[ PERLAWANAN ]

2 2 0
                                    


_ SEPTEMBER 2019

.. : .. Wib

"Asyila kamu punya centerkan" ucapku berhenti dan melihat Asyila terus-terusan memegang pergelangan tanganku. (Sebagai lelaki normal aku merasa ada yang tidak beres denganku).

"Aku enggak punya Mas" jawabnya lirih pelan dengan memasang sedikit muka sedih.

"Itu Handphone kamu kan punya lampu Flash, nyalakan aja itu kan bisa?" ucapku kembali. Namun wajah polos nan belepotan Asyila membuatku sedikit kasian melihatnya (Hanya sedikit tidak lebih). "Dasar wanita, yasudah kalau gitu, untuk peneranganmu di simpan saja, kita enggak tahu seberapa lama lagi kita terperangkap di hutan gelap ini" jelasku. Asyila sedikit tersenyum dan memegang tanganku sedikit lebih erat.

Kami menelusuri hutan lauser berdua, hanya berbekalan center dan beberapa mie instan di dalam tas untuk dimakan mentah tanpa direbus ataupun digoreng terlebih dahulu. Aku tidak tahu sampai kapan semua ini akan berlalu. Namun pirasatku berkata selagi kami masih bernapas dalam hutan ini semua tidak akan berakhir.

"Mas, aku lapar" ucap Asyila mengelus permukaan perutnya yang dilapisi baju kaos berwarna biru langit cerah.

"Tahan dulu La. Anggap saja kamu lagi program diet ketat" jelasku.

"Mas kamu kok enggak ada kasian-kasiannya sama aku sih?, aku ini cewek loh" Asyila mulai merajuk, matanya sedikit berkaca-kaca. Kemungkinan mau nangis.

"Ia aku tahu kamu cewek, yang bilang kamu itu jantan siapa?" ucapku.

Seperti apa yang sudah aku pikirkan, air mata Asyila mulai mengalir pelan di pipinya. Ia terlihat sangat anggun ketika mengeluarkan air mata itu. Pipinya memerah, suara desingan ingusnya sedikit mengodaku. Aku semakin ingin melihat dia terus menangis di hadapanku. Namun aku kembali berpikir normal, bukan lelaki sejati ketika membuat perempuan yang ia cintai menjatuhkan air matanya.

"Udah-udah, aku hanya becanda kok, itu aja nangis. Dasar cewek!" ucapku sambil menurunkan tas dari pundakku dan mengambil sebungkus mie instan rasa kare ayam jantan untuk Asyila. "Nah, jangan nangis lagi, entar makhluk kurang ajar itu datang" ucapku tersenyum di sampingnya.

Asyila langusng menyambar mie instan itu dari tanganku. Membukanya dan meremasnya dengan kedua tangannya. Tanpa menunggu lama hanya selang lima menit lebih mie instan rasa kare ayam jantan itu ludes di buatnya tak tersisa sedikitpun.

"Minta minum Mas" ucap Asyila kembali memasang muka polosnya.

"Nih, minumnya jangan banyak-banyak ia. Kita harus hemat" jelasku, menyodorkan sebotol air mineral 1,5 Liter di hadapan Asyila.

"Terima kasih ia Mas" ucapnya tersenyum sambil mengelap ingusnya dengan siku tangan kanannya. "Kamu enggak makan?" tanya Asyila.

"Belum lapar La, biasa anak kos, makan sehari cuma sekali. itu udah sangat bersyukur" ucapku tersenyum.

"Ooo, kalau gitu, sini aku makan bagianmu juga ia" ucap Asyila tersenyum, tangannya menuju tas yang aku pegang.

"Ehh, Ehhh, enak aja, NGGAK BOLEHH" pungkasku.

"Pelit" ucap Asyila berdiri dan berjalan di kegelapan hutan lauser.

"Awas harimau jadi-jadian di depanmu" ucapku menakut-nakuti Asyila.

Ia berlari kembali kesampingku. Dan memegang tanganku.

"TUUUB, TUUUUBBB" suara dari dalam hutan bagaikan suara gunung melutus. Langit menjadi berwarna merah darah kehitam-hitaman.

"Suara apa itu Mas" ucap Asyila ketakutan.

"Entah La, warna langitnya juga berubah" ucapku.

"Apa yang harus kita lakukan Mas" ucap Asyila. Badannya gemeteran. Ia sangat ketakutan.

BATAS KEMATIANWhere stories live. Discover now