Part 22

4.8K 545 89
                                    

Lama gak nulis, jadi agak gak jelas isinya.

-enjoy my readers!

Suara debuman pintu terdengar keras, memekakan telinga orang-orang yang berada di sekitar ruangan inap milik Jaemin. Mark, dengan wajah yang memerah masuk menerobos dengan paksa. Dibelakangnya ada Haechan yang berusaha menghentikan kelakuan sang Suami. Tak ditemukannya seseorang pun di dalam, Mark keluar, menghalau salah satu suster yang lewat didepannya.

"Pasien dan keluarga di kamar ini kemana?" Sang suster meringis merasa kesakitan karena cengkraman tangan mark di lengannya. Haechan yang meyadarinya terlebih dahulu lalu melepas paksa tangan sang suami.

"Maaf pak, saya nggak tahu"

"KOK BISA ANDA GAK TAU?"bentak Mark marah.

"Mark lee.."gumam Haechan pelan

"Saya tidak berjaga di kamar ini pak, coba bapak tanya ke resepsionis barangkali mereka tau."

"Gak berguna semuanya,"decak Mark kesal, melangkah pergi dengan terburu buru menuju meja resepsionis.

"Maafin suami saya ya sus, emang agak stres dia tuh"ucap Haechan penuh penyesalan, sebelum melangkah pergi menyusul Mark yang sudah berjalan jauh.

Dalam hati sang suster menyayangkan hidup Haechan, yang harus menikahi sosok pemuda yang kasar dan pemarah seperti Mark lee.

"Mending sama aku aja gak sie"decak sang suster, kemudian melangkah pergi.

***

"Malem ini? Kamu serius Jen?" Jaemin terdengar syok mendengar keputusan sang suami yang berkata bahwa pertunangan Jisung dimajukkan malam ini.

"Semakin cepet pertunangan Jisung, semakin baik juga kan buat perusahaan aku. Perusahan aku bakal lebih besar daripada perusahan bang Mark sama Sungchan, sayang. Kamu gak pengen hal itu kejadian?"

Aktivitas mengunyah Jaemin terhenti, menatap sang suami dengan pandangan bingung setengah mati.

"Maksud kamu Jen? bukannya tujuan awal kamu pertunangan ini buat bantu perkembangan perusahaan kamu yang mau bangkrut ya?" Jeno menghampiri sang istri lalu duduk disebelah Jaemin, memegang dan mengelus kedua tangan halus milik Jaemin, lalu dikecupnya dengan sayang.

"Actually, emang dari awal tujuanku kayak gitu. Tapi kemarin perusahaan dapet suntikan dana darimana aku nggak tahu, katanya dirahasiakan. Dan sekarang udah baik-baik aja. Awalnya mau aku batalin, tapi Hyunjin nolak. Katanya, anaknya Lami udah jatuh cinta sama Jisung. Hyunjin nawarin kerja sama yang lebih menguntungkan buat perusahaan aku kedepannya dan bakal ngunggulin perusahaan terbesar milik bang Mark. Dan paps bakal bangga sama aku. Kamu pasti juga bangga kan?" Jeno menjelaskan dengan perlahan supaya sang istri mengerti.

Jaemin menggeleng tak percaya, bukan karena ide konyol yang dilontarkan sang suami, justru ia tak percaya dengan keputusan yang sudah diambil tanpa persetujuan dari dirinya.

Bagaimanapun, ini menyangkut Jisung. Dan, Jisung juga anaknya. Masa depan Jisung seperti dipermainkan oleh Jeno. Jeno, suaminya terlalu maruk dengan kekuasaan.

"Jeno.. kenapa kamu gak bilang dari awal? kenapa kamu gak minta persetujuan aku juga? aku ini masih buna nya Jisung, Jen."

"Nana sayang dengerin aku dulu ya?"

"Jeno, kamu harus jujur juga ke Jisung.."Jeno menggeleng menolak.

"Kita gak butuh persetujuan Jisung, Jisung sebagai anak kita harus nurut sama keputusan ini. Ini semua yang terbaik buat Jisung."Jeno kembali meyakinkan Jaemin.

"Lagipula Jen, perusahaan besar itu gak penting. Kenapa susah susah buat nyaingin perusahaan kak Mark sih? Aku juga gak nuntut kamu buat itu kan."

"Penting Na, bagi aku dan juga papa. Karena itu sebuah kehormatan bagi keluarga Jung. Kalian berdua nurut aja, bagaimanapun aku kepala keluarga disini. Aku yang menentukan semua keputusan dalam keluarga ini."Jeno berucap tegas. Kembali melakukan aktivitas mengemasi barang-barang Jaemin. Ya, orangtua Jaemin menyuruh mereka untuk tinggal sementara di rumah mereka.

mh family (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang