Chapter 31

18.4K 3.5K 811
                                    

Haloo... siapa yang masih menunggu Luka Cantik update? 🙌🏻


Happy Reading



Rafel membawa Aiyana ke dalam satu bangunan bergaya klasik eropa yang berada di Pusat Kota.
Sebuah butik elite yang telah direkomendasikan sekretarisnya sejak beberapa hari lalu, menjadi tujuannya sekarang setelah cukup melelahkan beradu argumen sejak pagi. Kini, keduanya sama-sama diam, tak ada satu patah kalimat lagi yang terlontar selepas bibir mereka berjauhan. Canggung, semuanya terasa asing walau kulit mereka saling bersentuhan. Aiyana begitu penurut, Rafel menyukai sisi ini—takluk akan apa pun yang diinginkannya. Tidak perlu ada keributan, sebab yang ia inginkan sekarang hanyalah menenggelamkan miliknya pada diri Aiyana lebih dalam.

Sial...

Sesekali Rafel akan melirik ke arahnya, sebelum melarikan pandangan lagi ke segala arah ketika Aiyana menyadarinya.

Dia terlihat cantik dengan rambut yang tidak terlalu rapi, bibir sedikit bengkak kemerahan, dan sepasang mata sayu jejak tangisan. Aneh memang. Tapi, Aiyana yang sedikit berantakan membuatnya bergairah.

Lengan Aiyana digenggam erat, tak dilepas sedikit pun sejak mereka turun dari mobil hingga sampai ke dalam di mana sambutan sopan didapat. Tidak ada penolakan, Aiyana mengikuti ke mana pun langkah kaki Rafel akan membawanya.

Sedetik, Aiyana melepaskan tangan Rafel—membuat lelaki itu segera menoleh panik. Tetapi tidak lama, wajahnya yang sempat menegang saat pegangannya dilepaskan secara sepihak, kembali berseri tatkala Aiyana menyatukan jemari mereka—balas menggenggamnya. Tersenyum tipis, Rafel mulai menegakkan kepalanya lagi dan memerhatikan sekeliling dengan hati lega dan tenang.

"Pak Rafel, mohon tunggu sebentar. Ibu Katerine sedang mengangkat panggilan telepon, dia segera turun ke bawah." Seorang Pramuniaga memberitahu, dibalas anggukan kecil. "Jika Anda butuh bantuan, kami siap melayani dulu."

"Tidak masalah. Saya akan melihat-lihat dulu koleksi terbaru Katerine."

"Jika tidak keberatan, saya akan mengantar Anda ke ruangan khusus dress yang baru diluncurkan minggu lalu. Barangkali kekasih Anda tertarik. Semuanya cantik sekali, bahkan di website kami stock-nya sudah tidak tersedia lagi. Ibu Katerine membuatnya terbatas agar lebih eksklusif."

Rafel mengiyakan dan mengikuti langkah Pramuniaga itu—mengenalkan satu per satu pada koleksi terbaru butik yang terlihat elegan dan mewah. Biasanya, Aiyana hanya melihat model gaun seperti ini di layar televisi saja. Benar-benar indah.

"Ini butik milik temanku. Dia salah satu perancang terbaik di Jakarta. Perusahaanku sering menggunakan jasanya untuk kebutuhan syuting ataupun pesta." Rafel menjelaskan, sambil memerhatikan beberapa gaun malam yang terpajang. "Sepertinya gaun yang itu bagus. Bagaimana menurutmu, Ai?"

Aiyana mendekati, menyentuh dengan hati-hati permukaan gaun one piece off shoulder berwarna silver yang menjuntai sampai bawah.

"Ya, cantik sekali." Ia mengamati, mengagumi. "Berapa harganya?"

Pramuniaga itu tersenyum, meski kernyitan samar tercipta. "Sekitar sembilan belas juta, Nona."

"A—apa...?" Aiyana tersenyum masam, ia memundurkan langkah, terkejut mendengar harganya. "Apa gaun ini terbuat dari serpihan emas? Ya ampun..."

"Saya ambil ini," kata Rafel tanpa berpikir dua kali. "Ada lagi, sayang?"

Aiyana menahan tangan pramuniaga itu agar tidak langsung mengambil, ia menoleh ke arah Rafel, memastikan. "Tidak perlu. Terlalu merepotkanmu. Harganya tidak masuk akal."

Beautiful PainWhere stories live. Discover now