C H A P T E R 4

36 14 8
                                    

⚠️Cerita ini tidak bermaksud menggurui atau sejenisnya. Disini kita sama-sama belajar dan mengingatkan. Mohon maaf apabila ada pihak yang tersinggung. Jangan lupa tandai jika ada kesalahan dalam penulisan.

Happy reading and Enjoy!
¤
¤
¤

Walau tak berubah menjadi lebih baik, setidaknya Sandra tidak menjadi lebih buruk. Hari-hari Sandra mulai terisi dengan pertemuan-pertemuan dengan Akbar. Selain membantu Sandra untuk mengerjar ketertinggalan materi selama dua bulan, Akbar menyisipkan motivasi-motivasi agar Sandra kembali dekat dengan agama.

"Kamu ingin mendengar kisah Nabi lagi, Sandra?"

Akbar tersenyum tipis melihat Sandra tetap fokus pada soal latihan nya tanpa merespon pertanyaan darinya.

"Baik. Saya ceritakan, ya."

"Gak mau." Ketus Sandra.

"Kenapa? Kisah Nabi itu bisa kita teladani dan terapkan di kehidupan sekarang. Kita bisa mengambil hikmah yang terkandung dari masing-masing kisahnya."

Sandra melirik sinis ke arah Akbar. "Tapi gue gak suka."

"Lalu, kamu suka cerita apa?" Tanya Akbar.

Sandra menunduk, kembali menekuni latihan soal yang diberikan oleh Akbar. "Gue bukan anak kecil lagi. Gue gak suka dongeng."

"Tapi kisah Nabi-Nabi Allah bukan sekedar dongeng." Akbar membenarkan posisi duduknya agar menghadap Sandra.

"Lo ngapain sih nunduk terus? Ada duit di bawah?" Tanya Sandra.

Akbar tersenyum. "Bukan mahram, Sandra."

Ya, Sandra sudah menduga jawaban itu yang akan keluar dari Akbar. Akbar selalu membawa agama kemana-mana, tidak seperti dirinya. Kadangkala Sandra memang merasa jauh dengan sang pencipta. Tapi, rasanya untuk kembali pun ia merasa malu sudah terlanjur jauh dengan Tuhan nya.

Sandra memejamkan matanya sejenak, pikiran ini benar-benar membuat hatinya resah.

"Jika kamu sedang merasa tidak tenang, sholatlah."

Ini orang atau cenayang, sih. Batin Sandra.

Merasa tak akan direspon, Akbar kembali membuka percakapan. "Bagaimana kalau cerita cinta? Saya rasa, perempuan sangat menyukainya."

"Gue gak pernah ngerti cinta." Cicit Sandra.

Akbar hanya tersenyum mendengar suara Sandra meski terdengar seperti bisikan.

"Ada dua kisah yang saling bertolak belakang, namun sangat berkesan. Kisah cinta Siti Khodijah yang berani mengungkapkan rasa cintanya pada Nabi Muhammad SAW. lalu kisah Fatimah dan Ali yang saling mencintai dalam diam."

"Mau dengar?" Tawar Akbar.

Sandra menatap Akbar. Baru seminggu dirinya diajari secara privat oleh Akbar di rumahnya, dan Sandra merasa sangat positif di dekat Akbar. Akbar itu penyabar meski dirinya selalu membantah. Sandra selalu menolak segala hal yang Akbar tawarkan, karena seperti semestinya, sosok Akbar selalu membawa agama di dalam ucapan dan perilakunya, sedangkan Sandra kebalikan dari itu.

Akbar itu lembut, menjelaskan dengan telaten walau seringkali Sandra yang membentak padahal Sandra sendirilah yang sulit mencerna materi. Bila orang lain yang berada di posisi Akbar, mungkin orang itu tak akan kuat.

Sandra tersenyum geli saat sekelebat bayangan terlintas di ingatannya. Saat itu, waktu dimana seharusnya menjadi hari pertamanya belajar bersama Akbar, Sandra dengan keras menolak kehadiran Akbar. Sandra mengusir Akbar dengan cara mendorongnya hingga keluar. Tama, yang memang sudah memberikan izin untuk Akbar masuk ke dalam rumah tak bisa berbuat apa-apa saat melihat Sandra yang mengusir Akbar seperti orang kesetanan.

Wa'alaikumsalam, Imam!Where stories live. Discover now