C H A P T E R 3

69 16 2
                                    

Happy reading and enjoy!


Seperti dugaannya, ketika mata kuliah ini selesai semua cewek berbondong-bondong memburu pak Akbar yang masih membereskan kertas-kertas dari atas meja.

Sandra memutar bola matanya jengah. Cewek jaman sekarang gak ada malunya ngejar-ngejar cowok. Sandra melenggang melewati kerumunan itu, namun langkahnya terhenti di ambang pintu kelas ketika seseorang memanggil namanya.

"Sandra!"

Sandra berbalik. Orang yang paling tidak ingin Sandra jumpai sedang melambai ke arahnya di tengah-tengah kerumunan.

Terbesit niat melarikan diri saat melihat wajah pak Akbar yang tertekan dikerumuni oleh cewek-cewek bar-bar yang mengaku fansnya.

"Sandra, orang tua kamu-"

Sandra melotot kaget, sebelum ucapan pak Akbar tuntas, dirinya sudah lebih dulu menarik tangan pak Akbar untuk keluar dari kerumunan itu.

Dengan langkah tergesa entah karena dikejar apa, Sandra menyeret-nyeret tangan pak Akbar secara paksa. Pak Akbar sudah beberapa kali mencoba melepaskan cekalan di pergelangan tangannya, hingga akhirnya menyerah dan membiarkan Sandra melepas tangannya saat sampai di depan ruangannya saja.

"Bukan mahram, Sandra."

Pak Akbar tampak menghela nafasnya.

"Sorry, gue reflek tadi." Ketus Sandra.

Dia sendiri yang tadi minta gue tolongin dari kerumunan 'kan? Ngucap makasih juga kagak. Sandra mendumel dalam hati.

"Saya cuma mau bilang, orang tua kamu sudah nitipin kamu ke saya, untuk dibimbing, dan diajari secara khusus agar bisa lulus dengan baik."

"Dih, dikira gue barang apa ya, pake dititipin segala. Ogah, ah." Tolak Sandra.

"Ini amanah dari orang tua kamu kepada saya, Sandra." Bujuk pak Akbar.

"Biar gue aja yang ngomong. Gue gak mau dibimbing sama lo. Lagian skripsi gue masih lama, gausah bimbingan segala." Protes Sandra.

"Bukan bimbingan untuk skripsi, Sandra. Saya hanya akan mengajari materi-materi kuliah kamu yang tertinggal selama 2 bulan ini secara khusus, hanya antara kamu dan saya. Setelah materi itu kamu kuasai, semua akan kembali seperti sekarang."

Pak Akbar mencoba bersabar menghadapi Sandra dan memberikan penjelasan dengan selembut mungkin. Sandra itu keras, jika pak Akbar melakukan hal yang sama, tidak akan ada ujungnya, 'kan?

"Begini saja Sandra, jika kamu masih ingin menolak dan berdebat dengan saya, mari masuk dulu. Kita lanjut bicarakan ini di dalam."

Pak Akbar mencoba menawar. Tidak enak juga 'kan mengobrol sambil berdiri. Tapi apakah bisa disebut 'mengobrol' saat Sandra bahkan mengeluarkan suara yang keras mirip orang yang memberikan komando tawuran?

"Makin ogah gue ngomong lama-lama sama lo." Ketus Sandra.

"Yasudah kalo begitu, kamu setujui saja. Lagipula semakin cepat kamu pahami materi yang tertinggal itu, makin cepat pula 'pertemuan khusus' kita berakhir. Itu 'kan yang kamu mau?"

Wa'alaikumsalam, Imam!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang