12. Percobaan Pembunuhan.

24.1K 1.7K 18
                                    

Tiga hari setelah pertemuan terakhirnya dengan Fatir, sampai saat ini Sofia belum pernah mencoba alat itu sama sekalipun. Rasanya ingin mengelak, tapi dirinya juga penasaran.

Sofia bangkit dari tempat duduknya lalu membuka lemari paling atas, dimana ia menyembunyikan kantong plastik yang diberikan oleh Fatir. Dengan ragu Sofia membuka plastik tersebut dan mengambil satu diantara banyaknya jenis benda tersebut.

Sofia masuk ke dalam kamar mandi kemudian mencoba alat itu. Setelah beberapa menit, Sofia menunggu sambil bermain handphone dengan santai dirinya langsung melihat hasilnya.

Tubuh Sofia menegang ditempat begitu melihat hasilnya.
"Haha alatnya rusak. Fatir anj*g belinya yang rusak,"umpatnya sambil membuang alat itu ke kotak sampah.

Sofia kembali ke tempat tidurnya dan merebahkan kembali tubuhnya diatas kasur. Sofia berusaha mengelak tapi dirinya tak fokus sedari tadi, bahkan pandangannya hanya kosong ke ponsel yang menyala.

"Apaan sih Sof. Gak! gak mungkin lah tolol! Sadar!"ucapnya berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

Sofia mendecak kesal saat pikirannya terpenuhi dengan bayang-bayang garis dua pada benda pipih tadi, tanpa sengaja pandangannya jatuh pada kantong plastik yang dimana didalamnya masih ada beberapa benda yang sama dengan merk berbeda.

Dengan ragu dirinya langsung membawa semua alat yang ada kedalam kamar mandi, tak mungkinkan Fatir membeli alat yang rusak segini banyaknya? Setidaknya pasti ada satu yang tidak rusak.

Setelah mencoba semua alat tersebut Sofia menggeleng tak terima seolah menolak fakta yang ada.

"Gak! Gak mungkin! Gua benci sama lo Tir!"racau Sofia menariki rambutnya frustasi. Tanpa sadar air matanya mengalir dengan deras bahkan keadaannya saat ini jauh dari kata baik-baik saja.
......

Fatir yang baru saja pulang dari Jakarta langsung menuju rumah Ibunya. Tapi saat dijalan, Fatir tak sengaja bersalipan dengan Sofia dari arah yang berlawanan. Entah kemana wanita itu akan pergi mengendarai motor dengan kecepatan diatas rata-rata hingga tak sadar bahwa dirinya bersalipan dengan mobil Fatir.

Awalnya Fatir tak peduli dan melanjutkan perjalanannya, tapi entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal dihatinya hingga membuatnya sesak dan berakhir putar balik untuk mengikuti wanita tersebut.

Sampai sudah jauh dari rumah mereka, Fatir dapat melihat motor Sofia berbelok ke jalan dua. Tanpa rasa curiga sedikitpun Fatir mengikuti wanita itu dari belakang hingga akhirnya motor Sofia berhenti diperkarangan rumah yang terlihat asing bagi Fatir.

Fatir melihat Sofia turun dari motor dan melepaskan helmnya. Anehnya kenapa mata wanita itu bengkak seperti habis menangis. Sofia memasuki rumah tersebut dengan ragu, sedangkan Fatir hanya menunggu dimobil karena tak mau membuat masalah.

Tak lama kemudian sepasang anak SMA berhenti dan masuk tanpa ragu ke rumah tersebut. Perasaan Fatir tak enak, ia keluar dari mobilnya dan menghampiri Ibu-Ibu yang sedang berkumpul disamping rumah yang dimasuki Sofia.

"Permisi buk,"sopan Fatir sambil menundukkan badannya membuat para Ibu-Ibu itu menoleh tersenyum membalas sapaan Fatir.

"Izin bertanya, maaf itu rumah apa ya?"tanya Fatir menunjuk rumah yang dimasuki Sofia dan dua remaja SMA barusan.

"Oh itu tempat pengguguran bayi, biasanya anak SMA yang hamil duluan yang ke sana."

DEEG..
Jantung Fatir rasanya seperti berhenti berdetak. Tubuhnya menegang ditempat dengan tatapan tak percaya. Benarkah Sofia setidak mau itu dirinya bertanggung jawab? Hingga berniat membunuh anak yang bahkan baru saja Fatir ketahui keberadaannya.
......

Fatir berlari ke rumah tersebut setelah berpamitan dengan Ibu-Ibu tadi. Fatir membuka kasar pintu rumah itu hingga membuat beberapa orang didalamnya terkejut. Pria itu mengedarkan pandangannya ke segala arah, tapi dirinya tak menemukam keberadaan Sofia.

"Dimana Sofia?"tanya Fatir mencengkram tangan salah satu pekerja dengan kilatan amarah.

"Sa-saya tidak tahu--"

"TIDAK TAU APA MAKSUD LO!! CARI DIA ATAU GUA BUNUH LO DISINI,"teriak Fatir membuat wanita tersebut membuka daftar pengunjung dengan tangan bergetar.

"Dia belum melakukan aborsi, tapi saya tidak tau keberadaannya,"jawabnya membuat Fatir menyugar rambutnya kebelakang.

Saat hendak menggeledah satu persatu ruangan, tiba-tiba seorang wanita keluar dari pintu toilet membuat Fatir segera mengahampirinya lalu mencengkram tangannya hingga membuat wanita itu meringis.
....

Sofia yang baru saja buang air kecil karena diterlalu gugup dikejutkan dengan kedatangan Fatir yang langsung mencengkram tangannya dengan keadaan tidak baik-baik saja, terbukti dari tatapan marah dan kecewanya yang ditunjukkan dihadapannya.

Sofia berusaha melepaskan cengkraman Fatir tapi tenaganya tak sebanding dengan pria tersebut.

"Lepasin!" teriaknya tak membuat Fatir mengalah, pria itu justru semakin menarik tangan Sofia untuk keluar dari tempat haram tersebut.

Sofia memberontak saat Fatir memaksanya masuk ke dalam mobil.
"MASUK!!"tekan Fatir dengan amarah yang sudah tidak bisa ditahan. Demi apapun saat ini Fatir terlihat sangat menyeramkan dimata Sofia, untuk pertama kalinya Sofia ketakutan berada didekat Fatir.

Dengan terpaksa Sofia masuk kedalam mobil Fatir. Tak lama Fatir ikut masuk ke dalam mobil lalu mengunci pintu mobilnya sebelum mengegasnya untuk segera meninggalkan tempat haram tersebut.

"Motor gua--"protes Sofia terpotong karena ucapan Fatir.

"Nanti diambil orang suruhan gua,"dingin Fatir membuat Sofia terdiam.

Selama diperjalanan tak ada yang membuka omongan sama sekali, hingga Fatir menghentikan mobilnya disuatu taman yang terlihat sedang sepi.

Fatir keluar dari mobil kemudian membuka pintu untuk Sofia. "Turun!"perintahnya membuat Sofia dengan ragu keluar dari mobil tersebut.

Setelah keluar dari mobil, Sofia mengikuti langkah kaki Fatir yang entah akan membawanya kemana.

Tiba-tiba Fatir menghentikan langkahnya kemudian berbalik badan menghadap Sofia yang meneguk kasar ludahnya saat melihat tatapan tajam dari pria tersebut.

Fatir mengeluarkan pisau lipat dari dalam sakunya dan memberikannya pada Sofia, hal itu membuat Sofia membulatkan mata terkejut.

"Bunuh gua--"

"BUNUH GUA KALO ITU BISA BUAT DIA SELAMAT, BUNUH GUA ASAL LO MAU RAWAT DIA.
BUNUH GUA SOF!!
BUNUH!!"

Fatir berteriak tepat didepan wajah Sofia dengan menarik paksa pisau yang ada digenggaman wanita itu untuk menusukkannya ke perutnya. Sofia bergetar ketakutan sampai menjatuhkan tubuhnya ke bawah.

Fatir hanya menatap datar Sofia yang kini terduduk didepannya dengan air mata yang mengalir dan tubuh bergetar.

"Gua harus gimana Sof buat minta maaf?sekali aja, untuk kali ini aja lo jangan egois. Gua mohon..."lirih Fatir terdengar seperti sudah lelah dengan keadaannya.

Sofia menahan tangisnya kemudian memberanikan dirinya menatap mata Fatir yang menatapnya sendu. Kilatan amarah itu terganti dengan tatapan menyedihkan yang membuat hati Sofia merasa tercubit.

"Gua takut. Gua takut di cap murahan. Gua takut dibunuh Ayah gua, gua takut menghadapi ini Tir. Lo gak akan ngerti karena lo cowok! Disini yang bakal dapet banyak masalah yang cewek. Gua sendiri gak tau apa gua bisa jadi Ibu yang baik atau nggak buat dia,"jelas Sofia terdengar frustasi.

Fatir menghela napas kemudian menarik pelan tubuh Sofia ke dalam dekapannya, pria itu mengelus pelan punggung Sofia sambil menganggukkan kepalanya mengerti.

"Ada gua disamping lo. Inget! sebrengsek-brengseknya gua, gua gak akan pernah lari dari tanggung jawab. Apa lagi berniat bunuh anak gua sendiri. Kita sama-sama belajar dan sama-sama rawat dia,"ucapnya menenangkan Sofia.

.......

Cerita yang saya buat semata-mata hanya untuk menghibur dan tidak untuk menyinggung pihak manapun. Maaf jika ada salah yang tidak saya sengaja ataupun tidak saya ketahui.

Jangan lupa vote & comment ya

Salah Target [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora