Serpihan 03 | Chocolady and Jack Frost

511 90 22
                                    

Everyday, i get lost in that
"Something about you."

-Hong Cha Young-

Bunyi suara alarm seolah membentur dinding ruang kamar yang membeku di kebisuan pagi buta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bunyi suara alarm seolah membentur dinding ruang kamar yang membeku di kebisuan pagi buta. diiringi tawa perempuan yang terkikik seperti mengingatkan pada sebaris nisan di pemakaman tua dengan pohon besar yang menjulurkan dahan-dahannya.

Suara tawa itu terhenti tercekik. Cha Young mematikan nada alarm, melemparkan ponselnya di bawah bantal setelah berhasil menyingkirkan bunyi yang mengganggu tidurnya. Tawa terkikik-kikik? Ia memang mengoleksi beragam suara aneh sebagai nada dering. Denging nyamuk, ngeong anak kucing, atau suara hantu perempuan.

Cha Young memaksakan matanya untuk terpenjam agar makin terlelap dalam gelombang theta. Ia harus bermimpi lagi. Harus. Manusia mampu bermimpi empat kali dalam semalam. Karena ia enggan bangun untuk saat ini. Ia bahkan baru tertidur kurang dari tiga jam.

Beberapa kali ia berusaha untuk tidur kembali, Namun sepertinya ia tidak dapat tidur kembali. Matanya enggan untuk terpenjam lagi. Pikirannya kelut-melut. Otaknya bekerja. Mengingat kejadian yang sudah ia lakukan.

Ia terkekeh, kemudian bermonolog, "Wahh. Yang benar saja. Apa aku terlalu bergairah? Menciumnya dulu? Sulit di percaya."

Jemarinya dibenamkan dalam pusaran rambutnya dan mengacak-acaknya. Bagaimana nanti? Bagaimana ia harus menghadapi Vincenzo? harusnya ia idak langsung pergi setelah mencium lelaki itu secara tiba-tiba. Setelah bersikeras menolak ajakan lelaki itu untuk berkencan, namun ia malah menciumnya. Ia benar-benar seperti wanita genit ataupun plinplan.

Cha Young masih sibuk dengan pikiran sampai tanpa sadar, langit telah beranjak terang. Cahaya matahari sudah menyelusup masuk dari celah tirai berwarna putih susu. Ia memilih untuk bangun. Lebih baik keluar dan bertemu dengan orang-orang terdekat daripada terus menerus berdiam diri sembari bergelut dengan pikirannya sendiri.

Ia mandi, berganti pakaian, lalu keluar. Ia memutuskan turun ke bawah dan sudah mendapati kedua orangtuanya berada di meja makan. Ibunya menyuruhnya untuk sarapan bersama. Ada satu orang benar-benar membuatnya malas, atau lebih tepatnya ia enggan untuk melihatnya.

"Makanlah sesuatu, Cha Young." Ibunya menaruh telur gulung ke piringnya.

"Kau sudah mendapatkan tempat tingga?" ibunya berujar lagi.

"Ya, sudah. Apartemen di hannam the hill."

"Kenapa tidak tetap disini saja?"

Cha Young masih acuh dengan pertanyaan yang keluar dari suara berat itu.

"Benar. Kenapa kau tidak tinggal disini saja bersama kami."

Kali ini ibunya yang berujar. Cha Young mendongak untuk menatap ibunya, mata yang sarat akan kelembutan, membuat tatapan orang padanya seakan sedang merindu. Ibunya merupakan wanita lembut yang dapat diajak berbagi. Pendengar yang baik, dan selalu mendorong Cha Young menjadi wanita masa kini yang maju dengan segala kesempatan yang tersedia. Meski, ada satu hal yang membuatnya tidak setuju dengan persepsi yang selalu ditanamkan ibunya saat ia masih kecil.

Crush In Rush [REVISI]Where stories live. Discover now