◗ sama(r) '6

1.6K 264 18
                                    

Malam-malam memang waktu yang tepat untuk overthinking seperti Jeno sekarang. Selepas makan malam dia hanya berbaring menatap kosong langit-langit kamar dengan ribuan pertanyaan mengganjal di kepalanya.

"Apa gue tanya langsung aja?" monolognya.

"Nggak dah, dia tadi abis gue bikin bonyok pasti nanti ngamuk-ngamuk nggak jelas."

Jeno memejamkan matanya, sayangnya belum semenit dia auto bangkit mengambil kunci di nakas. Kali ini ia nggak akan masuk ke kamar kembarannya lewat pintu depan tapi lewat pintu yang menghubungkan kamar keduanya.

Saat masuk kedalam kamar Eric, yang dia lihat pertama kali adalah sang adik yang sudah tertidur pulas. Jeno jadi ragu untuk membangunkannya.

Gengsi membangunkan dengan cara baik-baik, Jeno menonyor kepala Eric hingga sang korban menggeliat.

"Siapa sih bangsat?!"

"Setan!" pekik Eric setelah melihat Jeno menaik-turunkan sebelah alisnya tepat di depan mukanya.

Eric nampol mukanya Jeno, yang di tampol malah nyengir nggak jelas. Eric yang ngelihat jadi ngeri karena jarang banget lihat Jeno kek gitu saat bersama dia.

"Gak usah cengar-cengir gitu bangsat, ngeri gue."

"Okey gue mau nanya sesuatu sama lo," ucap Jeno.

"Besok aja gue ngantuk!" jawab Eric ketus. Ia kembali ke posisi tidur membelakangi Jeno.

Jeno mendengus kesal. "Ish gue nggak bakal ngapa-ngapain lo juga."

"Tapi lo tadi sore habis nendang muka ganteng gue, gila muka gue nggak ada harga dirinya sampe harus say hallo ke sepatu lo!" cerca Eric. Jeno yang denger jadi geli sendiri sama cercaan adiknya.

"Hilih gitu aja nggak seberapa kali." Eric mendelik tajam ke Jeno. Bisa-bisanya dia bilang nggak seberapa, ya walau kenyataanya ada yang lebih parah dari nendang muka tapi tetap aja rasanya sakit + ngilu.

"Ric lo dapet video itu darimana?" tanya Jeno to the poin.

"Video apa?"

"Ya video yang lo kasih ke Hyunjin itulah!"

Eric terdiam dia memilih bungkam enggan menanggapi pertanyaan Jeno. Jeno yang melihat tak ada respon sama sekali dari Eric langsung menonyor kepala sang adik berulang kali tapi tetap saja Eric bungkam tak menanggapi.

Jeno berdecak kesal. "Gue tau nggak mungkin lo ngerekam itu sendiri, jawab aja apa susahnya sih!"

Tetap tak ada jawaban.

"Ric, jangan diam gitu tolol!"

"Ric."

"Eric Chevalier?"

"Si bangsat ih nyebelin banget!" ucap Jeno kesal.

"Yaudah gue cari tau sendiri." Jeno kembali menonyor kepala Eric. Menarik selimut yang dipakai anak tersebut lalu membuangnya ke lantai sebelum ia balik ke kamarnya. Tapi saat Jeno sampai di depan pintu tiba-tiba Eric berseru pelan.

"Ada nomer yang nggak gue kenal ngirim video itu."

Jeno menoleh, Eric masih sama pada posisi tadi. Karena sudah di beri tau akhirnya Jeno berbaik hati mengambil selimut yang tadinya ia buang dan melemparkannya ke kasur Eric.

Sampai di kamarnya Jeno menyeringai sambil terkekeh pelan.

=

Hari berganti dan sekarang hari jumat, hari yang cukup santai bagi Jeno. Ia telah siap dengan seragam dan tas sekolah yang tersampir di salah satu pundaknya. Namun di tengah menuruni tangga ada seseorang yang menepuk punggungnya.

Itu Eric, ia menepuk  punggung Jeno lalu melengos turun meninggalkan Jeno yang terdiam. Jeno meraba punggungnya dan menemukan sticky note bertuliskan '+628********76 itu nomernya'.

Jeno tersenyum puas, mungkin selepas di tendang Jeno kemaren otak Eric jadi rada bener.

"Ah Jeno sini buruan gabung, nak." Yoona melambaikan tangannya pada sang putra sulung.

"Gimana sekolah kalian berdua?" tanya Donghae.

Tak ada yang menjawab, baik Jeno maupun Eric bungkam. Donghae tersenyum kecut, selalu saja seperti ini. Ketika Donghae bertanya sesuatu kedua anaknya diam membisu tak menjawab, bahkan untuk melirik Donghae juga mereka enggan.

"Kalo papanya nanya di jawab dong, nggak sopan tau." Yoona mencoba menasehati.

Eric memicingkan matanya, "emang kalian pernah ngajarin kita sopan santun?" tanya Eric remeh.

"Eric jangan mulai ya," ucap Yoona memperingati.

"Tapi emang kenyataannya gitu," sahut Jeno pelan.

Ketiga orang di meja makan tersebut menatap Jeno aneh termasuk Eric yang mendadak speechless karena Jeno mendukung opininya. Donghae semakin tersenyum kecut mendengar ucapan Jeno. Ia akui tidak mendidik kedua anaknya itu dengan baik dan benar.

"Jeno berangkat dulu, permisi."

Sedangkan Eric tanpa mengucapkan apapun langsung pergi meninggalkan meja makan.

Selepas kedua anaknya pergi Donghae membanting sendok makannya. "Aku udah capek sama mereka."

Yoona meringis kecil. "Gimana kalau kita lakuin kayak tiga tahun lalu?"

"Dan berakhir Eric dirawat di rumah sakit gara-gara di hantam balok kayu sama Jeno?" ucap Donghae remeh.

Tiga tahun lalu ia dan Yoona sudah setuju membawa Eric pergi ke LA tapi gagal karena aksi Jeno dan dari situ pertengkaran keduanya semakin parah. Eric yang sebelumnya tak terlalu berani pada Jeno kini bisa melebihi Jeno kalau bertengkar. Hal tersebut membuat Yoona dan Donghae pasrah.

"Harusnya kita lebih keras didik mereka biar mereka takut dan nggak kurang ajar kek sekarang," kata Yoona. Donghae hanya menatap malas mendengar opini Yoona.

"Udahlah aku mau berangkat dulu, Tiffany udah nunggu di kantor."

Yoona tersenyum simpul menanggapi pamitan Donghae.

=

"Dower!"

Hyunjin yang lagi tebar pesona ke adkel menatap malas Jeno yang meneriaki dia daritadi. Namanya tuh Hyunjin bukan Dower, males banget dia kalau ada manggil kek gitu. Tapi karena Jeno terus berteriak, dengan malas ia harus menghampiri Jeno.

"Apa?"

"Bagi video yang kemaren lo kasih ke pelatih."

"Padahal lo bisa minta langsung ke si Eric ngapain minta gue bego!" ucap Hyunjin setengah berteriak.

"Lahiya juga, kok gue goblok sih."

"Emang goblok dari dulu." Jeno langsung nendang kaki Hyunjin karena ngeledek dia.

Pada akhirnya Hyunjin tetap mengirimkan video tersebut pada Jeno. Jeno menyerngit heran, "bentar-bentar sejak kapan lo punya kontak gue dan gue juga punya kontak lo?"

"Lo lupa? Kita dulu kan saling tukar bokep sebelum negara api menyerang," jawab Hyunjin santai.

Jeno menatap Hyunjin aneh, dirinya tak menyangka kalau pernah dekat dengan musuh bebuyutan ini sebelumnya. Jeno sendiri lupa masalah apa yang menyebabkan mereka bermusuhan sepeti sekarang.

"Bentar Njin, yang ngirim video lo ke pelatih itu si Baejin kan?"

Hyunjin mengangguk. "Kemaren dia ngaku sendiri ke gue tapi dia bilang dapet video itu udah dari lama dan ada nomer yang nggak dia kenal ngirim itu tapi sekarang nomernya udah nggak aktif, gue juga di tunjukin isi chatannya Baejin sama tuh orang."

"Sama dong, Eric dapet video itu juga dari orang nggak di kenal," ucap Jeno.

Detik berikutnya Hyunjin dan Jeno saling pandang.

=

Part ini rada akur, nggak tau park berikutnya bakalan terus akur atau...? okey jangan lupa vote dan komen, see you next chapter.

Sama(r) ft. jenricTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang