Bagian 1

5.3K 1.6K 353
                                    

Sebelum mulai baca tekan bintangnya dulu ya~

🌸🌸🌸

"Perasaan udah jam pulang, kok rame banget?" tanya Mika pada Riana. Keduanya baru saja selesai meminjam buku di perpustakaan. Mika akan mengerjakan tugasnya nanti malam dan membutuhkan referensi buku.

"Biasa, Danis dan antek-anteknya lagi main basket." Riana memberikan kode dengan kepalanya.

Mika menatap ke arah lapangan basket. Dia berdecak pelan saat melihat banyaknya siswi yang berkumpul dan bersorak-sorak heboh. Sosok Danis jelas sangat menonjol di lapangan basket, dia hanya mengenakan kaos dalam putih dan celana sekolah mereka.

"Dih!" cibir Mika saat Danis yang tiba-tiba melambaikan tangan ke arahnya. "Nggak waras tuh anak?" Mika bergidik pelan dan melanjutkan jalannya, meninggalkan Riana yang justru terpaku ke arah lapangan.

Mika meninggalkan Riana, dia tidak mau mengikuti Riana. Mika harus segera pulang dan mengerjakan tugasnya. Ada banyak latihan soal yang harus Mika kerjakan. Sudah kelas dua belas dan Mika tidak ingin bermalas-malasan.

"Duduk sama Danis nggak akan buat gue jadi malas kayak Danis," gumam Mika yang berjalan cepat menuju parkiran motor.

Mika terbiasa pergi sekolah membawa motor sendiri. Walaupun kedua orangtuanya khawatir dengan Mika. Maklum saja, Mika merupakan anak perempuan satu-satunya, dia memiliki adik laki-laki yang hanya berbeda satu tahun.

Ketika Mika menyebrang dari gedung kelas menuju gedung kantor, Mika melambatkan jalannya. Dia juga melirik ke arah kantor guru yang pintunya terbuka, Mika menemukan wali kelasnya sedang berhadapan dengan kepala sekolah.

"Saya cuma nggak mau nantinya jadi pilih kasih Pak," ujar Bu Tara. Ya, Mika berhenti dan mendengarkan pembicaraan gurunya.

"Saya yakin Bu Tara pasti bisa adil sama anak-anak. Soalnya, sudah tiga tahun berturut-turut kelas 12A ibu yang pegang," bujuk kepala sekolah, ternyata Bu Tara sedang menolak posisinya sebagai wali kelas 12A. "Nggak ada guru yang mau gantiin Bu Tara juga. Pas mereka tahu Danis dan Mika satu kelas mereka semua angkat tangan. Ibu tahu sendiri mereka berdua kalau berada dalam satu kelas bagaimana," lanjut kepala sekolah.

"Mika saja kalau begitu yang dipindahkan Pak, ke kelas 12B," tutur Bu Tara.

Mendengar dirinya akan dipindahkan Mika langsung berjalan dengan cepat, meninggalkan ruang guru. Sebenarnya Mika tidak ingin dipindahkan ke kelas 12B, karena kelas 12A bisa dibilang seperti kelas unggul. Terlebih lagi, kenapa harus Mika yang pindah? Padahal dia yang mendapat nilai tertinggi di kelas 12A.

"Kenapa harus gue yang pindah sih!" gerutu Mika sambil memukul jok motornya kesal.

🌸🌸🌸

Danis memarkirkan motor KLX hijau miliknya, lebih tepatnya turunan dari Sang Papi. Motor tersebut masih sangat-sangat layak pakai, karena sebenarnya semua onderdilnya sudah diganti menjadi baru tahun lalu. Dewa memberikan motornya pada Danis jelas karena perintah Vina, istrinya itu masih sama, tidak suka membuang-buang uang untuk keperluan yang tidak begitu penting.

Keluarga Dewa dan Vina bahkan masih tinggal di rumah lama mereka. Hanya saja, rumah kiri dan kanan sudah dibeli Dewa dan direnovasi menjadi satu rumah yang besar. Mobil Vina pun masih ada, dirawat dengan baik oleh Vina dan Dewa, kini dipakai Astri.

"Mami belum pulang?" tanya Danis saat melihat Astri duduk bersila di ruang keluarga dengan televisi yang menampilkan drama korea terbaru.

"Udah. Bentar lagi juga lo kena sidang," sahut Astri yang kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri, itu karena Danis sengaja berdiri di depan televisi, menghadang pandangan Astri. "Minggir lo!" pekik Astri kesal dan mendelik pada Danis.

Da(n)MikaWhere stories live. Discover now