[ SADIS ]

4 1 2
                                    


_ SEPTEMBER 2019

.. : .. Wib

Tidak ada yang dapat aku lakukan. Semua harus kulalui dengan berjalan di gelapnya hutan lauser yang begitu sangat menakutkan. Di tambah lagi aku tidak tahu sebenarnya ini telah berapa hari berlalu. Tidak ada siang, selalu malam. Semua mesin waktu yang kami miliki tiba-tiba menjadi aneh, detak jarum jam terus berputar namun jarum jamnya selalu menunjukkan jam 00:00 wib.

Jafar berlari terbirit-birit. Wajahnya penuh dengan darah. Ntah apa yang terjadi. Ia terlihat seperti orang yang baru saja berhasil lari dari perkelahian bersama harimau buas.

"Tolongg, Tolong aku" ucapnya lirih lari tertatih-tatih.

Tidak begitu jauh ia lari. Sesosok makhluk besar Berdiri di depannya.

"Kamu tidak akan bisa lari kemana-mana manusia" ucap makhluk itu menatap tajam kearah Jafar.

"Kumohon jangan bunuh aku, aku masih belum menyelesaikan kuliahku. Kumohon jangan bunuh aku. Ibuku seorang janda, dan aku anaknya satu-satunya, aku ingin membahagiakannya. Kumohon padamu janga..." jafar mencoba bernegosiasi sebisanya dengan makhluk itu. namun tidak membuahkan hasil.

Sleppp...

Kuku panjang makhluk itu menyambar kepala Jafar tampa kasian. Kepala Jafar pecah. Isi kelapanya tumbah berceceran di tanah.

"Hahahaa, dasar manusia, mana peduli aku urusanmu. Mau Ibumu janda, Bapakmu duda, aku tidak peduli. Yang terpenting bagiku, siapapun yang melewati batas wilayah kami bersiap-siaplah untuk mati" ucapnya tertawa jahat.

Makhluk itu tidak berhenti disitu, walaupun Jafar telah mati, tubuh Jafar masih di mutilasi. Ia menguliti tubuh Jafar dengan kuku tajamnya. Dan memakan hatinya.

"Ahhh, hati manusia lebih enak dari pada hati apapun di dunia ini. Sungguh sangat gurih" makhluk itu menikmati hati Jafar ia memakannya dengan sangat lahap.

Setelah makhluk itu selesai menikmati tubuh Jafar sebagai makanannya. Ia pun menghilang dan membiarkan begitu saja jasad Jafar yang telah terpotong-potong kecil.

Di suatu lokasi, Ibrahim berlari tertatih-tatih. Nafasnya tidak beraturan. Setelah melihat kejadian menimpa Ibnu di depan matanya.

"Aduhh, capek juga lari-lari, haus pula lagi. Mana air munum nggak ada" ucap Ibrahim dengan nafas ngos-ngosan.

Ia mulai berjalan pelan mencari air sungai untuk diminum. Tidak terlalu jauh ia berjalan dengan tenaga seadanya. Suara sungai alas terdengar samar di telinganya.

"Alhamdulillah, akhirnya aku menemukanmu juga" ucap Ibrahim tersenyum tipis berjalan menuju suara arus air itu.

Setelah ia berjalan tertatih-tatih menuju suara arus sungai itu, namun ia tidak menemukan dimana sungai itu berada. Tenaganya semakin menipis. Tengorokanya semakin mengering.

"Mana ya sungainya," lirihnya dalam hati.

Ia terus berjalan menyusuri lebat dan gelapnya Gunung Lauser. Alhasil kelelahanya terbayarkan. Ia melihat sungai alas terbentang di hadapanya. Tanpa berpikir panjang ia langkahkan kakinya lebih cepat lagi. Sesampai di bibir sungai, ia mengambil air sungai dengan kedua tangannya sebagai wadah dan meminumnya.

"Akhirnya tengorokanku yang tandus tersiram juga," ucapnya tersenyum tipis sambil lanjut minum.

Namun tidak ada yang tahu. Selepas Ibrahim melegakan dahaganya. Sesuatu hadir menghampirinya. Makhluk yang sama dengan yang telah membunuh Jafar kini tengah berdiri menatapnya tersenyum. Senyumnya sangat menakutkan. Ibrahim terkejut sejadi-jadinya. Ia ingin lari namun percuma ia kini tersudut. Tidak ada tempat untuk berlari kecuali berenang kedalam arus deras sungai alas.

BATAS KEMATIANWhere stories live. Discover now