Chapter 30

21.1K 3.7K 1.1K
                                    

Halooo... siapa yang masih setia nunggu Luka Cantik update? 🙌🏻 Terima kasihh yaaa 😍

Mulmed: Love the Way You Lie - Eminem ft Rihanna

Cocok banget dengan lingkaran kisah utama di cerita ini. Mereka dua kepala yang sama keras, tetapi berusaha untuk disatukan. Akan Hot and Toxic babyy~ 🙈🙈


Happy Reading




Rafel menjauhi, tanpa sudi menoleh ke arah Aiyana lagi. Ia tidak terganggu sama sekali, sebab baginya terdengar amat mustahil bergantung pada seorang pembunuh yang telah membuatnya kehilangan ibunya. Sosok yang menghancurkan kehangatan keluarganya dan mengubah Ayahnya menjadi monster terkejam. Selamanya, Aiyana tidak akan pernah menjadi lebih. Gadis itu pasti masih mabuk, dia bercanda. Lucu—sekaligus menyedihkan. Omong kosong yang sangat menghibur.

Rafel memilih mengeluarkan ponsel, menghubungi Kayla dan menanyakan keadaannya—daripada memikirkan ucapan Aiyana yang tak masuk akal.

Sementara masih di tempat yang sama, Aiyana menatap kepergian Rafel dalam diam dan perasaan remuk-redam. Direndahkan untuk kesekian kali, tetapi tak banyak yang bisa ia lakukan. Ia tidak cukup berdaya melawan ketidak-adilan yang diciptakan semesta. Meringis, menertawakan ucapannya sendiri yang dilontarkan pada lelaki itu beberapa saat lalu. Entah berasal dari mana seluruh kepercayaan diri itu.

Membuatnya jatuh cinta...? Bagaimana caranya—ketika di hadapan Rafel adalah seorang Kayla?
Benar kata dia, terdengar seperti lelucon menggelikan.

Rafel sedang mengeluarkan ponsel dari saku celana, berbicara dengan seseorang di seberang telepon, tidak terkecoh oleh ucapannya yang barangkali di telinganya terdengar seperti basa-basi busuk. Sekadar angin lewat yang sulit untuk diterima akal sehat.

Kekehan kecil berubah jadi seringai tipis di bibir Aiyana, embusan napas dikeluarkan, membuang pandangan dari lelaki itu yang kian menjauh.

Aiyana memilih berbalik ke arah pintu lift yang tertutup, merapikan rambut dan penampilannya, sebaik mungkin menutupi bagaimana dirinya berantakan setelah diinjak-injak oleh sosok Rafel Hardyantara.

Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Ia akan mendapatkan hatinya, meninggalkannya seperti seonggok daging tak berguna—persis seperti yang dia lakukan padanya. Entah siapa yang akan paling terluka di akhir, tidak ada salahnya dicoba. Memang, luka seperti apa lagi yang belum pernah mampir di hidupnya? Ia hanya perlu mengikuti permainan Rafel. Tidak penting endingnya akan seperti apa.

"Nona Aiyana, Anda ... baik-baik saja?" Ajudan Rafel baru berani membuka suara ketika tuannya sudah berada jauh di ujung koridor. "Anda butuh bantuan?"

Sekali lagi Aiyana meraup oksigen sebanyak mungkin, sebelum berbalik dan tersenyum hangat padanya. "Ya, Pak, tentu saja aku baik-baik saja. Memang apa yang bisa terjadi pada si manusia pecicilan seperti Aiyana?"

Wajah beliau terlihat kaku, tapi gurat khawatir dari netranya tak cukup mampu untuk disembunyikan.

Aiyana menepuk pelan lengannya, mencairkan suasana. "Aku serius nggak apa-apa, Pak. Aku masih bisa bernapas dengan baik. Dia tidak mengambil kemampuan itu. Hanya sedikit cekikan, terlampau emosi seperti biasa. Tapi, semua baik-baik aja."

Beliau tidak banyak bicara, tetapi tatapannya tertuju serius pada leher Aiyana yang memerah bekas cekalan tangan lelaki itu.

Aiyana segera menutupi, "Nggak apa-apa, beneran. Ini nggak sakit sama sekali. Memang sempat membuatku pusing karena oksigen nggak mengalir baik ke otak, tapi cuma sebentar. Dia melepaskan setelahnya. Mungkin dia sadar kalau aku calon ibu dari anaknya. Dia masih membutuhkan rahimku."

Beautiful PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang