🌈Bab 26 - Pertemuan🌈

179 16 5
                                    

Hari ini kukatakan dalam hati dan doa, bahwa aku sudah mengubur namamu jadi kenangan. ku ikhlaskan kau dengan bismillah. Dengan segala kemungkinan yang telah kupasrahkan kepadaNya.

~Hujan Rinduku~

***

Duduk di Cafe jadi kebiasaanku sambil mengetik naskah setelah pulang ke rumah untuk menikmati weekend. Karna kalau sambil kuliah melanjutkan naskah ini pasti enggak akan fokus, kalau di kampus bawaannya pasti teringat skripsi yang belum selesai-selesai, mangkanya kadang aku pulang ke rumah hanya untuk bisa mengetik dengan tenang.

"Syifa." Seseorang terdengar memanggil namaku.

"Dino?" Ternyata Dino, tadi katanya dia nggak pulang minggu ini, ternyata sudah disini aja.

"Aku tau kamu pasti disini, nulis novel lagi, kan?" Tebaknya seperti nada agak kesal.

"Iya, memang kenapa aku nulis novel? Ini hobiku, nggak ada yang bisa melarang. "

Dia menatapku, "nggak ada yang melarang. Maksudku, harusnya skripsi dulu yang di dahulukan, katanya mau cepat lulus.

Aku memandangnya kesal, " Ooh, sekarang aku paham!"

"Kenapa?" Tanyanya.

"Kamu, kan yang maksa Mama kamu untuk pertunangan kita dipercepat?"

"Nggak, itu semua idenya orang tua kita. Aku paham, kamu mau selesaikan kuliah, aku juga mau selesaikan kuliah dulu."

"Ya, harusnya kamu kasi pengertian ke Mama kamu."

"Iya, nanti aku coba bilang ke Mama. Mangkanya jangan bikin novel terus. Sini aku bantu."

"Aku lelah. Di kampus bikin skripsi, di kosan bikin skripsi, masa saat bisa pulang untuk refresing sebentar harus bikin skripsi lagi. Otak bisa-bisa jadi stress.

Dia hanya diam memandangku.

"Sekarang aku ingin fokus dulu sama naskahku."

"Tapi skripsi jangan sampai dihiraukan."

"Enggak, kamu tenang saja!"

"Ya, sudah, karna kamu kelihatan serius sekali, aku pulang saja. Nanti kalau butuh bantuan perihal skripsi, kamu hubunggi aku."

"Oke, makasi!" Ucapku masih terus memandang ke layar laptop dan baru menyadari dia sudah hilang dari hadapanku. Sebenarnya Dino sangat baik, aku saja yang belum bisa membuka hati.

***

Sudah dua jam aku berada di Cafe dan waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB, perutku sudah dari tadi bunyi-bunyi menunjukkan tanda lapar, kayaknya aku harus pulang untuk makan siang, kalau makan disini enggak akan kenyang dan enggak nikmat juga. mendingan makan masakan Ibu yang selalu menggiurkan selera, masa pulang seminggu sekali nggak makan masakan Ibu.

Aku menyimpan data tulisan tadi dan mematikan laptop, segera melangkah menuju parkiran. Baru beberapa langkah berjalan, aku melihat wajah seseorang yang tidak asing, itu mirip..., tapi nggak mungkin, dia, kan sedang diluar kota.

Hujan Rinduku (Keluarga, Cinta, dan Impian) ☑️Where stories live. Discover now