Btw cerita orang tua Khaira udah satu tahun lebih tiga hari lhoh, wkwkw
Sebelum baca, kalian umur berapa?
Kelas berapa?
Sekolah apa? Mts? Ma?
Ada yang mondok? Berapa lama?
Inisial nama mas crush kalian siapa?
Spam next yaaau
Happy reading
Oh yeah, harusnya tuh tadi malam aku up nya, tapi karena ada sesuatu bisanya hari ini..
Khaira hari ini melaksanakan piket ndalem. Ia pagi-pagi sudah berada di dapur ndalem. Mulai membuatkan minuman untuk keluarga ndalem. "Mbak Ira," panggil teman piketnya, sebut saja Nesa.
"Kenapa, Mbak?" sahut Khaira.
"Katanya, nanti ada kedatangan santriwati baru lhoh, Mbak. Sudah tahu tho?" ujar Nesa sembari mengaduk masakannya.
Khaira menggelengkan kepalanya. "Ndak tahu aku malahan."
"Cantik, Mbak, katanya sama dia tuh putri seorang Kiai." Sebenarnya Khaira malas menyahutinya, tapi untuk menghargai dan agar tak canggung.
"Mbak Nesa kok ya tahu semuanya tho, sampean kenal tho, Mbak?" tanya Khaira. Nesa terkekeh pelan.
"Bukan kenal sih, Mbak. Kata teman-teman tadi."
"Ya sudah lah, Mbak. Kita lihat aja nanti orangnya bagaimana," balas Khaira tersenyum tipis. Ia mulai mengupas bawang.
"Tapi dia bar-bar orangnya, Mbak, harus hati-hati kalau bicara sama dia nanti," ujar Naira lagi.
Khaira mengangguk. "Kalau gitu, aku antar minuman ini ya, kamu iris bawangnya." Khaira langsung meraih satu nampan berisi tiga minuman.
Khaira berjalan ke ruang tengah. Yang sudah ada Ning Anis dan juga lelaki kemarin, yang di panggil 'Yan' itu. Jangan lupa ada Gus kecil itu, Fian.
"Bik, boleh enggak nanti aku bawa Fian keluar bentar," ujar Gus Rayyan pada Ning Anis. Fian yang di sebut namanya mulanya duduk di samping umminya langsung pindah ke samping Gus Rayyan.
Dengan senyum lebar menatap Gus Rayyan, Fian bertanya, "Mas Yan mau aja Fian ke mana?" Seketika Gus Rayyan menatap sepupu nya itu sinis.
"Bocil kepo!" balas Gus Rayyan.
"Hehe, Mas Yan, Fian mau tanya kemarin lupa. Cobil fefeb tuh apaan sih Mas. Teman-teman Fian ngomongin itu terus tau, katanya bagus gitu jadi cobil fefeb."
Gus Rayyan mengerutkan keningnya tidak paham. "Apaansih, Cil?"
"Lha mana saya tahu, kan Fian tanya sama Mas Yan," balas Fian yang membuat Gus Rayyan sedikit emosi. Syukur aja masih ada Ning Anis, kalau tidak Fian sudah kena kekep oleh Gus Rayyan.
"Bocil sekarang, makin meresahkan ya, Bik," ujar Gus Rayyan pada Ning Anis dan langsung mendapat geplakan.
"Assalamualaikum, Ning. Ini minumannya," ujar Khaira sembari meletakkan tiga cangkir itu ke atas meja. Jangan lupakan tatapan dari Gus Rayyan yang melihat Khaira tanpa kedip. Sama seperti dulu saat pertama kali jumpa.
.
.
."Aduh, lu kalau jalan pakai mata dong, maen tabrak aja," ujar seorang perempuan dengan gamis panjang dan jilbab yang ia tali di leher.
Khaira yang membawa minuman untuk Kiainya, tak sengaja menabrak perempuan itu. "Maaf ya, Mbak. Koreksi dikit, jalan itu pakai kaki baru kalau lihat pakai mata. Dan untuk masalah saya menabrak Mbak, itu bukan salah saya, Mbaknya aja, enggak lihat jalan." Perempuan itu seketika mendelik tak terima.
"Lu tuh siapa sih, berani-beraninya sama gua. Lu enggak tahu siapa gua?" tanyanya nyolot.
"Enggak," jawab Khaira langsung. "Meskipun saya enggak salah, saya akan tetap minta maaf. Maaf, dan saya permisi,"lanjut Khaira langsung berbalik ke dapur, untuk membuatkan minuman lagi.
"Gara-gara lu, rok gua basah."
"Lhoh, kok balik lagi, Mbak, kenapa?" tanya Nesa.
