Happy reading....
"Ohhh my Nitaaa......akhirnya lo dateng juga." teriakan Luna menyambutku saat memasuki kelas pagi ini. Seperti biasa aku langsung mencari mejaku, sayangnya aku satu meja dengan Luna. Aku menarik kursi mendudukkan diri, sambil menelungkupkan kepalaku di atas meja.
"Lo napa sih ? masih pagi udah lemes. Hayo... abis ngapain semalem ?" cerocos Luna
"Duhh...masih pagi jangan teriak-teriak. Polusi udara." jawabku
"Lo pikir mulut gue knalpot apa?" sahut Luna tak terima
"Lo kok murung ? Lagi ada masalah yaa ?" lanjutnya lagi, kali ini tatapannya berubah menjadi sendu
Aku menggeleng pasrah, Luna itu kawan karibku. Dia tahu benar semua rahasiaku termasuk keluargaku yang berantakan itu. "Gue udah biasa."
"Lo yakin baik-baik aja ?" tanya Luna.
"Lo liat gue kenapa-napa ?" tanyaku balik, Luna ikut duduk disampingku memelukku dari samping.
"Kalau ada masalah cerita ke gue, gue siap nampung kok."
"Hidup gue banyak masalahnya, emang muat nampungnya ?" sahutku namun ku akhiri dengan kekehan.
"Ishh serius tahu, gue...."
"Ssttt..." Bu guru udah datang jangan bacot, potongku.
Aku merasakan kakiku di tendang-tendang dari arah samping, sudah jelas sekali pelakunya siapa. Ku angkat kertas di tanganku menutupi wajah, kemudian menoleh ke samping.
"Apa ?" aku berucap tanpa suara
Luna mengerakkan jari-jari tangannya mengkode sebuah angka, sebenarnya aku sudah paham tapi aku sengaja membuatnya kesal dengan mengidikkan bahuku tak paham.
"29, 37 apa ?" bisiknya pelan.
"Gak tahu, kemarin gue gak belajar."
Luna tampak frustasi namun dia kembali bertanya padaku "Lo udah jawab semua ? "
Aku mengangguk.
"Yaudah apa jawabannya ?"
"Kalau salah gimana ?"
"Boda amat, apa jawabannya ?"
Semenjak kejadian beberapa menit yang lalu, sepertinya Luna masih kesal padaku. Usai mengumpulkan ujiannyaa, ia bergegas memasukkan buku-bukunya ke dalam tas dan hendak pergi meninggalkanku.
"Tungguin Lun...." aku menarik lengan Luna
"Gak usah pegang-pegang." sahutnya jutek
"Makanya tungguin,"
"Gue kesel sama lo." tiba-tiba Luna bersuara saat kami menikmati makanan kami.
"Salah gue apa ?"
"Kebiasaan banget kalau lagi ujian, mendadak tuli." sindirnya padaku.
"Kemarin gue gak belajar Lun."
"Tapi lo bisa jawab semuanya."
"Iya dijawab semua, tapi gak tahu kebenarannya."
"Gue gak peduli sama kebenarannya. Lo kan pinter, belajar atau enggak gak ngasi pengaruh besar. Lagian kalau salah gue gak bakal nyalahin lo tau." ucap Luna penuh penekanan di setiap katanya."
"Iyadeh gue salah, i'm sorry." ucapku dengan ekspresi wajah semenyesal mungkin
"Hmm"
"Masih marah ?" aku bertanya pada Luna.
YOU ARE READING
Ganita
Teen FictionApa yang bisa kita dapatkan dari sebuah keluarga ? Kehangatan ? Kenyamanan ? Kebersamaan ? Kenapa rasanya berbeda dengan yang ku alami. Aku merasa hidup sendiri padahal anggota keluargaku lengkap semua. Tidak ada ayah yang selalu melindungi putriny...