[ BATAS ]

4 2 0
                                    


07 SEPTEMBER 2019

17 : 06 WIB

Dalam perjalanan ini, hanya aku dan Asyila yang terlambat sampai ketempat perkemahan. Aku tidak tahu, apa yang akan terjadi kepada kami. Namun apapun itu, aku tidak akan membiarkan Asyila kenapa-kenapa. Dari perjalanan ini aku berjanji kepada diriku sendiri akan melindungi Asyila, apapun yang akan terjadi.

***

"ALHAMDULILLAH..., akhirnya sampai juga" ucap Ana menyandarkan tubuhnya di pohon tumbang besar yang sudah mulai lapuk. "Oia, Asyila sama Kak Hamas kok belum kelihatan ia?" ucap Ana. Ia melihat sekeliling lokasi namun tidak melihat meraka berdua.

"Palingan mereka lagi berduaan tuh" Ucap Jefri tertawah terkekeh bersama Abdi.

"Ia tuh," sambung Abdi kembali tertwa.

Damar berdiri dihadapan jalan menunngu Hamas dan Asyila. Namun sudah lima belas menit penantian berlangsung tidak juga tampak batang hidung mereka berdua.

"Abdi, Jefri, dari pada kalian hanya tertawa saja, ayo ikut aku" Ujar Damar.

"Mau kemana kita Ketua,? Barusan saja duduk udah bergerak lagi, masih lelah ketua" ucap Abdi mengeluh.

"Ia ketua, masih letih nih," sahut Jefri.

"Ngeles aja kalian, kalau tidak mau bilang saja nggak usah buat alasan" ucap Damar sedikit kesal.

"Ayo ketua aku temanin" ucap Ibnu. Ia berdiri bersama Jafar dan Ibrahim.

"Terima kasih, aku khawatir mereka berdua kenapa-kenapa" jelas Damar.

Semua kelompok sudah sangat kelelahan hanya saja, di karenakan Hamas dan Asyila belum juga sampai kelokasi, Damar dengan rekan kelompok lainnya pergi memastikan mereka baik-baik saja.

"Untuk yang tinggal disini, tolong dirikan semua tenda terkhusunya untuk laki-laki. Dan untuk perempuan beristirahatlah dulu" pungkas Damar sebelum pergi menyusul Hamas dan Asyila.

"Ahh,, kalau begitu mendingan gue ikut saja tadi," ucap Jefri, kesal karena harus mendirikan tenda.

Damar dan anggota lainnya melangkahkan kaki menyusul Hamas dan Asyila. Hutan semakin gelap. Hawa-hawa mistis sudah mulai bermunculan. Suara anjing hutan dan tonggeret membising di kesunyian hutan lauser.

"Asyila, Asyila, ayo bergerak" ucapku membangunkan Asyila yang tertidur.

Dengan sigap, Asyila terbangun dari lelap tidurnya. Wajahnya masih melukiskan kelelahan yang teramat sangat lelah. Namun ia mencoba menutupinya dengan senyuman manisnya.

"Sedikit lagi kita bakalan samapai La," jelasku tersenyum menatap wajah Asyila.

Ia hanya tersenyum.

"Dahh, ayok mulai berjalan" ucapnya berdiri dan mencoba melangkahkah kaki pertamanya setelah setengah jam beristirahat.

Dan makhluk itu telah tidak ada lagi di tempatnya berdiri. Makhluk yang sangat menjijikkan sekaligus sangat mengerikan itu, sungguh telah menimbulkan ketakutan yang serius dalam diriku. Belum pernah ada makhluk yang benar-benar menakutiku bagaimanapun bentuk dan pose tubuh mereka. Dan hari ini, sungguh aku tidak bisa berbuat banyak, ingin kembali namun hutan ini akan sangat mengerikan di kala gelap.

"Asyila, apapun yang terjadi nanti di hutan ini, jangan pernah jauh dariku" Ucapku pada Asyila yang terus berjalan.

"Kenapa begitu?"

"Tidak apa-apa, aku hanya tidak ingin kamu kenapa-kenapa" jelasku.

Asyila tersenyum tipis.

"Asyila, hutan ini sangat indah. Namun di dalam keindahannya selalu saja menyimpan mistri yang sangat mengerikan. Aku sangat berharap hutan lauser ini aman untuk kita semua. Namun aku tidak bisa menjamin semua itu" jelasku kepada Asyila sambil berjalan.

BATAS KEMATIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang