BAGIAN 29. 👀 EVAN SADAR 👀

1.5K 186 0
                                    

Adel yang terduduk diatas kasur rawat inap menatap Lydia yang menjenguknya bersama Kevin. Adel terus menerus menatap Lydia yang tengah mengupas apel.

"Kakak ada masalah apa?" Tanya Adel yang melihat beberapa kali Lydia nampak tengah memikirkan sesuatu.

"Ah, bukan apa-apa" jawab Lydia. Dia lalu memberikan apelnya pada Adel dan tersenyum manis.

"Kamu harus cepet sembuh ya, kamu kok baru bilang si kalau masuk rumah sakit. Seharusnya kamu bilang sejak awal biar aku bisa jagain kamu" kata Lydia.

"Adel gak mau ngerepotin kakak, lagian ada pacar Adel yang siap siaga 24 jam disini" jawab Adel sembari menunjuk Cedric yang sedang membawakan beberapa makanan untuk mereka.

"Dasar kamu ini..."

Adel tertawa lalu memberikan mainan yang ia buka pada Kevin. Sepertinya Lydia tidak mau menceritakan tentang apa yang terjadi kemarin. Adel juga tidak mau memaksa Lydia untuk bercerita. Lagi pula, Lydia melihat kejadian itu karena ulahnya sendiri. Adel yang merencanakan ini semua.

"Aku harus balik ke toko karena ada beberapa pesanan bunga, maaf ya Adel aku gak bisa temenin kamu disini lama-lama"

"Gak papa kok kak, aku udah seneng kakak mau jenguk Adel sama Kevin juga" Adel menunduk dan mencubit pipi Kevin.

"Yaudah kita pulang dulu ya, ayo Kevin" ajak Lydia.

Kevin mengangguk, dia lalu berdiri dan mendekat pada Adel sebelum mencium pipi Adel. Kevin lalu meloncat turun membuat Adel tersenyum manis.

"Hati-hati di jalan ya kak"

"Iya, kamu cepat sembuh ya nanti kakak bikinin kue yang spesial buat kamu Adel"

Adel mengangguk dan dia melambaikan tangannya pada Kevin yang berlari keluar diikuti Lydia. Setelah pintu tertutup Cedric langsung duduk di sebelah Adel dan mencium pipi Adel tepat di bekas Kevin mencium gadis itu.

"Kamu iri sama anak kecil?" Tanya Adel pada Cedric.

Cedric mengangguk, dia lalu memeluk Adel membuat Adel tersenyum dan membalas pelukan Cederic.

"Evan sudah bangun" kata Cedric.

"Abang udah bangun? Bagus lah kalau gitu"

Adel lalu menatap keluar jendela yang memperlihatkan sunset yang indah. Langit jingga itu seolah-olah menyambutnya untuk melakukan pembalasan dendam yang akan dia mulai.

"Kamu harus fokus pulih dulu" kata Cedric, dia melepaskan pelukannya lalu menatap Adel.

"Iya, Adel udah sembuh kok" jawab Adel, dia lalu mengangkat kedua tangannya dan bergaya seperti seorang binaragawan.

"Liat, Adel udah kuat kan" kata Adel.

Cedric mengangguk, dia lalu kembali memeluk Adel dan Adel hanya bisa tersenyum pasrah karena pria ini sejak dia terbangun terus saja menempel pada dirinya.

.
.
.
.

"Gimana keadaan Abang?"

Evan yang sedang menatap keluar jendela menoleh dan melihat Adel mendekat padanya. Evan sudah mendengar siapa yang mendonorkan ginjal padanya dan kenyataan bahwa Adel lah yang mendonorkan ginjal untuknya membuat Evan tidak tau harus berbuat apa di depan Adel.

"Adel bahagia akhirnya Abang bisa sembuh dan kembali seperti semula" kata Adel yang kini duduk di atas kasur Evan.

"Abang jangan sakit-sakitan lagi ya, Abang harus kuat dan hidup yang lama" lanjut Adel.

"Apa rencana Lo kali ini?" Tanya Evan pada Adel.

