Chapter 63 ♗

570 112 8
                                    

Di paviliun sederhana yang terletak di salah satu titik taman utama sepasang ayah dan putra sulungnya meniup teh panas di cangkir masing-masing. Seruput yang dibuat keduanya terdengar bersamaan dengan kicauan burung-burung yang berada agak jauh dari tempat mereka. Sinar matahari pagi yang hangat disertai hembusan angin sejuk beraroma tipis bunga dan dedaunan membelai memanjakan orang yang bisa merasakannya. Hadden menyusun momen dimana dia akan akhirnya membuka mulutnya setelah membiarkan kesunyian berlangsung di antara dia dengan putranya. Dia akhirnya mulai bicara. "Terimakasih sudah bersedia untuk bicara denganku di sini, Valias."

Abimala sang pemain peran remaja yang tubuhnya dia tempati itu membuat anggukan kepala. "Aku tidak keberatan."

Kemarin mereka makan malam bersama dengan ketiga anggota keluarga mereka yang lain. Tapi kini Hadden akan duduk hanya berdua dengan Valias. "Alasan kenapa ayah merasa ayah membutuhkan waktu perbincangan ini, karena ayah merasa, ayah belum meminta maaf dengan benar padamu. Dan juga, kala itu, bukannya aku yang membuat keputusan meninggalkan kau dan ibumu. Saat itu," Hadden berwajah pahit, "aku belum mempunyai kekuasaan untuk tidak mengikuti perkataan ibuku. Aku, aku memang pengecut dan ayah yang tidak bertanggungjawab. Tapi sekarang aku tidak akan pernah melepaskanmu. Keluarga kita, aku akan melindungi kita semua. Kau dan kedua saudaramu, juga Ruri."

Valias memberikan respons yang sejak awal memang sudah dia punya. "Aku sudah mengetahui itu. Itulah kenapa, ayah sudah tidak perlu merasa bersalah lagi. Aku sudah tumbuh dengan baik sekarang. Aku bisa mengerti alasan yang ayah punya bahkan jika kita memiliki perbedaan pendapat atau memilih jalan pengambilan keputusan yang berbeda. Yang ingin kulakukan sekarang adalah beradaptasi di dalam keluargaku. Aku tidak akan memisahkan diriku lagi."

Wajah Hadden dihampiri rasa haru. Dia menenangkan diri lalu menyesap teh-nya. Berkata. "Kau sudah cukup lama tinggal bersama dengan kedua adikmu di sini tapi kau belum pernah sekalipun meminta apapun. Jika ada sesuatu yang ingin kau miliki kau bisa memberitahuku atau pelayan yang kau tunjuk. Ngomong-ngomong, rasanya aku sudah beberapa hari tidak melihat Alister. Kudengar kau memberikannya liburan?"

"Aku harap itu keputusan yang bijaksana untuk memberikannya sedikit waktu berlibur," Valias menjawab. "Aku juga ingin suasana hatinya meningkat."

Hadden tersenyum. "Itu tidak buruk. Selama kau tidak mengesampingkan kebutuhanmu hanya untuk bisa memberinya beberapa waktu keluar. Aku senang seorang pelayan muda menggantikan Alister sementara. Dengan itu aku bisa menjadi lebih tenang."

"Sebagai ayah dan kepala keluarga Bardev aku mempunyai satu yang perlu kutanyakan padamu, Valias." Hadden bertanya ragu-ragu. "Apakah kau juga mempunyai keinginan untuk menjadi kepala bangsawan?"

Valias tidak sama sekali ragu. "Tidak. Posisi itu akan diberikan pada Danial dan aku hanya akan mendukungnya dari belakang."

"Apakah itu karena kau masih merasa asing dengan keluarga kita?"

"Tidak. Dalam tingkat kemampuan Danial lebih lah tepat untuk memegang posisi kepala keluarga dibandingkan aku," Valias berkata terus terang.

"Tapi itu tidak berarti aku merasa kecil dan tidak memiliki kekuatan," dia melanjutkan. "Sebagai bagian dari kebangsawanan Bardev, meskipun kehadiranku masih menjadi bahan buah bibir bangsawan-bangsawan lain aku juga punya cara yang kupilih untuk menyokong keluarga kita dan nama Bardev di dalam Hayden."

Hadden bertanya hati-hati. "Apakah itu dengan menjadi pendukung Putra Mahkota?"

"Aku tau Bardev sudah selalu menegakkan prinsipnya yang tidak memihak manapun. Karena itu aku pun tidak berencana menjadi pendukung keluarga istana," Valias menjawab. "Tapi jika dengan mengulurkan tanganku pada Putra Mahkota aku bisa ikut andil menjaga kekokohan Hayden, maka itu sama dengan aku melindungi wilayah dan keluarga kita."

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now