Chapter 2 : Menoreh Kisah Awal.

26 9 0
                                    

Author POV

Sejak Aruna memberikan nomor ponselnya kepada Samudra, kini hubungan diantara mereka berdua kini semakin dekat. Selama menyusun tugas laporannya, Samudra banyak dibantu oleh Aruna. Ia kerap kali mengerjakan tugasnya tersebut di Gallery pribadi milik Aruna, mereka sering kali berdiskusi. Dan beruntungnya lagi, kelompok Samudra mendapatkan nilai tertinggi di kelasnya.

Di pagi hari ini, Aruna sudah sangat sibuk. Ia bahkan sudah bangun sejak pukul tiga malam hanya demi menyelesaikan kue ulang tahun pesanan beberapa kliennya. Dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 08:00, Aruna dibantu dengan karyawan-karyawannya membuat berbagai roti dan kue.

Sejak kedua orang tua nya meninggal, Aruna memutuskan untuk melanjutkan bisnis toko kue dan Cafe milik mendiang orang tuanya tersebut. Tak hanya ikut membantu karyawannya, ia juga memiliki beberapa kerja sampingan untuk terus mencukupi kebutuhan keluarganya. Meskipun ia tahu bahwa ia terlahir dari keluarga kaya, ia tidak mau harus terus bergantung dengan harta warisan kedua orang tuanya. Baginya, jika warisan itu terus menerus dipakai maka akan cepat habis. Ia melakukan ini semua demi berjaga-jaga jika sewaktu-waktu mereka mengalami kesulitan ekonomi.

"Non, ini saya tinggal olesin whipcream kan ya?" Tanya salah satu karyawan. Aruna menoleh sekilas ke arahnya lalu mengangguk. "Iya, warnanya sesuaiin sama yang udah saya tulis ya. Nanti kalo udah lanjut bentukin fondant nya sesuai masing-masing pesanan," Jawab Aruna. Dengan kecepatan tangannya yang gesit, dalam waktu satu jam saja ia berhasil menyelesaikan decor kue pesanan kliennya.

Sementara itu, Revano dan Dimas juga turut serta membantu Kakaknya tersebut. Revano membantu sebagai delivery man, dan Dimas membantu sebagai kasir. Aruna seringkali menyuruh mereka untuk tetap diam di rumah atau bermain dengan teman-teman mereka dan tidak membantunya, karena Aruna khawatir kedua Adiknya tersebut akan kelelahan. Namun sama seperti Aruna yang keras kepala, Dimas dan Revano bersikeras memaksanya untuk mengizinkan mereka membantu Kakaknya tersebut.

"Mbak.. Tolong packing kue nya ya, terus suruh Vano kirim kue ini ke alamat-alamat ini."

"Siap non."

Hari ini suasana Cafe jauh lebih padat oleh pelanggan daripada biasanya, seluruh meja dan kursi telah penuh diisi oleh para pelanggan. Tak hanya di Cafe saja, bahkan pesanan via delivery pun sama padatnya. Diperkirakan Aruna dan kedua Adiknya baru bisa istirahat saat sore hari nanti. "Mas Vano, ini kata Non Runa disuruh anter ke alamat-alamat ini. Masing-masing kue nya udah dibedain boxnya, hati-hati ketuker." Revano yang baru saja duduk kembali berdiri dan mengambil secarik kertas yang ditulis oleh Aruna. Karyawan itu lalu membantu Revano memasukkan kue nya ke dalam box pengiriman.

"Makasih, Mbak."

Revano kemudian menaiki motor milik tokonya dan melaju ke beberapa alamat yang sudah ditulis. Ia mulai mengantarkan pesanannya dari jarak terdekat terlebih dahulu sebelum ke arah yang jauh.

Setelah mengantar ke beberapa tempat, kini Revano tiba di tujuan akhirnya yaitu Dandelion FM. Sebuah Studio radio yang cukup terkenal di daerah Yogyakarta. Revano hafal betul bahwa Kakak pertamanya ini sering sekali mendengarkan radio dari Dandelion FM, ia selalu berkata bahwa ia jatuh cinta dengan suara salah satu penyiar laki-laki disana.

Seorang satpam menghampiri Revano dan menyuruhnya untuk masuk saja ke dalam. Revano hanya menurut saja dengan ucapan satpam tersebut, ia lalu masuk ke dalam bangunan Studio itu. Ia melihat ke arah sekitarnya, mencari-cari sosok pelanggan yang memesan kue yang dia antar. Karena tak mau membuang waktu, Revano memutuskan untuk bertanya kepada salah seorang wanita disana.

"Permisi, Kak. Ada Kak Samudra nya? Ini dia pesen kue ini."

"Oh bentar ya. SAM! SAMUDRA! SINI!"

[✓] 1001 Kisah Untuk Aruna ¦¦ Sakusa Kiyoomi.Where stories live. Discover now