Chapter 5 : Cerita di Masa Lalu.

21 8 2
                                    

Sakusa POV

Seperti biasa, hari ini aku akan mengunjungi Aruna di Gallery pribadinya. Tentu saja aku membawa banyak makanan untuk kami santap ketika kami sedang mengobrol berdua. Ku ketuk pintu Gallery nya dan kemudian masuk ke dalamnya, Aruna yang tengah melukis kini menoleh ke arah ku. Wajahnya terlihat cerah menyambut kedatangan ku.

"Nih, aku bawa makanan kesukaan kamu."

"Asik!"

Aku menghampirinya dan memberikannya sekantung plastik yang berisikan sebuah kue favoritnya yaitu red velvet cake. "Lukisannya udah beres belum? Aku ganggu kamu gak?" Tanya ku. Aruna menggelengkan kepalanya sembari tersenyum, sekilas ia menatap ke arah lukisannya dan kembali menyantap kue nya. "Enggak kok, emang belum selesai tapi dikit lagi beres." Jawabnya.

Saat itu, entah mengapa terlintas dibenakku tentang apa yang terjadi dengan masa lalu Aruna. Rasa penasaran itu menggerogoti pikiran ku, rasanya aku benar-benar tak tahan untuk menanyakan hal ini. "Runa..." Panggil ku. Ia menoleh ke arah ku dengan tatapan bingungnya. "Iya kenapa, Sam?" Tanya nya.

"Sebenernya... Apa yang terjadi di masa lalu sama kamu?"

Ia nampak terkejut, sesaat kemudian Aruna termenung. Seolah-olah pikirannya pergi melintasi masa lalunya. "Kalo kamu gak mau jawab, gapapa. Aku gak-" Mata ku terbelalak ketika ia menempelkan jari telunjuknya di bibir ku, ia membungkam ku. "Aku bakal tetep ceritain." Ucapnya.

Author POV

"Aku bakal tetep ceritain." Ucap Aruna. Gadis itu lalu menarik nafasnya dan terdiam sesaat, pikirannya kini berkelana kembali ke masa lalunya. Ia berusaha kembali mengingat masa-masa kelam nan pahitnya itu. Setelah ia siap, ia lalu mulai menceritakan masa lalunya tersebut kepada Samudra.

***

Bandung, 28 Oktober 2016.

Hari itu, Aruna baru saja selesai mengikuti kegiatan Olimpiade Fisika tingkat nasional di Bandung. Kedua orang tuanya ikut mengantar putri sulungnya tersebut, sementara kedua Adiknya memutuskan untuk tidak ikut dikarenakan kesibukan sekolahnya masing-masing. "Selamat anakku sayang..." Seorang wanita dan pria yang berusia sekitar tiga puluh lima menghampiri Aruna, mereka mencium pipinya.

"Ayah bangga sama kamu, selamat ya..."

"Putri cantik Bunda hebat deh!"

Aruna tertawa menanggapi pujian-pujian yang dilontarkan kedua orang tua nya tersebut. "Ih Bunda sama Ayah berlebihan deh... Una bisa sampe ditahap ini berkat dukungan dan doa dari kalian juga, jadi makasih ya Bunda, Ayah..." Aruna mencium pipi kedua orang tua nya secara bergantian.

"Hebat! Murid Ibu hebat ya!" Seorang wanita yang berpakaian rapih menghampiri Aruna dan kedua orang tua nya sembari bertepuk tangan, ia adalah Guru pembimbing Aruna yang bernama Bu Lina. "Selamat ya, Aruna. Nambah lagi nih piala sekolah gara-gara kamu hahaha," Aruna hanya bisa tersenyum mendengar hal tersebut.

Mereka bertujuh lalu pergi keluar meninggalkan gedung, rencananya mereka akan makan bersama terlebih dahulu sebelum pulang ke Yogyakarta. "Ibu, Una nanti pulangnya sama Ayah dan Bunda aja deh." Ujar Aruna. Bu Lina menatap Aruna dengan tatapan yang bingung. "Loh kenapa gak sama Ibu aja, Na?" Tanya nya. Aruna menggelengkan kepalanya pelan. "Una mau habisin waktu Una sama orang tua Una, maaf ya Bu..." Jawab Aruna.

Aruna lalu membuka pintu restoran dan mempersilahkan kedua orang tua nya beserta guru-gurunya masuk terlebih dahulu sebelum dirinya sendiri. Setelah itu, mereka duduk di meja yang terletak berdekatan dengan kaca restoran tersebut. Seorang pelayan menghampiri mereka dan mencatat pesanan makanan yang akan mereka santap.

[✓] 1001 Kisah Untuk Aruna ¦¦ Sakusa Kiyoomi.Onde histórias criam vida. Descubra agora