Chapter 17 ♗

862 155 23
                                    

Kau... (2)

A/N: insert chapter of fluff

⧫︎ ⧫︎ ⧫︎

Di waktu seorang tuan muda dari sebuah keluarga kebangsawanan membuka matanya sang pelayan memberikannya teh.

"Hm."

Teh kali ini asam dan sedikit pahit.

"Saya pikir terlalu banyak gula tidak baik untuk tubuh Anda, Tuan Muda." Valias tidak menjawab dan tidak juga mencoba menoleh pada Alister. Alister tiba-tiba berucap.

"Nona Muda menunggu anda di depan ruangan."

Valias tertegun.

"Dina?"

Dia bertanya-tanya ada apa. Tapi kemudian berpikir tidak baik membuat seorang anak kecil seperti Dina menunggu. "Biarkan dia masuk."

"Saya mengerti." Sang pelayan mengangguk. Membiarkan Valias menontoninya berlalu membuka pintu.

"Tuan Muda mempersilakan Anda masuk, Nona."

"Benarkah?" Valias mendengar suara Dina. Melihat Alister tersenyum demikian ramah dan mengangguk. Kemudian sosok Dina muncul dari balik pintu yang terbuka.

"S- Selamat pagi, kakak." Dina tidak masuk dan berdiri diam di dekat pintu. Terlihat begitu kaku seolah memaksa dirinya untuk hanya melihat ke arahnya.

"Pagi. Ada sesuatu yang kau mau?" tanya Valias.

" ... Aku ingin menghabiskan waktu dengan kakak." Dina menjawab malu-malu. Jemari kedua tangan bermain dengan satu sama lain.

Alis Valias terangkat. "Aku?"

"Iya. Aku ... ingin lebih mengenal kakak. Aku, ingin kakak tau apa saja yang aku lakukan setiap hari... " Anak itu mengungkapkan keinginannya ragu-ragu. Suara mencicit.

Valias tidak menduga itu. Tapi tidak berniat menolak. "Baiklah. Setelah bersiap aku akan menemanimu. Bagaimana?"

"Ah. B- Baik..." Dina cepat-cepat menjawab. Ujung jari saling mengapit memberikan respon yang dikerubungi oleh kegugupan.

"Saya akan membantu Anda, Tuan Muda. Lengan itu masih tidak boleh terkena air." Alister dengan senyumnya menghampiri Valias begitu dia menurunkan kaki hendak ke kamar mandi.

Valias menyempatkan dirinya untuk mengalihkan perhatiannya pada Dina. "Di mana aku harus menemuimu?"

"Ya?" Dina tersentak. "Uh... aku akan menunggu di depan kamar kakak," ucapnya ragu-ragu.

"Begitukah? Duduk saja di kursi itu." Valias menunjuk kursi di dekat kasur dengan dagunya. Kursi yang waktu itu dia gunakan ketika Alister mengeringkan rambutnya.

"A- Aku akan menunggu di luar saja," Dina mencicit kehilangan cara bertingkah.

"Aku memaksa." Valias memamerkan senyum sebelum menghilang di balik pintu kamar mandi bersama Alister sang pelayan. Dina terdiam di sana selama beberapa detik. Dilahap oleh gugup. Namun jauh di dalam hatinya Dina ingin tahu segala hal tentang kakaknya.

Apa yang kakaknya tulis di kertas-kertas yang ada di depannya saat ini, apa makanan kesukaan kakaknya, apa yang membuat kakaknya merasa senang, Dina ingin tahu semuanya.

Dina memperhatikan kursi yang tadi ditunjuk kakaknya.

Kursi kakak.

Dina pikir, dirinya juga penasaran dengan barang-barang yang digunakan kakaknya. Dengan ragu-ragu, dia melangkahkan kakinya ke arah kursi itu. Mengamati kursi yang setinggi tubuhnya itu. Tangan meraba kusion yang ada. Kusion berwarna hijau.

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now