◗ sama(r) '2

2K 308 23
                                    

"Lo bisa nggak sih kalo ada masalah nggak usah nyeret gue!" omel Sunwoo.

Eric menutup kupingnya rapat, tanpa sopan santun dia masuk ke kamar Sunwoo. Sang pemilik mendengus kasar capek ngomong sama Eric. Sunwoo tadinya lagi nyatat pelajaran di papan tulis tapi malah di seret Eric ke parkiran dan berakhir di apartemen Sunwoo.

"Gue numpang tidur dulu Nu disini, kalo di rumah bisa stres gue!" Eric merebahkan tubuhnya di kasur.

Sunwoo berjalan ke nakas, ngambil minum. "Lagian lo ngapain Jeno sih sampe dia kek dendam banget sama lo hari ini."

"Bukannya udah biasa?"

"Iya gue tau, tapi pasti ada alasan kalau nggak lo yang bikin masalah ya si Jeno bikin masalah duluan sampai kalian tengkar kek gini. Sekarang alasannya apa?" Sunwoo kembali meneguk air putih, dia haus banget.

"Gue mutilasi si bongshik."

Byur

Sunwoo kaget langsung nyembur, "Bercanda kan lo?"

"Sayangnya ini beneran, gue sebel sama tuh kucing yang sebelas duabelas kek majikannya. Dia berkali-kali masuk ke kamar gue dan mecahin barang terus, jadi kemarin gue mutilasi tuh kucing." Jelas Eric santai.

Eric meraba kantung saku seragam dan melempar sesuatu ke Sunwoo. Di bolak-balikan benda kecil runcing tapi Sunwoo tak paham benda apa ini. "Apaan nih?"

"Taringnya bongshik."

"Lah terus ngapain lo bawa ke sekolah?!" ucap Sunwoo setengah beteriak.

"Pengen aja, siapa tau bisa jadi jimat tapi keknya malah bawa sial deh."

Sunwoo ngelus dada sabar, dia curiga kalau Eric punya penyakit mental. Sunwoo ngambil kotak obat dan duduk di samping Eric yang sedang tidur terlentang. "Obatin dulu deh luka lo, jangan sampai sarung bantal sama seprei gue penuh darah."

"Mager, udah ngantuk banget."

"Gue aduin ke Jeno kalau lo ada disini biar lo di mutilasi balik," ancam Sunwoo.

Eric langsung bangun denger ancaman dari Sunwoo. "Yaudah siniin kotak obatnya!"

"Nggak mau gue obatin?"

"Najis, homo bego."

Kini giliran Sunwoo yang tiduran, dia sibuk chatan sama doi kelas sebelah. Tapi Eric tiba-tiba nyeletuk yang bikin dia teringat akan sesuatu. "Eh selamat ya nu jadi ketua futsal, keren juga lo ngalahin si jasmin."

"Keknya gue harus balik ke sekolah deh Ric, soalnya hari ini eskul futsal, kalo gue nggak berangkat ntar posisi gue direbut sama si jasmin lagi." Sunwoo bergerak ribut nyari kunci motor yang tadi ia lempar sembarangan.

"Noh di sofa!" Eric nunjuk kunci motor Sunwoo.

"Nanti kalo lo pengen makan atau nyemil di kulkas banyak makanan." Pesan Sunwoo sebelum menghilang dari pintu.

Eric terkekeh pelan. "Padahal tanpa disuruh juga bakal gue acak-acak nih apartemen."

=

Jeno terdiam melihat gundukan tanah di samping pohon mangga belakang rumahnya. Yang ia lakukan daritadi hanya melamun di depan makan bongshik. Walaupun badan bongshik sudah seperti daging cincang tapi setidaknya kepalanya masih utuh jadi ia bisa memakamkannya.

Yoona— ibu si kembar, baru saja pulang bersama sangat suami. Ia melihat Jeno yang masih memakai seragam sekolah berdiri di depan gundukan tanah. Karena penasaran akhirnya Yoona menghampiri putra sulungnya.

"Jeno, kamu ngapain disini?" tanya Yoona lembut.

Jeno menoleh sekilas tanpa menjawab.

Yoona menghela nafas. "Oh iya, kucing kamu kemana? Biasanya kalo denger bunyi mobil atau motor langsung lari kedepan."

Jeno menunjuk gundukan tanah tadi, Yoona jadi heran. "Maksudnya?"

"Mati."

Tak ingin mendapatkan pertanyaan lagi dari sang ibu, Jeno memilih masuk kedalam rumah. Bukannya masuk kedalam kamarnya sendiri, sekarang Jeno malah berdiri memandangi kamar sang kembaran yang sangat rapi.

Prang!

Lego yang disusun Eric selama seminggu kini hancur oleh tangan Jeno. Sang pelaku beralih pada meja belajar yang terdapat laptop beserta tugas-tugas milik Eric.

Mengambil segelas air putih, menuangkan air tersebut hingga membasahi buku. Dengan kasar Jeno merobek semua buku-buku tersebut. Tak hanya disitu, Jeno juga mematahkan laptop sang kembaran lalu membuang kasar ke lantai.

Misi Jeno hari ini adalah menghancurkan kamar Eric sebagai bentuk balas dendam. Dan yah, sekitar sepuluh menit berlalu kamar Eric berubah bak kapal pecah. Semua benda yang terbuat dari kaca berubah jadi serpihan kecil, kasurnya juga sudah acak-acakan.

"Perfect," guman Jeno saat memandang hasil karyanya.

Cklek

Eric membuka pintu kamarnya, sangat terkejut dengan pemandangan yang baru saja ia lihat.

"Hai," sapa Jeno ramah. Matanya membentuk eyes smile, tapi tak bertahan lama karena detik berikutnya ekspresi Jeno berubah datar.

"Mau lo apaan sih!" Eric berteriak frustasi.

"Bikin hidup lo nggak tenang," jawab Jeno santai.

Tanpa babibu, Eric memukul wajah Jeno brutal. Tak ada perlawanan dari Jeno ia tersenyum miring melihat wajah frustasi adik kembarnya, misinya berhasil. Tak apa wajahnya sakit tapi hatinya bersorak gembira.

Yoona dan Donghae lari ke kamar Eric setelah mendengar keributan. Sang papa dengan sigap menahan tubuh anak bungsunya yang terus memberontak.

Plak!

Tamparan Donghae layangkan ke pipi si bungsu, cara tersebut mampu membuatnya berhenti memberontak. "Kamu apain kakak kamu hah!" bentak Donghae.

"Papa nggak lihat kamar aku di bikin berantakan sama si bajingan itu!" teriak Eric, nada bicaranya melebihi Donghae.

Dua orang dewasa disana baru sadar akan kondisi kamar yang jauh dari kata baik-baik saja. Mata Eric menangkap lettering yang selalu buat setiap malam, kini berubah jadi sobekan kecil.

"Lo apain catatan gue hah! Bangsat!" Eric ancang-ancang mau nonjok Jeno tapi kembali di tahan oleh sang papa.

"Eric tenang ya, nanti mama bersihin ini kamar kamu tidur dulu di kamar tamu. Nanti mama sama papa bakal ganti semua barang yang rusak ya nak." Yoona berkata lembut sambil mengusap kepala sang bungsu.

Jeno tersenyum puas, menatap Eric yang menangis dengan wajah frustasi nya. Dia menang kali ini.

=

Hallo, jangan lupa support vote dan komen. Semoga kalian suka sama part ini, sedikit membosankan mungkin. Udahlah, see you next chapter.

Sama(r) ft. jenricМесто, где живут истории. Откройте их для себя