Chapter 32 ♗

653 128 8
                                    

Percaya (2)

⧫︎ ⧫︎ ⧫︎

"Berhenti. Tidak perlu menahannya."

Valias menggerakkan kakinya cepat ke arah gerbang dimana dua penjaga tadi berusaha keras menutup jalan masuk dengan tombak di tangan mereka.

Valias melihatnya. Sosok tinggi berambut gelap dengan pedang di pinggangnya. Tangannya terlihat seolah sudah bersiap untuk meninju salah satu penjaga.

"Kei!!" Valias berseru dengan segenap tenaganya. Kei berhenti. Penjaga yang hampir dipukul itu merasakan keringat dingin mengaliri tubuhnya.

Valias akhirnya sampai di sana.

"Biarkan dia masuk." Dia berpindah melihat ke arah Kei. "Kei. Kenapa kau di sini?"

Kei tidak menjawab. Hanya diam memandang Valias yang lebih pendek darinya, tampak tidak peduli dengan keributan yang sudah dia sebabkan.

"Ada apa?!" Orang yang Valias lihat dua hari lalu di istana berbicara dengan Hadden dan memberi perintah pada para prajurit di sana berseru dengan sekelompok ksatria di belakangnya.

"Komandan. Orang ini..." Penjaga yang satunya bicara ragu-ragu.

"Tidak apa-apa. Dia ingin menemuiku." Valias berkata dengan mata melirik Kei. "Maaf untuk keributannya. Kalian bisa kembali."

"Tuan Muda, orang ini..." Sang komandan, Rudiv, merasa dirinya tidak bisa pergi begitu saja.

Valias bingung harus menjawab apa. "Dia...." dia mengira-ngira, "Dia tamuku. Aku akan membawanya masuk. Kalian tolong kembalilah."

Kei tidak berbunyi sama sekali. Hanya diam menonton keributan yang terjadi akibat kemunculannya yang tanpa diundang.

"Tuan muda..."

Valias kembali membuat suaranya. "Tolong jangan beritahu ayahku. Jangan beritahu siapapun. Aku harus bicara dengannya," pintanya lagi. "Kei. Apa tujuanmu kesini?"

"Teman-temanku sudah pergi ke tenggara menuruti permintaanmu." Kei menjawab setelah tetap diam tak merespons selama beberapa detik.

Valias mengangguk. "Terimakasih. Lalu kau?"

"Aku ingin bicara denganmu."

Valias mengangguk dua kali. "Baiklah. Ayo kita masuk. Aku mau ganti baju."

Valias bukan orang yang bisa memakai pakaian yang sama selama dua hari. Tadi malam dia sudah merasa sangat tidak nyaman karena harus tidur dengan pakaian yang telah dia gunakan satu hari penuh. Dia ingin segera pulang untuk membersihkan diri dan berganti baju tapi seorang tamu tak diundang rupanya datang.

"Komandan... benar kan? Terimakasih sudah kemari. Bisa tolong rahasiakan ini dari ayahku? Aku akan membawanya ke ruanganku."

Rudiv tidak yakin keputusan apa yang harus dia ambil. Seseorang dengan senjata dan pakaian yang seolah meneriakkan 'aku seorang bandit' memaksa masuk ke dalam mansion tapi tuan muda yang merupakan alasan mengapa tuannya memaksakan diri untuk mendatangi istana di tengah malam dua hari lalu itu memintanya untuk diam.

Bahkan, kalau Rudiv tidak salah, orang yang memaksa masuk itu adalah salah satu orang dari kelompok yang Rudiv yakini sebagai yang menyusup istana.

"...Tuan Muda, Anda yakin?"

Valias mengangguk. "Iya. Aku janji tamuku tidak akan menimbulkan masalah. Jadi tolong rahasiakan ini dari keluargaku."

"Kakak?"

Valias mendengar suara yang familiar dan merasa dirinya berada dalam masalah.

"Danial."

Danial pasti sedang berlatih pedang dan mendengar keributan itu. Anak itu mengerutkan kening. "Kakak. Siapa orang itu?"

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang