Prologue

105 15 0
                                    

Aku melihat ke arah sekitar ku dan mencari-cari keberadaan Samudra. Apakah Samudra benar-benar tak bisa hadir di acara kelulusan ku..? Ku rasa ia memang belum bisa pulang dari Bali. Dengan perasaan yang sedikit kecewa, aku pun mendorong roda dari kursi roda ku ke arah Lobby kampus ku. Terlihat dua adik laki-laki ku menghampiri ku sembari membawa dua buah buket bunga.

"Selamat atas kelulusannya, Kak Una hehe. Maaf Dimas sama Vano datengnya telat. Vano kelamaan tuh milih bunganya.." Mendengar ucapan Kakaknya, Revano melemparkan tatapan kesalnya tersebut sembari menunjukkan ekspresi marahnya yang menggemaskan tersebut. "Diem deh, Bang." Tukasnya. Aku terkekeh dan kemudian menarik tangan kedua Adikku tersebut.

"Makasih ya, Kakak suka bunganya." Ucap ku. Mereka berdua kemudian berlutut di samping ku dan meminta kecupan di pipi mereka, ku kecup singkat pipi kedua Adikku tersebut sembari mengacak-acak rambutnya. "Kak!" Aku tertawa lalu mengeluarkan dompet ku. "Hari ini Kakak traktir kalian, kita makan-makan diluar ya!" Ajak ku. Dimas da Revano terlihat girang setelah mendengar ajakan ku.

Kami bertiga pun pergi ke arah mobil kami yang berada di tempat parkir bagian Utara. "Bang Sam gak jadi kesini, Kak?" Tanya Revano seraya mendorong kursi roda ku. Aku terdiam sesaat lalu menggelengkan kepala ku. "Mungkin dia kena delay? Atau mungkin bisa aja jadinya besok pulangnya." Jawab ku. Dimas dan Revano menganggukkan kepalanya mengerti.

Revano lalu menggendong ku dan mendudukkannya di bangku depan, sementara ia memilih untuk duduk di belakang dan membiarkan Dimas menyetir.
Selama di perjalanan, pikiran ku terus menerus memikirkan Samudra. Kemana kah ia? Bahkan pesan yang ku kirimkan padanya tak kunjung ia balas hingga saat ini. Hati ku terasa tidak tenang, aku khawatir terjadi apa-apa padanya. Ku harap pikiran ku salah.

"Kak, daripada Kak Una bingung gitu mending telfon aja deh Bang Sam nya," Ucap Revano. Benar juga, ah bisa-bisanya aku tak berpikir jauh hingga kesini. Ku rogoh kembali tas ku dan meraih ponsel ku, ku buka daftar kontak dan mencari nama Samudra. Setelah menemukannya, ku tekan tombol memanggil dan menunggunya untuk mengangkat panggilan ku.

Namun justru setelah ku tunggu-tunggu panggilannya tak aktif, tak biasanya Samudra menghilang tanpa kabar seperti ini. Sesibuk-sibuknya ia, ia pasti menyempatkan diri untuk mengabari ku. Ku taruh kembali ponsel ku ke dalam tas dan melihat ke arah luar jendela mobil, terlihat sebuah pesawat pergi mengudara dan melintas di atas awan.

Melihat pesawat itu membuat ku kembali teringat akan Samudra, rasanya aku begitu merindukannya. Sudah satu bulan ia pergi dari Yogyakarta menuju Bali untuk menemui Kakeknya yang sedang sakit keras disana.
Ah.. Rasanya aku tak sabar untuk segera bertemu dengannya nanti.

"Bang.. Puter radio atau apaan kek, bosen nih." Mendengar ucapan Revano, Dimas pun segera menyalakan fitur radio di mobil ku. Ku naikkan sedikit volume radio tersebut dan menyimaknya. "Pesawat Cloudness Air hilang kontak pada Rabu pagi hari ini. Diperkirakan pesawat hilang kontak pada pukul 08:24:32 WIB tak jauh dari waktu setelah lepas landas dari Bandara Internasional Ngurah Rai."

Deg.

Tubuh ku kini terasa membeku ditempat setelah mendengar kabar tersebut. "Gak mungkin dia kan.." Gumam ku. Kini perasaan dan pikiran ku kembali kacau memikirkan keadaan Samudra yang tanpa kabar, bagaimana jika ia adalah salah satu penumpang di pesawat itu?
"Enggak, Kak.. Gak mungkin. Kak Una tenang aja, selagi kita belum dapet kabar dari Bang Sam atau kerabatnya, kita gak boleh mikir aneh-aneh. Barangkali hp dia lowbatt?" Ujar Dimas yang berusaha menenangkan ku.

Ku usap dada ku untuk sedikit menenangkan detak jantung ku yang sedang kacau itu. "Kamu bener.. Kakak harus tenang dulu buat sekarang. Mungkin aja dia gak ambil jam segitu.." Ucap ku. Ku lihat kembali ponsel ku dan mengecek aplikasi chat ku, tak ada satu pun orang yang mengabari ku. Ku harap dugaan ku salah kali ini.

[✓] 1001 Kisah Untuk Aruna ¦¦ Sakusa Kiyoomi.Where stories live. Discover now