"Di depan, enggak sengaja nabrak orang, tumpah deh," balas Khaira malas. Jengah mengingat kejadian tadi.
"Oh sini, biar aku yang buatin, Mbak Ira yang goreng ikannya, aku takut kecipratan sama minyak panasnya. Jadi Mbak saja yang goreng." Khaira menatap Nesa tak biasa.
"Heh, mana bisa gitu," ujar Khaira merasa tak setuju.
"Sakit tau, Mbak, kena minyak panas," balas Nesa.
"Ya, sudah sana," pasrah Khaira. Ia mulai menggantikan pekerjaan Nesa, begitupun sebaliknya.
Nesa yang telah selesai membuat minuman baru, langsung saja mengantarnya. Tersisalah Khaira yang tengah membalik ikan gorengnya.
"Mbak, tolong buatkan saya teh ya," ucap Gus Rayyan dari belakang Khaira, ya masih dalam jarak yang aman. Suara Gus Rayyan membuatnya sedikit terkejut. Alhasil ia membalik ikannya dengan sedikit kasar, dan membuatnya kecipratan minyak panas.
"Aduh," rintuhnya sembari mengibas-ibaskan tangannya. Ia segera mencuci tangannya itu.
"Eh, aduh, gimana ya, maaf ya Mbak, enggak sengaja," ujar Gus Rayyan merasa tak enak. Khaira terkena cipratan minyak itu karena suaranya.
"Eh, enggak papa, Gus. Enggak sakit kok, Gusnya ingin di buatkan minum kan, sebentar ya, saya buatkan." Gus Rayyan menggangguk. Suasana canggung, apalagi Khaira harus memasak air untuk minum. Menambah waktu untuk keduanya saling terdiam.
"Khatam mau lanjut kemana, Mbak?" tanya Gus Rayyan sembari memainkan ponselnya. Ya hanya scroll-scroll tidak jelas. Biar di kata orang yang sibuk.
"Belum tahu, Gus," jawab Khaira sopan. Ia mematikan kompor lalu menuangkan air itu pada gelas, dan menyerahkan pada Gus Rayyan.
"Yo tapi mesti ono rencana tho. Opo langsung rabi," ujar Gus Rayyan dengan kekehan. Seketika bibirnya berubah datar ketika menyadari sesuatu. Ia tak tahu perempuan di dalamnya tahu dengan kalimat yang di ucapkannya itu. "Jowo tho, Mbak. Jadi paham sama yang saya jelaskan kan?" tanya Gus Rayyan selanjutnya.
Khaira mengangguk seraya, mengangguk kecil, dan menjawab, "Nggih, Gus. Tiyang Jawi."
"Alhamdulillah paham sama bahasa saya."
"Nggih." Akhirnya Khaira telah selesai membuatkan minum untuk Gus Rayyan, ia segera menyerahkannya. "Ini, Gus."
Gus Rayyan menerimanya, dan langsung pamit. Tak lama setelah Gus Rayyan pergi, Nesa telah kembali. "Mbak tadi yang sampean tabrak kayaknya Ning Nindi deh," ujar Nesa.
"Nindi siapa?"
"Itu putri Kiai Sahal sama Nyai Mahfudzoh." Khaira mengerutkan keningnya.
"Enggak kenal lha, Mbak. Mau siapa pun itu, dia enggak sopan. Apalagi dia itu putri seorang Kiai, tak sepatutnya ia bersikap seperti itu."
"Tapi dia cuma anak angkat sih, Mbak."
Khaira malas menanggapi. "Mbak Ira enggak tahu kan, makanya Mbak bergaul dikit gitu sama Ning-ning luar. Paling enggak ikuti lah akun Instagramnya."
"Malas aku, Mbak."
"Haha, Instagramnya Mbak Ira apa emang. Sini kasih tahu, biar tak ikutin lumayan lah diikuti sama followersnya yang mau satu ribu," ujar Nesa sedikit sombong. Meskipun Nesa itu orangnya baik, tapi ia memiliki sifat sombong.
"Follow aja, nanti tak follback, Khaira.ra, namanya."
"Sip Mbak, nanti kalau aku di sambangi nanti Instagramnya tak follow."
.
.
.See u next part frnd
Selalu tunggu cerita ini ya.
Ajak temen, keluarga dan sahabat untuk baca cerita ini biar rame, wkwk.
Terimakasih.
240921

ESTÁS LEYENDO
Ning Khaira
Romance{Spiritual-Romance} Sequel Untukmu Imamku Menikah muda, satu kata yang tak pernah Khaira bayangkan sebelumnya. Ia ingin menuntut ilmu setinggi mungkin sebelum ia menikah nanti. Tapi harapannya pupus saat seorang lelaki datang beserta kedua orang tua...