Chapter 25 ♗

807 148 21
                                    

Ke perbatasan (2)

⧫︎ ⧫︎ ⧫︎

Valias berpapasan dengan kepala pelayan ketika dirinya sudah berada di lantai dasar mansion.

"Tuan Reuben," panggilnya.

"Tuan Muda. Yang Mulia. Tuan Muda Adelard." Reuben membungkukkan dirinya rendah. Terutama pada Wistar yang membalasnya dengan senyum karisma.

Valias memanggilnya lagi. "Tuan Reuben."

Reuben membungkukkan bahunya pada Valias. "Tolong panggil saya Reuben, Tuan Muda," dia meminta. "Anda tidak perlu memanggil saya dengan penghormatan seperti itu."

Reuben kembali merendahkan kepalanya. Valias mengangguk kecil. "Baiklah. Reuben." Valias menghormati permintaannya. "Tolong bawa aku ke tempat mage dari istana itu. Aku akan ke sana," pintanya.

"Saya mengerti. Tolong ikuti saya." Reuben mengayunkan tangannya dan memimpin jalan mereka berempat.

Dia memanggil nama mage wanita yang sedang menonton para ksatria Bardev berlatih.

"Nona Mareen."

"Tuan Reuben. Ah." Mareen memiliki ekspresi yang mirip dengan Mallory tadi.

Valias membuat senyum sederhana. "Nona Mareen, benar?"

"Ya, Tuan Muda." Mareen cepat-cepat membungkuk. "Ada yang bisa saya bantu?"

Valias mengangguk mengiakan.

"Aku tau Yang Mulia Frey tidak memintamu untuk mengirimku," ujarnya. "Tapi bisakah kau membawaku ke istana?"

"Ah." Mareen bereaksi gugup. Sebagai mage yang melayani keluarga kerajaan, dirinya hanya akan mengikuti perintah putra mahkota. Kemarin adalah situasi darurat. Untuk melakukannya lagi...

"Nona. Aku yakin kakakku akan mengijinkan Valias Bardev untuk mendatangi istana kapanpun dia mau. Lagipula aku akan ikut bersamanya. Dan temanku ini juga." Wistar menyeringai seraya menepuk bahu Dylan. Menerima mata tidak suka dari anak itu.

"Kau bisa menuruti permintaannya," ucapnya.

"Yang Mulia..." Mareen masih merasa ragu. Tapi mengingat bagaimana Frey terlihat begitu beterimakasih pada orang berambut merah di depannya, dan juga bagaimana Pangeran Wistar berada di Kediaman Bardev bersama orang itu, Mareen merasa kalau dirinya bisa melakukannya.

"Saya mengerti."

Valias tersenyum tulus. "Terimakasih. Apakah kita perlu ke gerbang seperti kemarin?"

Mareen menggeleng pelan. "Tidak perlu, Tuan Muda. Saya bisa membawa Anda dari sini."

"Dia benar, Valias. Sihir berpindah bisa dilakukan kapanpun dan di manapun selama si perapal mengetahui koordinat pasti tempat yang dituju." Wistar menertertawakan Valias berpikir dia lucu.

"Yang Mulia Wistar benar. Saya akan mengirim Anda sekarang." Mareen merendahkan kepalanya.

Cahaya mengelilingi ketiga remaja itu dan ketika Valias membuka mata dia sudah berada di depan bangunan istana. Bukan ruangan luas bawah tanah kemarin.

"Kau bingung kenapa kita diantar ke depan istana? Mage itu mengirimku bersamamu. Tentu saja dia akan mengirimu ke koordinat yang biasa digunakan untukku." Wistar tergelak mengayunkan-ayunkan tangannya ke depan Valias.

Valias tidak penasaran soal itu sama sekali tapi tidak mengatakan apa-apa.

"Ayo masuk. Kau mau menemui kakakku?"

Valias mengangguk.

Ini akan menjadi langkah pertamaku.

Pintu terketuk dan terbuka. Frey duduk di meja kerjanya dengan tumpukan kertas yang biasa Valias lihat sebagai Abimala di meja kantornya.

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now