Lima

22 1 0
                                    

Selepas kuliah pagi Erina dan Alan menjalankan aktivitas barunya, yaitu bekerja di cafe. Ini hari kedua mereka bekerja di cafe itu, ralat—maksudnya cafe milik Erina.

Tadi sewaktu di kampus Erina dan Alan sudah bercerita kepada temannya bahwa mereka bekerja di cafe Losaster kecuali Cece, sahabat Erina itu tadi tidak masuk kelas karena sakit. Entah Cece sakit apa Erina tidak tau, tadinya sebelum berangkat bekerja Erina akan pergi menjenguk Cece. Tetapi Cece melarangnya dengan alasan Cece hanya sakit biasa saja tidak parah. Yasudah Erina hanya bisa menurut, semoga aja sahabatnya itu tidak berbohong.

Seperti hari kemarin sebelum bekerja, mereka membersihkan meja-meja pelanggan. Walaupun Erina dan Alan tau sebenarnya meja ini sudah dibersihkan tetapi tidak apa, mereka akan membersihkannya lagi. Itung-itung ibadah.

"ALAN!"

Lelaki itu memutar sedikit kepalanya saat mendengar ada suara panggilan, tetapi Alan tidak menemukan sosok yang memanggilnya itu. Mungkin karena cafe cukup ramai jadi Alan tidak melihat orangnya. Alan kembali melanjutkan aktivitasnya

"ALAN BUDEG YA LO!"

Untuk kedua kalinya Alan mencari siapa yang memanggil namanya, matanya memicing saat melihat orang yang melambai-lambaikan lengannya pada Alan. Alan menghela nafas kecil, ternyata yang memanggilnya Yaya, ia datang bersama sang adik. Mengerti kode yang dimaksud Yaya, Alan langsung melangkahkan kakinya menuju meja itu.

"Apa sih teriak-teriak malu-maluin gua aja."

"Lagian lo budeg, gua panggil diem aja." jawab Yaya.

"Bukannya budeg, gua ga liat lo ada di sini."

"Buta dong?" ujar Aufa.

"Ga buta juga Aura."

"Yee, Aufa bukan Aura ya jing." sarkas Aufa yang tidak terima namanya diganti oleh Alan.

"Gua lagi kerja, lo ma—"

"Ya iya gua tau lo kerja, bukan lagi nonton tong setan." Lagi-lagi Alan mengehela nafasnya kasar, Aufa sangat suka memotong ucapan orang.

"Serah lo. Mau pesen ga? Kalo ga, lo bedua cabut deh, sepet mata gua liat kalian di sini."

"Lan kita pelanggan loh. Gua aduin boss lo mampus dah dipecat pasti," Alan terkekeh mendengar ancaman Yaya, Alan tidak takut atas ancaman itu. Orang boss asli cafe ini adalah Erina, hanya belum resmi saja.

"Lo ke sini cuman mau adu mulut sama gua?" tukas Alan, kesabarannya hampir habis menghadapi dua mahluk ini.

"Istighfar lo, gua masih normal. Yakali gua adu mulut sama cowok."

"Denger ya, di dunia ini Allah nyiptain Adam dan Hawa. Bukan Adam dan Agus." ucapan Yaya dilanjutkan oleh Aufa. Mendengar ucapan mereka, kesabaran Alan benar-benar habis. Padahal ini baru pelanggan Alan yang pertama tapi energi Alan sudah sedikit terkuras karena menghadapi kakak beradik ini.

"Gua di sini ga bisa ngomong kasar, jadi kalian jangan mancing gua. Cepet mau pesen ga? Kalo ga kalian balik aja mending!"

"Iya santai aja napa sih. Gua pengen macchiato sama nachos," Alan langsung mencatat pesanan Yaya. Sekarang tinggal menunggu pesanan Aufa, ia masih sibuk melihat daftar menu.

"Gua pengen air putih blender aja, lah." Alan melongo mendengar ucapan Aufa, benar-benar menghadapi spesies manusia seperti Aufa harus butuh kesabaran yang penuh.

"Balik sana lo! Sumpah, ini gua ngusir." sarkas Alan.

"Becanda kali Alanskuy, ice blend sama jamur enoki."

"Gua bakal bawain lo magic mushroom biar lo nge-fly nanti."

"Gua ga mau kejadian itu keulang lagi ya. Jadi jangan ngasih gua magic mushroom lagi sialan."

COLD BLOOD KILLERWhere stories live. Discover now