🌈Bab 20 - Misi Terakhir🌈

118 24 2
                                    

Satu-satunya harapanku kenapa terus berharap, karena aku merasa berhak merebut sesuatu yang harusnya jadi milikku. Selama masih ada kesempatan untuk melangkah, kenapa tidak terus saja melangkah, sampai situasi mulai lelah dengan proses kita, dan memenangkan kita.

~Hujan Rinduku~

***

Dua hari setelah itu, Kak Aldo menelepon Kak Giselle, Kakakku itu menjelaskan cara kedua dalam misi kami. Kak Giselle menyetujui untuk terlibat dalam misi ini dan kami bersiap menjalankan misi itu.

***

Pagi itu, cuacanya cukup cerah. Kami datang ke rumah Ibu tempat misi itu di mulai.

Ibu belum berangkat ke kantor, sehingga rencana Kami punya harapan untuk bisa terlaksana.

Kak Nasya mengatakan pada Ibu, kalau kami akan berangkat ke Medan untuk ke rumah Nenek. Kak Aldo juga bilang, jika Ibu mau untuk berubah dan rujuk dengan Ayah, maka kami akan membatalkan rencana keberangkatan Kami.

Kami sudah mempersiapkan semua barang-barang.

Kak Giselle datang ke rumahku untuk membantu rencanaku ini, biar terlihat benar-benar nyata, "Hati-hati di jalan Om, Nasya, Aldo dan Syifa. Sebenarnya Giselle belum mengerti kenapa kalian bisa pergi! Ucap Kak Giselle bersandiwara.

Aku melihat Ibu menarik tangan Ayah menuju luar rumah, aku mengikuti mereka, "Maksud Kamu apa? Membawa pergi ketiga Anak-anakku? aku yang berhak atas mereka bukan kamu." Kesal Ibu dengan nada emosinya.

"Maaf, Sab! bukan aku yang membawa mereka pergi, tapi kamu yang melepaskan mereka dari genggaman kamu. Kamu harusnya mengerti, mereka ingin kamu berubah." Ucap Ayah dengan nada meninggi.

"Berubah apanya?" Tanya Ibu sepertinya belum mengerti.

"Mereka ingin kamu menguranggi kesibukkan Kamu di kantor, dan memberikan waktu sedikit saja untuk mereka, bisa?"

"Satu lagi, rujuklah denganku, enggak perlu naif, ikuti kata hati kamu dan keinginan Anak-anak." Sambung Ayah memberi solusi.

Teriakkan di dalam rumah, membuatku kaget dan kembali masuk. Kami bersiap-siap berangkat.

Kalimat yang sama kembali di ucapkan Kak Aldo untuk mengingatkan Ibu, "Ibu masih punya kesempatan untuk membatalkan kami pergi. Ibu bisa pilih dari dua syarat itu. Jika salah satunya Ibu setujui, kami akan batalkan keberangkatan Kami."

Aku tidak melihat reaksi Ibu, Ibu hanya seperti biasa, memandang kami begitu saja.

Karena kami belum juga mendengar sanggahan dari Ibu, kami berpamitan untuk pergi pada Ibu dan Kak Giselle.

***

Setelah Beberapa lama, Kak Giselle menelfonku, katanya, dia ingin kami mendengarkan jawaban Ibu.

"Tante." Ucap Kak Giselle di telfon, "Apa gunanya harta kita melimpah luas? Harta kita segunung? Tapi tidak ada keluarga disisi kita, tidak akan ada artinya, Tante."

"Giselle pernah baca kalimat ini, Harta karun yang paling berharga adalah keluarga. Giselle setuju, karena kebersamaan tidak dapat dibeli. Keluargalah yang melengkapi hidup kita yang kosong. Keluarga adalah orang pertama yang selalu ada di samping kita disaat kita terjatuh, di saat kita tidak mampu untuk bangkit." Kak Giselle Seperti berusaha bicara dari hati ke hati.

Hujan Rinduku (Keluarga, Cinta, dan Impian) ☑️Where stories live. Discover now