Bagian 11

2.8K 623 29
                                    

Jangan lupa buat tekan bintang dan tinggalkan komentar yaaa~
🧡🖤💚💜💛❤️🤍🤎💙

"Ini coba dikerjain, lusa Mami periksa. Dikerjakan dan didiskusikan dengan benar ya," tutur Vina menyerahkan selembar kertas yang berisikan soal-soal yang baru saja diajarkan Vina pada Danis dan Mika.

Yeah, sesuai kesepakatan Mika datang ke rumah Danis untuk belajar bersama. Satu hal yang membuat Mika kagum, di rumah Danis ternyata terdapat perpustakaan yang di salah satu bagiannya terdapat beberapa kursi dan meja, papan tulis dan proyektor.

"Danis ... kamu jangan nyontek aja sama Mika. Dan Mika ... jangan contekin Danis. Ini soal harus dibahas bersama. Paham?" Vina memberikan wejangan dan peringatakan pada Danis dan Mika.

"Iya Mi ...."

"Oke Bu Vina."

"Loh kok manggil Bu Vina? Panggil Mami saja, Ka," protes Vina karena Mika masih saja memanggilnya dengan sebutan 'Bu Vina'. Sebenarnya, Vina tidak ingin seperti dosen atau guru di hadapan teman-teman Danis, itu agar teman-teman anaknya dapat nyaman berteman.

"Oke Mi," gumam Mika akhirnya. Walaupun suaranya terdengar kecil karena ragu-ragu.

Danis memperhatikan Mika dan maminya. Dia tersenyum tipis saat melihat Mika mendekat pada Vina dan menanyakan salah satu materi yang belum begitu dipahami. Danis sudah sepenuhnya sadar bahwa dia tertarik pada Mika, sejak lama mungkin.

"Nis!"

Danis berjengit kaget saat mendengar namanya dipanggil dengan nada keras. Dia melihat Vina mendelik padanya. "Bengong aja kamu ... anterin Mika pulang," ujar Vina yang langsung membuat Danis berdiri dari duduknya.

"Ayo gue anter pulang," ajak Danis pada Mika. Keduanya berjalan keluar dari perpustakaan. Vina juga tidak lama menyusul di belakang keduanya.

"Pakai mobil Papi aja, Nis. Udah malam anginnya dingin, habis hujan juga," pesan Vina yang diokekan oleh Danis.

Vina dan Dewa sesekali memberikan Danis mengendarai mobil. Hanya untuk rute yang dekat-dekat saja, seperti ke komplek sebelah atau ke rumah eyangnya yang masih satu perumahan. Lagi pula, Danis juga lebih suka naik motor ketimbang membawa mobil—lebih cepat dan ringkas.

"Terima kasih Mi. Mika pamit pulang dulu Mi," ujar Mika menyalami Vina. Hanya Vina karena Astri dan Dewa sedang pergi keluar. Dewa menemani Astri mencari beberapa hadiah untuk ulang tahun Danis.

"Iya, jangan sungkan-sungkan buat main ke sini. Kalau mau tanya-tanya boleh WA. Tadi sudah simpan nomor, Mami kan?" Vina mengantar Mika dan Danis sampai ke depan pintu rumah.

"Udah Mi," jawab Mika.

"Hati-hati kamu, Nis. Jangan ngebut-ngebut," pesan Vina pada Danis.

"Siap Mi!"

🌸🌸🌸

Danis melirik Mika yang sejak tadi diam saja. Danis kira Mika mengantuk, ternyata gadis itu sedang senyum-senyum sambil melihat kertas soal pemberian Vina tadi. Danis berdecak pelan, membuat Mika menoleh.

"Lo jatuh cinta sama itu kertas? Itu bukan surat cinta, Mika. Itu soal ujian," sindir Danis.

"Suka-suka gue lah," sahut Mika yang akhirnya menyimpan kertas soalnya ke dalam tas ransel yang dibawanya.

Keluar dari komplek perumahan Danis, mobil tiba-tiba menepi di dekat penjual martabak manis. Mika mengernyitkan dahinya heran, dia ingin bertanya namun diurungkannya saat melihat Danis turun.

Mika memperhatikan sosok tinggi Danis yang malam itu hanya mengenakan kaos polos berwarna hitam dan celana jeans selutut. Simpel dan sederhana sebenarnya, namun entah kenapa di mata Mika Danis terlihat sedikit berbeda.

Da(n)MikaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt