Chapter 10 : Garis Temu.

30 8 3
                                    

Author POV

1 tahun kemudian...

Hari ini, pengunjung Gallery milik Aruna cukup dipadati oleh orang-orang. Para seniman beserta penikmat lukisan datang berbondong hanya demi melihat pameran karya lukisan Aruna yang menurut mereka sangatlah indah dan bermakna dalam. Revano dan Aruna terlihat sangat sibuk menerima tamu, mereka berbincang-bincang mengenai setiap lukisan yang terpajang dan lainnya.

"Selamat ya, Aruna."

Aruna menjabat tangan Meian dan tersenyum
bangga. "Gue cukup terharu liat perjuangan lo dari dulu sampe sekarang, gue bangga sama usaha lo." Ujar Meian. Aruna tertawa kecil menanggapi pujian dari Meian dan mengucapkan terima kasih. Setelah berbincang-bincang, Meian mengajak Aruna untuk makan bersama di sebuah restoran di dekat Gallery Aruna.

Setibanya di restoran tersebut, Meian dan Aruna lalu masuk ke dalam restoran itu dan duduk di sebuah meja yang khusus untuk dua orang. "Kabar lo gimana?" Tanya Meian. "Aku baik-baik aja, meski satu tahun lalu banyak cobaan tapi aku berhasil lewatin semua itu." Jawab Aruna. Tak lama kemudian, seorang pelayan menghampiri mereka berdua dan mencatat pesanan makanan mereka.

"Gak kerasa ya udah satu tahun... Gue turut berduka cita atas apa yang udah lo alamin satu tahun lalu, pasti itu gak mudah buat lo." Aruna hanya bisa tersenyum dan menatap ke arah luar jendela. Ia kembali mengenang masa-masa sulitnya dahulu, hingga bahkan keajaiban yang menimpanya. "Iya ya, gak kerasa... Sekarang aku ngerti, ternyata Tuhan gak sepenuhnya kasih aku penderitaan mulu selama satu tahun lalu. Tapi Tuhan juga kasih aku keajaiban dimana aku bisa jalan lagi kayak sekarang," Timpal Aruna.

Meian tersenyum bangga melihat gadis yang berada di hadapannya. "Andai lo masih ada disini, Sam. Lo bakalan ikut bangga ngeliat cewek lo udah tumbuh sebagai wanita hebat sekarang," Batin Meian, ia lalu menatap ke arah langit biru di luar sana.

"Runa..."

"Iya?"

"Lo... Masih nunggu dia sampe sekarang?"

Aruna menyelipkan helaian rambutnya dan tersenyum. "Masih. Dan sampe sekarang, aku masih percaya dia kalo dia masih hidup. Aku percaya dia bakalan nemuin aku, sejauh apapun dia pergi. Dia bakalan tepatin janjinya," Jawab Aruna. Disaat semua orang menganggap bahwa Samudra telah tiada setelah dinyatakan hilang dalam kecelakaan pesawat, hanya Aruna lah yang percaya bahwa Samudra masihlah hidup di suatu tempat.

"Gak aneh ya temen gue segitu prioritasin lo daripada dirinya sendiri, ternyata lo emang sosok wanita yang layak buat dikagumi banyak orang karena kepribadian lo." Meian menatap ke arah Aruna dan tertawa kecil, sejujurnya hatinya merasa lega karena temannya jatuh cinta pada orang yang tepat. "Bener kata lo, Sam bakalan tepatin janjinya. Sekarang, gue ada dipihak lo. Gue bakalan percaya kalo saat ini Sam butuh waktu buat nemuin lo lagi, gue percaya dia bakalan datang lagi." Timpal Meian.

Tak lama kemudian, seorang pelayan mengantarkan pesanan makanan mereka berdua. Aruna dan Meian lalu menyantap makanan mereka masing-masing sembari lanjut berbincang mengenai Samudra. "Lo tau, Sam menurut gue bukan tipikal cowok yang gampang jatuh cinta sama orang. Dia terkesan dingin dan cuek, bahkan temen SMA nya dulu sering bilang gitu ama gue. Makanya pas dia bilang dia udah pacaran sama lo, gue kaget." Ujar Meian.

"Dan setelah gue kenal lo, gue gak lagi ngerasa aneh si kalo dia bisa kepincut sama lo. Cuman gue kesel ae dia jadi demen bucin," Aruna tertawa mendengar celotehan Meian. "Bucin gimana tuh?" Tanya Aruna. Meian lalu bercerita bahwa Samudra seringkali bercerita mengenai sosok Aruna dimatanya, ia juga memberitahu Aruna bahwa wajah Samudra selalu terlihat merah jika Meian dan teman-temannya mengungkit mengenai Samudra yang berani mencium Aruna.

[✓] 1001 Kisah Untuk Aruna ¦¦ Sakusa Kiyoomi.Where stories live. Discover now