1. THOUSAND SUNS

3.4K 359 49
                                    

BAB I
THOUSAND SUNS

God save us everyone
Will we burn inside the fires of the thousand suns
For the sins of our hand
The sins of our tongue
The sins of our father
The sins of our young

Beijing, 8 Oktober 2020

Sebuah peti mati berplitur coklat terbaring kokoh di depan mimbar gereja di pusat kota Beijing. Peti itu terbuka, memperlihatkan sosok pria berparas tampan yang terlelap di dalam sana. Tak lagi bisa membuka mata.

Orang tua, kerabat dan teman, semua berkumpul, duduk berjajar di bangku yang tertata rapi dalam ruangan. Isak tangis terdengar sahut menyahut, mengiringi kepergian pria yang terbaring di dalam peti itu.

Hanya tiga hari berselang setelah ulang tahunnya, Xiao Zhan tidak menyangka bahwa dirinya akan kembali kehilangan seseorang yang dia sayangi.

Wu Shixun telah pergi untuk selama-lamanya.

Pria itu meninggal karena kecelakaan. Tertabrak sebuah mobil ketika hendak menyebrang jalan dengan membawa seikat bunga di tangannya. Bunga yang ingin dia berikan untuk Xiao Zhan sebagai permintaan maaf karena membatalkan janji.

Xiao Zhan menangis sesegukan di samping Yuchen. Sementara seorang sahabatnya lagi yaitu Luhan, tidak terlihat sejak pagi itu.

Yuchen tidak begitu mengenal Wu Shixun dengan baik. Yang dia tahu, pria itu sangat menyayangi Xiao Zhan. Entah bagaimana nasib Xiao Zhan setelah ini tanpa pria itu di sampingnya.

"Zhan, relakan kepergiannya. Shixun sudah tenang di sana."
Yuchen mencoba menenangkan Xiao Zhan.

Bagaimana mungkin Xiao Zhan bisa merelakan kepergiannya ....

Pria itu adalah satu-satunya penerang dalam hidup Xiao Zhan yang gelap gulita. Xiao Zhan tidak punya keluarga ataupun hal lain yang berharga. Dia hanya punya Wu Shixun.

Satu persatu sanak keluarga melangkah menghampiri peti itu untuk meletakkan setangkai bunga sebagai penghormatan terakhir. Dan kini tiba waktunya bagi Xiao Zhan untuk melakukan hal yang sama.

Setangkai mawar merah dipegang dengan tangan gemetaran. Langkahnya terasa sangat berat, air mata tak henti-hentinya mengalir bagaikan hujan.

Xiao Zhan berusaha menyeret kaki, menguatkan hati untuk menghadapi kenyataan bahwa orang yang paling dia cintai kini telah pergi.

Tidak sanggup ... Xiao Zhan menjatuhkan dirinya di lantai gereja sebelum sempat meletakkan bunga mawar merah itu.

"Hiks ... hiks ... Shixun ... jangan pergi ..."

Xiao Zhan menangis semakin kencang. Dadanya terasa sesak dan telinganya seperti berdengung. Isak tangis orang-orang mulai terdengar samar, kemudian tempat itu menjadi sunyi. Terlampau sunyi hingga terasa bagaikan mimpi.

Xiao Zhan mengangkat wajah, tempat itu menjadi lebih gelap dan suram. Dilihatnya sekeliling, semua orang menghilang, dan bahkan dia tidak berada di gereja yang sama. Pemuda itu pun perlahan berdiri dengan wajah kebingungan.

Tempat ini ....

Atensi Xiao Zhan menangkap peti mati tempat peristirahatan terakhir kekasihnya.

"Huh!"

Tidak masuk akal. Bukan hanya semua orang yang tiba-tiba menghilang dan ruangan yang berubah. Namun kini peti mati itu juga kosong.

YIZHAN 21+ BLACK SANCTUARYWhere stories live. Discover now