BAGIAN 2. "TUSUK-TUSUK BERHADIAH"

14K 1K 4
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak kalian dan Selamat membaca ^^

>
>
>

>

Adel duduk di halte bus menunggu bus datang, dia menutup kedua matanya sembari bersedekap dada. Sedangkan peri di bahu kanannya tengah berjaga menatap sekitar siapa tau ada seorang yang jahat dan dia akan membangunkan nonanya itu.

Tak lama kemudian ada sebuah mobil mendekat dan berhenti di depan Adel. Gadis itu membuka mata dan terlihat dengan jelas Erza yang membuka kaca mobilnya.

"Masuk" perintah pria itu.

Adel menatap polos pria itu mencoba bersandiwara seperti Adel biasanya. Erza menghela nafas dan keluar dari mobil. Dia mendekat kearah Adel dan berhenti tepat di depan gadis yang masih duduk itu.

"Pulang sekarang" kata Erza lalu menarik lengan Adel dan mendorongnya masuk ke dalam mobil.

Adel duduk di sebelah kursi kemudi dengan wajah tak percaya, syok dan takut. Yang pertama dia tak percaya karena pria ini akhirnya memperbolehkan dia duduk, yaaa.... mengingat Adel tidak pernah duduk satu mobil dengannya.

Yang kedua dia syok melihat langit sudah gelap dan rintikan hujan mulai turun. Dan yang terakhir dia takut karena mungkin saja pria ini masih menyimpan dendam karena ulahnya tadi sore.

*Brak*

Erza duduk di kursi kemudi kemudian dia menyalakan mesin mobil dan segera pergi dari sana. Adel memegang sabuk pengaman yang dia kenakan sembari menatap kedepan.

"Nona sepertinya ada yang aneh disini" kata peri yang duduk di depan Adel.

Adel hanya diam memikirkan beberapa kemungkinan yang bersarang di kepalanya. Apakah dia akan di hukum? Atau di marahi atau pria ini terpaksa menjemputnya karena perintah dari ayah dan ibunya? Entahlah dia sendiri tidak tau, Adel menguap dan memilih untuk memjamkan mata.

"Nona ini memang..." Gerutu peri di depan.

Erza melirik kearah Adel yang sudah menutup matanya. Dia sebenarnya sudah pulang kerumah setelah bermain dengan temannya namun dia agak terkejut karena tidak melihat gadis ini di dalam rumah.

Dia pikir gadis ini akan hilang jadi dia kembali berjalan keluar sebelum hujan turun untuk mencarinya. Lagi pula bisa repot jika ayah dan ibunya tau dia belum pulang, mengingat sudah melewati jam 7 malam.

Ini karena Adel yang ketiduran di bangku halte, dan Peri kecil yang tidak tau harus membangunkan Adel pada bis berwarna apa.

Andai saja Adel tau dia pasti akan memarahi peri itu habis-habisan. Karena peri kecil itu yang menyuruhnya agar beristirahat dan dia yang akan berjaga dan membangunkannya saat bus datang.

Erza memasuki halaman rumah mewah dan memarkirkan mobilnya di garansi rumah itu. Dia mematikan mesin mobil dan melepaskan sabuk pengamannya.

"Bangun"

Namun Adel masih menutup mata dengan deru nafas teratur. Erza menatap Adel lalu bergerak maju untuk melepaskan sabuk pengamannya. Dia kemudian keluar dan berjalan memutar.

Erza membuka pintu mobil kemudian mengangkat tubuh Adel yang sangat ringan baginya. Adel bergumam pelan lalu kembali tertidur.

Erza melangkah menuju ke dalam rumah dengan wajah datar seperti biasa. Dia mengabaikan beberapa tatapan para pelayan yang melihat aksinya menggendong Adel yang sangat langka bahkan tidak pernah ia lakukan.

Adel mengalungkan tangannya ke leher Erza dan mencari tempat nyaman untuk kembali tidur. Erza berhenti sejenak, dia menunduk dan mengamati wajah damai Adel.

"Tidurnya nyenyak banget ya" kata Erza pelan lalu kembali berjalan menuju kamar gadis itu.

Peri yang mengikuti mereka berdua menganga mendengar perkataan Erza namun dia segera tersenyum senang dan bersedekap dada.

Erza lalu meletakkan Adel keatas kasur lalu melepaskan tas yang masih gadis itu kenakan. Adel yang sudah tersadar segera berguling menjauh dan memeluk gulingnya.

"Jam sembilan bangun makan malam" kata Erza sebelum keluar dari kamar dan menutup pintu.

Adel membuka mata dan menyangga kepalanya dengan sebelah tangan.

"Lo yakin dia psikopet Yin?" Tanya Adel.

"Y-ya dia memang akan menjadi seorang psikopat nantinya" jawab Yin, sang peri mungil.

Adel mengangguk lalu dia kembali merebahkan diri keatas kasur. Dia harus tidur dan mengistirahatkan otaknya terlebih dulu.

"Nona beristirahatlah, saya akan membangunkan nona saat makan malam" kata Yin.

"Lo juga bilang kaya gt pas di halte" kata Adel sembari menutup matanya.

Yin meringis lalu dia duduk di atas meja sembari membuka layar transparan yang memuat beberpa informasi mengenai cerita ini. Yin tersenyum senang membaca salah satu informasi yang dia lupa memberitahukannya pada nonanya itu.

"Biarkan menjadi rahasia saja" gumam Yin.

Tepat pukul 9 malam makan malam berlangsung. Adel sudah duduk dengan tenang di kursinya. Sedangkan di sebrang ada Erza dan sang ayah. Di sebelah Adel ada nyonya Elma yang tengah memakan makannya dan menatap kedua anaknya itu.

"Mamah sama papah bakal keluar kota dan pulang bulan depan, kita harap kamu bisa jagain adik kamu Za" kata Elma.

Adel hanya diam sembari menunduk menelan makanannya. Ini hal yang biasa Adel lakukan dan mau tak mau dia harus melakukannya juga.

"Papah harap kamu kurangin main keluar malem sama temen-temen kamu, kasian Adel di rumah sendirian" kata sang ayah mencoba menasehati Erza.

Erza hanya diam tidak berniat sama sekali untuk menjawab perkataan ayah ataupun ibunya. Nyonya Elma yang melihat itu menghela nafas pelan,dia beralih menatap Adel yang tengah memakan ayam goreng dengan lahap.

"Sayang kamu jaga diri baik-baik ya, kalo ada apa-apa telfon mamah atau papah kalo kakak kamu itu gamau bantu kamu" kata Elma mencoba menyindir Erza secara terang-terangan.

Adel mengangguk patuh dan mengunyah ayam goreng di mulutnya.
"Mamah sama papah hati-hati ya..." Kata Adel.

"Iya sayang, kalo gitu kita siap-siap mau berangkat kamu habisin makanan kamu ini" kata Elma.

Adel kembali mengangguk, Elma dan suaminya berdiri dan meninggalkan meja makan untuk bersiap-siap.

Kini tinggal Adel dan Erza yang duduk berdua di meja makan saling berhadapan namun tidak membuka suara sama sekali. Adel menelan ayam goreng yang dia makan lalu menatap Erza di depan.

"Kalo Eza mau main main aja Adel bisa di rumah sendirian. Lagian ada pembantu sama om boduguard yang jaga di depan" kata Adel.

Dia dengan sabar menunggu respon yang akan di keluarkan oleh Erza di depan. Pria itu menatapnya sekilas dan berdiri lalu pergi dari sana.

Adel mendengus pelan dan mengigit ayam goreng yang ia ambil dari atas piring.
"Sombong amat" gerutu Adel.

Yin lalu muncul, dia ikut memakan ayam goreng yang sangat besar untuk ukuran tubuhnya yang mungil. Peri itu duduk di meja makan dan menatap Nonanya yang tengah memakan makan malamnya.

"Nanti malam ada pencuri dan nona akan tertusuk pisau" kata Yin.

"Uhukk" Adel menyemburkan nasi yang dia makan.

Apa kata peri ini dia akan tertusuk pisau nanti malam?! Akan ada pencuri datang? Dan Yin masih santai dengan semua itu?
"Gue harus ketusuk gitu?" Tanya Adel pada Yin.

Yin menatap Adel dengan wajah mengisyaratkan bahwa dia tidak tau.
"Nona ikuti saja alurnya" kata Yin.

Adel mendengus sebal dan mengangguk, dia mengambil segelas susu dan meminumnya hingga habis. Dia akan mempersiapkan diri untuk malam nanti.

QUEEN OF TRANSMIGRATIONS Where stories live. Discover now