Bagian 12

2K 420 26
                                    

Jangan lupa buat tekan bintang dan tinggalkan komentar yaaa~
🧡🖤💚💜💛❤️🤍🤎💙

Astri menunggui adiknya di dekat parkiran perpustakaan universitas. Dia diminta oleh Vina untuk mengantar adik dan teman-temannya masuk ke perpustakaan. Di tangan Astri terdapat kartu member milik Vina.

"Gila sih adek gue, fixed kalah taruhan ini dia," gumam Astri saat melihat motor klx hijau yang dikenalnya masuk ke dalam kawasan parkir. Tentu saja ada Mika yang dibonceng Danis, keduanya terlihat seperti pasangan yang berpacaran, cocok dan serasi.

Menyusul Danis, dua buah motor matic mengikuti. Semuanya masih menggunakan seragam sekolah SMA BJF. Sehingga beberapa mahasiswa ada yang melirik-lirik penasaran, namun semuanya biasa saja saat melihat Danis yang menghampiri Astri-kakak adik paling terkenal seantero BJF.

"Kok lo Kak?" tanya Danis heran, dia menerima ulursan kartu member milik Vina yang diangsurkan Astri.

"Mami ada kelas. Ayo gue antar," tutur Astri yang berjalan lebih dahulu menuju arah perpustakaan. Danis dan teman-temannya mengikuti Astri.

Mika memperhatikan sosok kakak perempuan Danis. Ini pertama kalinya Mika bertemu dengan Astri. Cantik sudah pasti, bibit dari Dewa dan Vina sudah pasti menurunkan paras yang luar biasa. Selain itu, kesan pertama Mika pada Astri adalah misterius, pendiam dan terkesan tegas. Mika melihat sosok Vina di dalam diri Astri.

"Kalau mau pinjam buku bisa pakai kartu member yang ada di Danis. Jangan ribut, ditinggal dulu ya. Gue ada kelas," jelas Astri setelah mengantar mereka dan menitipkan anak-anak SMA itu pada penjaga perpustakaan.

"Terima kasih Kak," ujar teman-teman Danis kompak.

Danis, Mika, Jihan dan Firli mulai berpencar. Mereka mencari buku yang diperlukan untuk tugas mereka. Semua bekerja dengan serius karena ingin tugas tersebut cepat selesai, jika bermain-main hari akan semakin sore.

"Segini cukup deh. Karena masih ada waktu kita kerjain dulu di sini semampunya, nanti sisanya dikerjain di rumah," ucap Mika memberikan arahan.

"Buku yang boleh dipinjam cuma dua. Jadi ini dua lagi kita kerjain di sini, sisanya nanti dibagi," saran Danis yang disetujui yang lainnya.

"Kalau gitu buku yang ini biar gue sama Firli yang kerjain ya. Soalnya rumah kita deketan," timpal Jihan sambil menunjuk buku pilihannya. Memang setelah hari ini mereka akan sulit untuk berkumpul lagi dikarenakan banyaknya tugas yang harus dikerjakan. Lagi pula, rumah mereka berlawanan arah.

Mika memperhatikan buku sisanya, itu artinya dia akan mengerjakannya bersama Danis. Entah kenapa tiba-tiba pipi Mika terasa panas. Walaupun begitu, Mika berusaha untuk menyembunyikan perasaannya.

"Oke, sisanya gue sama Danis yang kerjain. Nanti filenya kirim ke e-mail gue aja. Biar gue satuin," setuju Mika.

Danis dan Firli tidak banyak berkomentar. Mereka berdua sudah lebih dulu membuka dua buku lain, mulai mengerjakan tugas mereka. Lagi pula mereka setuju dengan usul Jihan dan Mika.

🌸🌸🌸

Danis mengantar Mika pulang seperti biasa, mereka berhasil menyelesaikan sebagian tugas Biologi. Sisanya, sesuai kesepakatan dibagi menjadi dua tim dan akan digabungkan oleh Mika. Langit sore tidak secerah biasanya, terlihat ada awan-awan gelap mulai berjalan, siap untuk memuntahkan air-air hujan ke bumi.

"Pegangan yang kuat Mik. Kita ngebut, biar nggak kehujanan," ujar Danis pada Mika yang tidak banyak tanya dan langsung memeluk Danis lebih erat.

Danis mulai merasakan rintik-rintik air hujan turun. Dia menambah sedikit lagi kecepatan ketika akan memasuki perumahan Mika. Setidaknya Mika tidak kehujanan, lagi pula rumah Danis tidak begitu jauh dari rumah Mika.

"Mampir dulu!" pekik Mika karena hujan yang sudah mulai turun.

Danis memarkirkan motornya di sebelah mobil orangtua Mika. Tidak lama hujan deras benar-benar turun. Mika dan Danis tidak begitu basah, mereka hanya terkena rintik-rintik hujan.

Mika mengajak Danis masuk ke dalam rumah. Dia meminta Danis duduk di ruang tamu. "Gue bikini teh dulu," ujar Mika yang tidak ditolak oleh Danis. Sebenarnya Danis bisa saja langsung pulang dengan hujan-hujanan, tapi Danis tidak ingin menolak kebaikan Mika. Atau mungkin itu hanya alasan saja?

"Loh ... baju kamu bas aitu Danis. Ganti pakai baju Nawa ya," tawar Tara saat melihat sosok Danis di ruang tamu. Dia tadi mendengar suara motor dan ketika turun melihat sosok Mika berlari ke dapur.

"Nggak papa kok Bu. Nggak basah-basah banget kok, Bu." Danis melihat bajunya sendiri, yang memang hanya basah di beberapa tempat.

"Nanti masuk angin. Sebentar Mama ambilka baju Nawa." Tara tetap kekeuh ingin Dnais mengganti baju dengan baju Nawa.

Danis tidak dapat lagi menolak. "Terima kasih Bu. Maaf merepotkan."

Setelah ditinggal Tara yang pergi mengambilkan baju, Mika muncul dengan secangkir teh manis hangat. Danis memperhatikan Mika yang berjalan pelan, takut isi cangkir yang dibawanya tumpah.

"Kayak putri keraton lo jalan," komentar Danis yang tentu saja mengundang delikan Mika.

Dengusan sebal terdengar dari bibir Mika. "Komen mulu lo. Kayak komentator bola," gerutu Mika dengan wajahnya yang sebal. Danis hanya terkekeh pelan mendengar gerutuan Mika. "Diminum, gue ganti baju dulu," ujar Mika yang berhasil meletakkan secangkir teh di depan Danis.

🌸🌸🌸

Nawa menemani Danis di ruang tamu-setelah Danis berganti dengan baju Nawa. Tara meninggalkan mereka berdua karena masih harus menyiapkan makan malam. Danis juga sudah mengabari orang rumah bahwa dia masih berteduh di rumah Mika.

"Minggu ini jadi?" tanya Danis pada Nawa. Sejak tadi mereka membahas hasil sparring futsal SMA BJF dan SMA Merdeka dua hari yang lalu. Karena itu Danis teringat janji mereka untuk bermain basket bersama di hari minggu besok.

"Jadi, bokap juga udah nggak sabar. Katanya mau kalahin Om Dewa," jawab Nawa dengan cengirannya. Danis tertawa mendengar betapa sama konyolnya Dipta dan Papinya.

"Nanti ada Om Agung juga, ayahnya Andres. Katanya nggak mau ketinggalan," timpal Danis yang membuat Nawa bertambah semangat dan tidak sabar menunggu hari Minggu yang akan datang.

Mika muncul setelah selesai mandi dan berganti pakaian rumah. Tepat saat Danis melihat kea rah luar jendela seraya berkata, "Kayaknya udah reda hujannya."

"Makan malam di sini dulu aja. Baru habis itu pulang," saran Mika yang mendengar perkataan Danis.

Nawa memperhatikan kakak perempuannya dengan raut wajah penuh curiga. Ini bukan pertama kalinya Mika bersikap baik dan ramah pada Danis. Entah kenapa Nawa merasakan ada yang berbeda dari keduanya, aura permusuhan sudah mulai berkurang.

"Iya Bang. Makan dulu di sini, nanti baru balik. Mama udah masak banyak pasti," ajak Nawa sambil mengerling pada Mika. Tentu saja Nawa langsung mendapat pelototan maut dari Mika. "Ntar ada yang badmood kalau permintaannya nggak diturutin," lanjut Nawa.

"Apaan sih lo!" gerutu Mika yang meninggalkan Danis bersama Nawa.

Sikap merajuk Mika itu mendapat tawa dari Danis dan Nawa. Entah kenapa Mika terlihat lucu dengan wajahnya yang kesal dan sebal. Danis juga merasa sesuatu sedang beterbangan di dalam dadanya saat melihat Mika perhatian padanya.

🌸🌸🌸

Jangan lupa untuk tinggalkan komentarnya yaaa~

Jangan lupa untuk tinggalkan komentarnya yaaa~

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
Da(n)MikaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt