78. Tersiksa

96 7 3
                                    


ALTAIR memasuki rumah dengan lemas seperti orang yang tidak makan berhari-hari, Sangat berbeda dengan Altair yang biasa nya. Altair sudah lelah dengan semua nya, Altair pusing memikirkan jalan keluar yang apa yang harus ia ambil, selain itu Altair juga merasakan pusing dikepala nya, hingga membuat nya sedikit Ling lung.

Kanker yang diderita Altair semakin hari semakin parah, dan jika terus menerus begini Altair tidak yakin ia sanggup bertahan atau tidak.
Ia tidak bisa menyembunyikan ini terus menerus, Altair harus memberi tahu orang tua nya sekarang.

Ya, Altair tidak ingin mengulur waktu terlalu lama lagi.

"Baru pulang kamu" Seru Arland sambil menuruni anak tangga

Baru saja Altair ingin melangkah, tapi Papi nya sudah muncul lebih dulu "Papi mau kemana?" Tanya Altair melihat penampilan rapih Papi nya

"Papi mau ke kantor ada urusan mendadak" Jawab Arland yang diangguki Altair

"Kamu tumben ga berisik" Ucap Arland heran, biasa nya jika Altair pulang pasti anak itu akan berteriak heboh tapi ini tidak.

"Kamu lemes banget, muka kamu juga pucet, kamu ga papa?" Tanya Arland

"Gapapa Pi, tadi istirahat ga makan jadi lemes." Alibi Altair

Arland menatap Altair curiga, seperti ada yang aneh dalam diri anak nya itu. Altair terlihat berbeda dari biasa nya, tapi Arland berusaha untuk tidak berfikir macam-macam, karena anak nya yang satu itu memang ada saja tingkah nya.

"Oh iya, Mami mana?" Tanya Altair

"Mami ada dikamar Gamma, tadi adik kamu itu pingsan disekolah." Jelas Arland

"Kok bisa?"

"Biasa tadi maag nya kambuh, kamu liat aja Papi buru-buru."

"Papi pergi dulu" Ucap Arland yang diangguki Altair

"Hati-hati Pi" Seperti nya Altair akan memberitahu Mami nya terlebih dahulu tentang masalah ini, Karena Papi nya sedang sibuk saat ini.

Altair langsung menuju kamar Gamma untuk melihat keadaan nya.
Gamma itu memang punya penyakit maag yang sering kali kambuh jika tidak makan tepat waktu, Gamma itu sangat sulit makan, tidak seperti Altair. Bahkan jam makan nya pun kadang berantakan, jika bukan Marsha dan kedua orang tua nya yang mengingat kan.

Mengenai Marsha, gadis itu tadi mengantar Gamma ke rumah dan kembali lagi ke sekolah karena masih jam belajar, Gamma tidak memiliki tenaga lagi untuk mengikuti pelajaran berikut nya, jadi Gamma izin pulang lebih awal.

Altair sudah sampai didepan pintu kamar Gamma, namun langkah nya terhenti saat melihat Mami nya sedang mengusap lembut kepala Gamma.

"Mami udah sering ingetin kamu buat makan tepat waktu Gamma, penyakit sekecil apapun tidak bisa kamu sepele kan." Ujar Rani

"Maaf Mi" Jawab Gamma

"Mami tau kamu ingin memberikan yang terbaik, tapi kamu juga harus inget kesehatan kamu. Mami ga mau anak Mami kenapa-kenapa, Mami paling takut kalau liat kamu atau Kakak kamu sakit" Ucap Rani membuat Gamma langsung diliputi rasa bersalah karena sudah membuat Mami nya khawatir

Gamma tidak hanya sakit karena telat makan tapi juga kecapean.
Mendekati ujian Nasional Gamma belajar dengan begitu keras, kadang sampai tidak ingat waktu, Gamma ingin memberikan nilai terbaik untuk kedua orang tua nya. Gamma ingin sekali membuat mereka bangga, meskipun Gamma sering mendapatkan juara dikelas nya, tapi hal itu tidak cukup membuat Gamma berpuas diri.

"Kamu dan kakak kamu adalah harta yang paling berharga buat Mami. Kalo kalian sakit Mami juga pasti sakit, Mami hanya terlalu takut kehilangan kalian."

NaurAltair (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang