Serpihan 08 | Bad Reality

545 76 25
                                    

Kau terluka, tapi tak ingin diobati. Kau memilih mengurung dirimu dalam kesendirian daripada harus mendapatkan tatapan iba dari mereka yang peduli denganmu.
Sulit sekali dirimu bisa ditemukan. Diantara tanya-tanya, yang terburu-buru menamai, hingga akhirnya makna terabaikan.

-Hong Cha Young-

Siang ini, mendung masih setia menghiasi langit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Siang ini, mendung masih setia menghiasi langit. Membuat pohon-pohon rindang diluar sana terlihat lebih hijau dan segar.

Cha Young menatap jendela di sampingnya dengan pandangan kosong. Suasana damai dan sejuk yang seharusnya membuatnya tenang, tidak ia rasakan.

Lima belas menit ia hanya menatap keramaian di sebrang jalan tanpa mengindahkan kehadiran seseorang yang duduk di depannya.

Di sela-sela keresahannya saat ini, Su Ho menjadi seseorang yang paling ia cari untuk mengerti. Mengerti dalam artian yang sesuai dengan keinginannya, yang mau mendengarkannya dengan benar-benar paham.

"Apa yang harus kuperbuat?" Suara yang terdengar serak, bingung, dan marah. Ada luka di akhir kalimat tanyanya.

"Kau harus mencari tahu terlebih dahulu penyebab yang melatarbelakangi diagnosanya."

"Ia belum sepenuhnya percaya padaku, Su Ho."

"Bukan. Vincenzo memang tipikal orang yang tidak mudah terbuka. Sulit mengungkapkan isi hati dan pikirannya."

Cha Young membenarkan perkataan Su Ho. Ia menghela napas. Apa sudah takdirnya sepanjang perjalanan panjang ini selalu bertemu dengan masalah?

"Kau mungkin bisa mencari tahu semua rekam jejaknya dari orang yang sudah berinteraksi sekian tahun dengannya."

Ia menatap Su Ho sejenak, napasnya naik turun, masih gusar dengan pikirannya yang semakin kemelut.

"Mungkin akan ku lakukan nanti. Aku masih berharap itu hanya gangguan emosi biasa."

Jawaban Cha Young kali ini mengisyaratkan untuk menyudahi membicarakan hal itu.

ia menatap jam dinding dengan dentangan berjumlah dua. Pukul sembilan malam yang sudah memberatkan kelopak matanya.

 Pukul sembilan malam yang sudah memberatkan kelopak matanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Crush In Rush [REVISI]Where stories live. Discover now