1 SEPTEMBER 2021
Judul : BLACK SANCTUARY
"Mudah bagiku membangkitkan jasad pria itu, asalkan kau mau menyerahkan tubuhmu kepadaku."
Xiao Zhan terikat kesepakatan dengan iblis agar kekasihnya bisa hidup kembali.
Apakah iblis itu akan memenuhi janj...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Terik matahari pukul delapan pagi membangunkan Xiao Zhan dari tidur lelapnya. Pemuda itu menggeliat, membuka mata perlahan, dan mulai menatap sekeliling. Dia berada di dalam kamarnya sendiri.
Huh ... mimpi?
Xiao Zhan mengira apa yang baru saja dialaminya adalah mimpi. Tubuhnya bersih, tapi telanjang tanpa pakaian, hanya terbungkus selimut. Dan tepat ketika pemuda itu ingin bangun, seluruh tubuhnya terasa sangat sakit.
"Akhhh!" pekiknya. Xiao Zhan kembali merebahkan diri. Bahkan untuk duduk saja pinggangnya terasa sakit.
Jadi ... itu bukan mimpi?
Takut ... rasa takut akan kehilangan Wu Shixun masih menghantui Xiao Zhan sampai sekarang.
Bagaimana jika semua itu mimpi? Bagaimana jika tidak ada yang berubah dan Wu Shixun tidak ada lagi di dunia ini?
Air mata Xiao Zhan mulai mengalir deras. Rasa sedih dan putus asa kembali menguasai hatinya. Jika biasanya Xiao Zhan langsung mengecek ponsel ketika terbangun, namun tidak dengan pagi ini. Dia merasa takut.
Rasanya akan sangat sulit baginya untuk menghadapi kenyataan jika memang sang kekasih telah tiada.
"Apa yang kau ragukan?"
"Huh?!" Tatapan Xiao Zhan melebar, dengan cepat menoleh ke sebuah kursi tidak jauh dari ranjangnya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Kau--" Xiao Zhan langsung bangun dengan cepat saking terkejutnya, hingga pemuda itu lupa bahwa sekujur tubuhnya terasa sangat sakit sejak bangun beberapa saat yang lalu.
"Aarggh ... ahhh!" Xiao Zhan kembali merebahkan diri. Pinggangnya terlalu sakit untuk bergerak cepat.
Pria itu ... pria dengan wujud asli iblis itu kini duduk di sebuah kursi di dekat ranjangnya. Pria itu mengenakan pakaian selayaknya manusia biasa.
