[Finish | 15+][TERBIT][REVISI DALAM VERSI CETAK] [Sebagian besar part belum dihapus]
BUKU MY SUGAR BOY DAPAT DI PESAN MELALUI SHOPEE ATAU NOMOR WA-KU! INFO PEMESANAN ADA DI CHAPTER TERAKHIR YA!
*****
Genre : Young Adult, Teenfiction, Romance, Comed...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
**** Kita hanya manusia biasa, yang tak bisa melawan takdir.
****
Jika tadi Wendy terlihat begitu bersemangat menyaksikan pertandingan basket, maka kali ini, Wendy tak henti menatap cemas pada sosok laki-laki yang saat ini memimpin. Lelaki itu berlari, sembari membawa bola basket di tangannya. Ya, Saga, lelaki itu berhasil mengambil alih permainan sekarang.
Wendy seharusnya tidak perlu secemas ini, namun bukan Wendy namanya jika ia tidak berlebihan dalam mengkhawatirkan seseorang yang ia sayangi. Gadis itu menggigiti jari kukunya cemas.
Wendy bahkan tak peduli pada tatapan sinis yang dilayangkan Jane padanya sesekali. Wendy tak ingin ambil pusing tentang itu. Toh, ia tak pernah memulai. Hanya gadis itu saja yang terus mencari masalah dengannya.
Entah apa yang berada di fikiran Jane ketika melihat Saga dengan tatapan memuja, Wendy yang kadang mendapati hal itu juga tak ingin terlalu peduli tentang itu. Yang ada difikirannya sekarang adalah, bagaimana Saga yang tetap baik-baik saja setelah pertandingan.
"Santai aja kali, Wen. Si Saga gak bakal tumbang gara-gara main basket doang." Shella terkekeh. Gadis itu tak tahan untuk diam saja ketika melihat Wendy yang tampak tidak tenang.
Wendy mendesah khawatir, matanya masih memperhatikan Saga dibalik pembatas bangku penonton ini. "Gue tahu. Tapi, tetep aja dia itu manusia biasa, Shell."
"Ya, emang siapa yang bilang Saga superhero? Halah, Wen! Gak usah hiperbola deh, lo!" Shella tergelak.
"Gak bisaa gitu, Shell! Saga kan--"
"Iyaa iyaaa. Kalo udah bucin, gue mah bisa apa?"
Wendy memicingkan matanya,menatap Shella. "Lo juga bucin ya, Shell. Jangan lupa."
"Kak Wendy gak usah terlalu khawatir gitu. Kak Saga udah baik-baik aja, kok!" Sahut Yuri, dengan senyum lebarnya.
"Iya sih ..." Wendy menghela nafas. Baiklah, mungkin hanya dirinya saja yang terlalu berlebihan. Gadis itu kembali menatap pada Saga yang lagi-lagi telah mencetak poin. Menimbulkan suara riuh dari Tim supporter SMA Nusa Bangsa, bersama Tim Cheers yang semakin heboh.
Kedua sudut bibir Wendy akhirnya tertarik, menatap bangga pada Saga yang terlihat sangat lihai dalam bermain basket. Ya, Saga baik-baik saja. Ia tidak perlu khawatir. Namun ... satu hal yang Wendy fikirkan sejak tadi adalah .. lawannya adalah Marvel. Terakhir kali, saat Marvel berurusan dengan Saga, Saga malah berakhir di rumah sakit.
"Dibanding takut Saga kecapekan, gue lebih khawatir karena lawannya Marvel. Gue takut mereka bisa berantem lagi, atau parahnya si Marvel ngelakuin hal yang curang." Sahut Wendy yang lagi-lagi menyuarakan kekhawatirannya.
"Kalo kata gue, Kak Wendy Percaya deh sama Kak Saga. Kak Wendy tahu sendiri kan gimana, Kak Saga? Orangnya gak mudah nyerah. Kalo dilarang, gak tenang sendiri pasti." Sahut Yuri.