Adel melunturkan senyumannya, dia lalu menghela nafas dan menunduk.
"Abang selalu aja negatif thinking sama Adel, padahal Adel mencoba yang terbaik loh"

"Adel kecewa si Abang masih anggap Adel ini duri. Padahal kalau bukan karena Adel, Abang gak akan bisa buka mata Abang lagi"

Adel lalu berdiri dan melangkah pergi mendekat pada pintu kamar rawat inap Evan.
"Abang fokus aja sama kesehatan Abang, karena Adel punya kejutan buat Abang nanti. Abang harus liat sendiri ya"

Adel lalu keluar dari kamar tersebut dan menutup pintunya. Dia sekarang berdiri di depan Cedric yang langsung menunduk dan mengangkatnya pergi dari sana.

....

"Engghh.... Cedric... Ahhh pelan-pelan"

Adel meremas rambut Cedric saat pria itu mulai memaju mundurkan pinggulnya. Keduanya masih berada di ruang rawat inap Adel. Terlihat Adel hanya memakai piyama tidur sedangkan Cedric sudah telanjang bulat.

"Ngghh... Adelll..." Cedric mendesah dan terus memaju mundurkan pinggulnya.

"Kalau ada suster masuk gimana?" Tanya Adel lalu dia membekap mulutnya sendiri menahan desahannya.

"Aku udah kunci pintunya, gak akan ada yang ganggu kita berdua" jawab Cedric yang kini melepaskan kancing piyama Adel.

"Enghhhmphh" Adel membekap mulutnya sendiri, ruangan ini tidak kedap suara, jadi jika dia melepaskan suaranya seperti saat mereka bermain di kamar maka akan ada yang mendengar mereka.

"Jangan tahan desahan kamu, aku suka dengernya" kata Cedric yang mendongak dan menatap Adel.

"Kalau ada yang denger gimana Cedric? Ini kita di rumah sakit" bisik Adel.

"Gak akan ada yang denger, ruangan sebelah kosong dan sebelah lagi juga kosong. Gak ada orang di depan, jam cek pasien udah lewat dari tadi" jawab Cedric yang kini mencium bibir Adel.

"Jadi jangan tahan desahan kamu, aku pengin denger lagi, desahan kamu Adel" bisik Cedric yang kini menambah cepat tempo gerakannya.

"Ahh! Cedric!! Engghh"

Cedric tersenyum lalu kembali melumat bibir Adel dan keduanya sama-sama mendesah menikmati kegiatan mereka.

...........

"Antonio udah bergerak kamu mau eksekusi mereka kapan?" Tanya Cedric yang tengah mengeringkan rambut Adel.

"Besok" jawab Adel dengan mantap.

"Kamu yakin udah sembuh besok?" Tanya Cedric dan Adel mengangguk.

Karena besok, Evan juga sudah diperbolehkan untuk pulang. Akan sangat menyenangkan jika Evan menyaksikan sendiri hadiah yang Adel persiapkan untuk pria itu.

"Cedric" panggil Adel, Adel lalu berbalik dan menatap Cedric.

"Kenapa?" Tanya Cedric, dia lalu meletakkan hairdryer keatas kasur dan menatap Adel.

"Adel sayang sama kamu" jawab Adel, dia terus menatap Cedric lekat-lekat.

"Aku juga" jawab Cedric lalu mendekat sampai ujung hidung keduanya saling bersentuhan.

"Apapun yang terjadi nantinya, inget kalau Adel sayang dan cinta sama kamu Cedric. Sampai kapanpun ya..." Kata Adel dan Cedric mengangguk.

"Kamu jangan cari cewe lain, pokoknya jangan. Adel itu cuma punya Cedric dan sebaliknya, sampai kapanpun. Bahkan kalau kita terpisah benang merah tetap mengikat kita, janji ya" Adel mengangkat jari kelingkingnya dan Cedric menautkan kelingkingnya.

"Janji" ucap Cedric.

Adel tersenyum senang dia lalu memeluk Cedric erat-erat. Karena waktu dia di dunia ini tidak akan lama lagi. Adel baru saja mendapatkan informasi dari Yin, kalau alurnya berubah. Adel akan tetap hidup bersama Cedric namun dirinya harus segera meninggalkan tubuh ini dan menyelesaikan ceritanya sebelum tenggat waktunya habis karena itu adalah salah satu syarat agar Adel bisa terus hidup bersama Cedric di dunia ini.

"Besok biar Adel sendiri yang jadi eksekutornya" ucap Adel, Adel menatap ke kaca yang memantulkan papan sistem diatas kepalanya. Waktunya sudah tidak banyak lagi.

QUEEN OF TRANSMIGRATIONS Where stories live. Discover now