🌈Bab 18 - Perpisahan🌈

109 20 2
                                    

Pergilah sejauh yang kamu mau.
Aku selalu menanti disini.
Meskipun rindu ini akan menyiksaku.

~Hujan Rinduku~

***

Keesokkan harinya, aku bersiap-siap pergi ke bandara, diantarkan sama Kak Aldo. Karena hari itu adalah hari kerja, kemacetan pun tidak dapat dihindari, sehingga membuatku sedikit terlambat.

Setibanya aku di bandara, aku tidak melihat keberadaan Fikri, yang kulihat hanyaIah Ibunya.

"Kemana Fikri, Tante?" tanyaku setelah sampai di sana.

"Fikri tadi pergi ke toilet."

Aku menyusulinya ke toilet dan menunggu diluar.

Setelah lama menunggu, dia akhirnya keluar dari toilet.

"Maaf ya, Fik, aku terlambat, soalnya tadi macet."sesalku.

"Tidak apa-apa, yang penting kamu datang." Dia tersenyum.

Dia menarik tanganku menghindar dari keramaian, dan mulai bicara, "Fa, aku minta maaf, karena aku nggak bisa membantumu melaksanakan misi terakhir kita. Aku percaya, kamu bisa melakukannya tanpa aku, lagian ada Kak Aldo. Aku nggak ingin lihat kamu menyerah." Jelasnya.

Aku tersenyum kearahnya walaupun aku belum sepenuhnya rela menerima kenyataan kalau dia benar-benar akan pergi.

Fikri menjelaskan rencana untuk misi terakhir kita, dia memberikan sepucuk surat ke tanganku.
"Fa, surat ini akan mewakili semua hal yang belum pernh aku sampaikan sama kamu."

Aku mengangguk, berusaha menahan air mataku yang siap meluncur.

"Ada satu syarat, kamu nggak boleh membuka surat ini, sebelum kamu berhasil melaksanakan misi terakhir kita. Kalau kamu benar-benar penasaran dengan isi surat itu, aku yakin kamu nggak akan menyerah untuk misi kita." jelasnya.

Aku hanya mengangguk mendengar ucapannya, karena akun enggak bisa berkata apa-apa lagi, semua yang ingin kukatakan tiba-tiba susah untuk ku ungkapkan. Jujur, hatiku sangat berat melepas kepergiannya.

Pengumuman dari karyawan bandara agar penumpang segera memasuki ruang tunggu, membuatku sudah sedikit ikhlas melepasnya pergi. Sebelum itu kugenggam tangannya sebagai tanda perpisahan terakhir.

"Aku pergi, ya! Aku akan selalu merindukanmu." ucapnya memandangku dalam.

Aku menangis deras mendengar kata-kata itu, "Aku juga akan selalu rindu."

"Syifa yang aku kenal sangat kuat dan tangguh." Ucapnya berusaha untuk menenangkanku, "Kita pasti bertemu lagi." ucapnya meyakinkanku.

"Jangan berjanji untuk sesuatu yang belum tentu bisa kamu tepati, Fik. Cukup aku yang percaya, jika kita berjodoh, kita pasti bertemu lagi. Aku menantikan saat-saat itu tiba." ucapku berderai air kesedihan yang teramat dalam.

Waktu kita sudah habis, Ibu Fikri sudah memanggil-memanggil kita segera kesana.

Di depan pintu masuk itu, Fikri kembali berpamitan pada Ibunya, pada Kak Aldo, dan juga padaku. Aku tidak mampu menahan air mata ini. Sehingga butiran-butiran bening jatuh membasahi pipiku. Begitu, pun dengan Ibunya yang tak kuasa menahan air mata.

Lambaian tangan darinya, membuatku sudah sedikit mengikhlaskan kepergiannya. Aku berpamitan pada Ibunya dan buru-buru mengajak Kak Aldo untuk masuk kedalam mobil. Aku enggak sanggup melihat dia pergi begitu saja, hatiku benar-benar terluka.

Di perjalanan, Kak Aldo terus saja melihat kearahku "Fa, kamu sama Fikri sudah pacaran?" tanyanya membuka pembicaraan.

"Nggak, Kak, dia memang sudah mengungkapkan perasaanya, tapi kita memilih untuk tidak pacaran. Dia memberiku surat." ucapku memperlihatkan surat yang diberikan Fikri tadi.

"Kamu bacalah suratnya."

"Nggak, Kak, dia memintaku membaca surat itu disaat aku berhasil menyelesaikan misi terakhir kita."

Kak Aldo memandangku sedih, "Kakak yakin, jarak nggak akan menghambat apapun, dek. Jika kalian berjodoh, pasti akan bertemu lagi diwaktu yang teoat."

"Ya, Kak, Syifa yakin dia pasti kembali."


Bersambung..

Ternyata Fikri benaran pergi, bukan hayalan dan mimpi penulis aja ternyata!

Nggak seru, dong! Justru inilah yang membuat penasaran!!

Semangat bacanya para reader.. Karna aku akan rajin update..

Hujan Rinduku (Keluarga, Cinta, dan Impian) ☑️Where stories live. Discover now