BAGIAN 28. 🫁 D-DAY 🫁

1.6K 187 1
                                    

Adel menggenggam erat tangan Cedric sebelum operasinya di mulai. Dia sendiri sudah memakai siap dengan baju dan segala peralatan medis yang terpasang di tubuhnya.

"Kamu percaya sama Adel kan Cedric?" Tanya Adel.

Cedric menghela nafas, dia lalu mengangguk dan berbaring di sebelah Adel. Cedric melepaskan genggaman tangan Adel lalu mengangkat kepala gadis itu dan menaruhnya diatas dadanya sebelum memeluk Adel dengan hati-hati.

"Tetep aja aku khawatir" jawab Cedric.

"Kamu tenang aja, rencana kita untuk perjodohan Abang Edward sama Stefani berhasil dan mereka akan menikah besok. Mungkin Adel belum bangun waktu itu dan kamu harus lakuin apa yang Adel suruh ya"

Cedric mengangguk, dia lalu mencium puncak kepala Adel lama sampai Adel membalas pelukannya.

"Adel sayang sama Cedric" ucap Adel.

"Aku lebih sayang ke kamu" jawab Cedric.

Adel tersenyum senang, dia lalu mendongak dan memajukan bibirnya membuat Cedric menunduk dan mengecup bibir Adel.

Cup

"Sebentar lagi dokter sama perawat dateng, kalau mereka liat kita lagi pelukan gini syok mereka"

"Aku udah kunci pintunya"

Adel melotot, Cedric mengunci pintu kamar rawat inap ini?! Saat suara ketukan terdengar Adel menatap kearah pintu yang di ketuk berulang kali dan menghela nafas.

"Masih ada 15 menit gausah peduliin mereka" kata Cedric yang kembali memeluk Adel.

"C-cedric.." Adel melotot saat suara ayahnya terdengar dan Cedric masih belum melepaskan pelukannya.

Walaupun butuh waktu agak lama agar Cedric melepaskan pelukannya dan membuka pintu kamar. Akhirnya Adel kini sudah berada di ruang operasi. Dia menatap Evan yang terbaring di sebelahnya.

"Bang Lo harus sembuh dan sehat, biar Lo bisa lebih menderita lagi" ucap Adel sebelum pandangannya kabur dan matanya tertutup karena efek bius yang mulai bekerja.

.
.
.
.
.

Tok

Tok

Tok

Lydia yang tengah merangkai bunga sebagai bisnis barunya menoleh saat seseorang mengetuk pintu dan masuk kedalam tokonya. Dia langsung menyambut tamu tersebut dengan senyuman manis.

"Saya mau satu karangan bunga untuk pernikahan teman saya, langsung kirim ke alamat ini" ucap pria yang memakai masker sembari menunjukkan alamat dan uang pada Lydia.

"Kalau bisa sore nanti langsung dikirim ke tempat" lanjut pria tersebut dan Lydia mengangguk.

"Terimakasih, saya pasti akan mengirim bunganya ke sana" ucap Lydia, dia menatap kepergian pria yang sepertinya tidak asing baginya.

Cedric melepaskan masker hitam yang sebelumnya ia kenakan. Cedric lalu menghela nafas dan mengambil ponsel dari dalam sakunya.

"Gimana persiapannya?" Tanya Cedric.

"...."

"Kalau bisa malam ini setelah pernikahan selesai kita langsung bergerak"

"...."

"Baiklah"

Cedric menutup telfonnya lalu dia menatap ke arah toko Lydia dimana dia bisa melihat wanita itu tengah merangkai bunga.

"Sayang sekali Adel terlalu baik pada kakak iparnya, padahal kalau lehernya tergantung di depan Edward akan lebih menyenangkan" gumam Cedric, Cedric lalu tersenyum miring dan masuk kedalam mobil.

Sore harinya Cedric sudah memakai baju bodyguard dengan masker yang menutupi wajahnya, dia menatap beberapa pria yang memberikan kode padanya di sebrang. Cedric lalu segera menghampiri mobil hitam yang masuk ke area hotel.

"Akhirnya anak ayah sebentar lagi akan menikah"

"Maafin Stefani ya ayah, belum bisa jadi putri ayah yang sempurna. Stefani akan terima pernikahan ini demi ayah dan mencoba berbakti sama suami Stefani nanti"

"Putri ayah memang yang terbaik"

Cedric mengangkat kursi roda dan menaruhnya di depan pintu mobil yang terbuka, dia bisa melihat ada seorang wanita dengan balutan gaun putih yang diangkat keluar dan didudukan diatas kursi roda. Pernikahan bisnis memang sering dilakukan jadi Cedric tidak terlalu peduli dengan ucapan mereka barusan.

"Baiklah ayo kita masuk kedalam"

Cedric segera mendorong kursi roda tersebut dan masuk kedalam hotel yang disewa. Para tamu undangan terlihat sudah memasuki aula pesta yang megah dan mewah tersebut.

Cedric lalu mengantarkan calon istri Edward ke sebuah ruangan tempat dimana dia akan kembali di persiapkan sebelum upacara pernikahan di laksanakan nantinya.

"Kalian sudah siap di posisi masing-masing" gumam Cedric dan dia melihat beberapa pria di depan mengangguk.

"Kita hanya punya waktu sekitar 5 menit, kalian harus melakukan tugas kalian dengan baik atau leher kalian taruhannya" kata Cedric.

"Baiklah.... Dalam acara yang berbahagia ini..." MC mulai menaiki panggung dan Cedric segera berdiri di pinggir ruangan.

Bisa terlihat ada banyak kolega dan tamu undangan yang datang dengan pakaian terbaik mereka, pesta pernikahan yang ditunggu-tunggu oleh dua keluarga namun sayangnya pesta ini akan berlangsung secara dramatis.

"Kita sambut mempelai wanitanya..."

Pintu besar di sebrang terbuka dan masuklah Stefani yang memakai kursi roda di dorong oleh sang ayah masuk kedalam ruangan. Gemuruh suara tepuk tangan terdengar memekakkan telinga.

Edward yang berdiri di sebelah pendeta menatap kearah Stefani sebelum dia melirik kearah lain dan terdiam mematung.

Cedric yang melihat ekspresi Edward segera tersenyum tipis, dia kemudian berbalik dan melihat ada Lydia yang datang sembari membawa buket bunga pesanannya berdiri di pintu masuk aula pesta dengan wajah syok.

"Drama yang sangat bagus, sayang sekali Adel tidak melihatnya" ucap Cedric.

"Edward" panggil Antonio yang melihat sang anak malah mematung ketika Stefani sudah berada di depannya.

Edward tersadar, dia kemudian menunduk dan menatap Stefani yang tersenyum padanya. Edward segera mengambil alih kursi roda dari tangan ayah Stefani, dia sempat menoleh ke samping dan tidak menemukan Lydia di sana.

"Baiklah sekarang acara sakral yang ditunggu-tunggu, kedua mempelai silahkan mengucap janji suci kalian" ucap sang MC.

Cedric memberikan kode lewat jam ditangannya, saat janji suci sudah di ucapkan dan saatnya ciuman sebagai penutup tiba-tiba saja lampu mewah yang menggantung di belakang pendeta terjatuh dan listrik padam.

"Kyaaaaaaaaaaaaaa"

Para tamu mulai berteriak histeris dan berlarian kesana-kemari. Semua orang panik karena lampu di tengah aula juga terjatuh dan mengenai seorang wanita bersama suaminya.

Cedric berlari mundur kebelakang menerobos para tamu yang berlarian keluar. Dia lalu berlari ke sisi lain hotel tersebut dan masuk kedalam mobil.

"Tarik semua anggota pergi dari sana" ucap Cedric dan pria di sebelahnya mengangguk.

"Ayo kita harus segera pergi dari sini, karena kita sudah mendapatkan apa yang kita inginkan" lanjut Cedric yang melihat ada Edward di jok belakang mobil yang pingsan.

"Baik tuan"

Mobil hitam tersebut pergi meninggalkan area hotel melewati ambulan yang datang dan beberapa tamu undangan. Cedric sempat menengok ke dalam aula dimana ada Antonio yang tengah berteriak pada beberapa bodyguard. Cedric tersenyum tipis, bahkan lebih mudah dibanding yang ia bayangkan sebelumnya.

QUEEN OF TRANSMIGRATIONS Where stories live. Discover now