini tuan Rafa akan memperkenalkan wanita disamping nya kepada kalian semua. Kepada tuan Rafa dan nona Ellena waktu dan tempat dipersilahkan" ucap Haris turun dari panggung digantikan oleh Rafa dan Ellena yang menaiki panggung tersebut.

"Selamat siang semua....

*****

E L L E N AWhere stories live. Discover now