3

8 2 0
                                    

Happy Reading......

Nafasku tersengal-sengal saat sampai di kelas, efek lari pagi.

"Kenapa lo ?" tanya Luna menatapku heran.

Aku berusaha menstabilkan nafasku, menarik kursi kemudian mendudukkan diriku disana.
"Habis lari," sahutku seadanya.

"Iya tahu, tapi kenapa lari-lari ?" tanyanya kembali.

"Karena gue....." Aku berpikir sejenak, kejadian pagi tadi itu sangat tidak penting. Jadi gak perlu diceritakan pada Luna.

"Lagi pengin aja."

"Tiap hari kelakuan lo makin aneh aja. Gak papa kok, gue masih mau temenan sama lo."

Aku menatapnya datar tanpa ekspresi, bukannya dia yang selalu berkelakuan di luar nalar ?

Selepas jam pertama dan kedua di kelasku, Luna menarikku ke luar kelas menuju lapangan basket yang ada di sekolah.

"Hari ini SMA kita battle basket lawan SMA Dirgantara. Kita juga harus ikut partisipasi dukung sekolah kita Nit," ucap Luna penuh semangat saat di kelas tadi.

Luna mengajakku duduk di barisan paling depan, sebenarnya aku sangat tidak menyukai kegiatan seperti ini. Sesak sekali, aku harus berdiri berhimpitan ditambah bisingnya riuh penonton bikin tambah pusing saja. Pertandingan bahkan belum di mulai, tapi disini sudah padat di penuhi kerumunan penonton.

"Kantin dulu yuk, gue laper banget." Ajakku pada Luna yang langsung mendapat gelengan darinya.

"Gak bisa Nit. Kalo kita pergi, kita gak kebagian tempat ini aja udah ramai banget," jelasnya padaku.

"Yaudah gue aja yang pergi."  Aku sangat lapar persetanan dengan pertandingan basket, toh aku juga tak menyukainya.

"Jangan Nit. Kalau lo pergi gue sama siapa ? Disini aja yaa Nit," pinta Luna dengan memasang wajah memelasnya.

Lagi-lagi aku hanya bisa patuh dengan temanku ini, aku menghela nafasku pasrah. Sementara Luna tampak bahagia karena aku menuruti kemauannya.

"Yeeaa..." teriaknya girang.

"Btw yang tanding anak kelas mana ?" tanyaku pada Luna.

"Adik kelas kita, kelas 11."

"Hah ? jadi kita disini dukung adik kelas ?"

"Iyaa Nit, gue jagoin Angga. Lo siapa ?"

"Serius kita disini cuma buat dukung bocah-bocah ?" tanyaku lagi

"Bocah apaan sih lo ? tu liat yang pake baju nomor 30 itu Angga. Ganteng banget kan ?" ujar Luna sambil menunjuk salah seorang pemain yang mulai memasuki lapangan.

Setelah dibuat terkejut karena aku disini mendukung adik kelasku yang tak pernah aku kenal bahkan tahu namanya. Kini aku dibuat terkejut lagi, karena ternyata salah satu pemainnya itu orang yang sering buat aku berada dalam masalah. Parahnya lagi Luna malah mengidolakan cowok menyebalkan itu.

"Jangan lebay deh Lun, kita senior jaga image." Aku mengingatkan Luna yang sedari tadi teriak-teriak kegirangan.

"Seharusnya gue lahir tahun 2002 aja yaa Nit," sesalnya padaku

"Kenapa gitu ?"

"Setidaknya gue punya peluang lebih besar buat deketin Annga, bisa sekelas sama dia."

"Astaga lo naksir bocah ? sejak kapan ?"

"Cuma beda setahun. Lo jangan ngomong gitu, kayak gue pedofil aja," protes Luna padaku.

GanitaWhere stories live. Discover now