Serpihan 02 | Something New

582 88 18
                                    

Hatiku berdebar. Debarannya semakin keras saat aku menutup telingaku. Tidak akan berhenti karena dia berada tepat di depanku.

-Hong Cha Young-

Bintang-bintang kuning yang menyala terang di langit biru yang menyelimuti, memperlihatkan keindahan desa di Saint-Rémy-de-Provence, Perancis yang tergambar dalam sapuan-sapuan kuas lukisan besar di depan Cha Yong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bintang-bintang kuning yang menyala terang di langit biru yang menyelimuti, memperlihatkan keindahan desa di Saint-Rémy-de-Provence, Perancis yang tergambar dalam sapuan-sapuan kuas lukisan besar di depan Cha Yong. Ia hanya berdiri memandang lukisan di depannya. Matanya menatap hampa, hatinya bergetar pilu.

"Aku bawakan bunga padamu

Tapi kau bilang masih

Aku bawakan resahku padamu

Tapi kau bilang hanya

Aku bawakan darahku padamu

Tapi kau bilang Cuma

Aku bawakan mimpiku padamu

Tapi kau bilang meski

Aku bawakan dukaku padamu

Tapi kau bilang hampir

Aku bawakan arwahku padamu

Tapi kau bilang kalau

Tanpa apa aku datang padamu."

Ia menghela napas dengan pelan setelah menyelesaikan bait-bait sajak yang ia gumamkan dengan pelan.

"Kau harus keluar dari sana." Tegas Go Eun.

Sana. Gumam Cha Young dalam hati saat kalimat dari kakaknya teringat kembali. Yang dimaksud Go Eun adalah keluar dari rumah mereka.

"Bisa-bisa kau rusak seperti Ibu."

Rusak. Cha Young mengulang kembali dalam hati.

Lukisan di depannya seakan seperti refleksi dari dirinya. Ia dapat merasakan perasaan emosional yang di tumpahkan pelukis kondang tersebut pada lukisannya.

Perasaan yang sama seperti yang ia rasakan sekarang. Seperti merasa tergeletak di dasar sumur yang dalam dan gelap dengan tangan dan kaki yang terikat. Tidak berdaya.

"Kau berbicara dengan siapa?"

Cha Young tersentak. Namun ia cepat-cepat menguasai diri. Vincezo sudah berdiri di sampingnya. Lelaki itu melihat Cha Young berdiri di depan lukisan yang terpajang di kafenya. Vincenzo menyangka Cha Young sedang berbicara dengan seseorang melalui lukisan itu.

"Aku hanya membacakan puisi untuk lukisan ini. Maaf aku terlambat. Ada urusan yang tidak bisa kutinggal tadi."

Vincenzo hanya tersenyum. "Tidak masalah. Kenapa kau membacakan puisi untuk lukisan ini?"

"Karena lukisan ini menyentuh hatiku."

"Puisimu?"

"Bukan. dari penyair terkenal. Itu satu-satunya puisi yang kusukai."

Crush In Rush [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang