28. Tentang sleepcall

8.8K 1.1K 150
                                    

Keduanya sudah selesai membersihkan dirinya. Dan sekarang tengah duduk di atas ranjang sembari berpelukan, dengan Fathan bersandar di kepala ranjang dan Khaira di dada suaminya. 

*Gausah di bayangin,  entar pengen!

"Mas Fathan, waktu enggak ada Khaira,  malam waktu tidurnya Mas peluk siapa?" tanya Khaira dengan sedikit mendongakkan kepalanya menata suaminya dari bawah.

Tangan Fathan terus mengusap rambut Khaira. "Peluk guling,  Dek," jawabnya halus. Sangat nyaman jika terdengar di telinga.

"Mas Fathan kenapa sih suaranya halus banget?" tanya Khaira dengan mengerucutkan bibirnya.

Fathan menatap Khaira bingung. "Lhoh,  jadi Mas bicara sama kamu dengan mada membentak gitu?" tanya balik Fathan.

"Ya enggak juga sih, tapi kan ya.  Katanya teman pondok gini, Gus Ustadz suaranya lembut banget pasti kalau sleepcallan ceweknya betah, gitu masa," adu Khaira dengan bibir masih mengerucut, tak suka dengan mengingat kejadian itu.

"Sleepcallan apa coba?" tanya Fathan, ia tahu istrinya itu emang sangar minim bahasa inggris.

"Khaira emang enggak ngerti sih, terus waktu terjemahin sleep kan artinya tidur  terus call kan artinya telponan.  Jadinya teleponan tidur, gitu?" ucap Khaira heran.

"Lho menurutmu apa?" tanya Fathan.

"Telponan waktu tidur. Jadinya waktu telponan itu enggak ngomong apa-apa kan orangnya pada tidur, iya gitu kali."

Seketika Fathan terkekeh karenanya. "Gini, sleepcall yaitu, telponan sampai orangnya pada tidur."

"Ooo,  jadi telponnya masih terhubung sampai pagi, kan enggak ada yang matiin," ucap Khaira mengangguk paham. "Terus kalau sinyalnya jelek gimana, Mas? Mati sendiri gutu?"

"Ya enggak tahu, Mas kan enggak pernah sleepcallan."

"Eh iya ya, yaudah kita coba aja, Mas," ujar Khaira dengan sangat antusias. "Biar kita pernah ngerasain gimana rasanya sleepcall."

"Kita dekatan, Sayang.  Mana bisa sleepcall," balas Fathan jengah, bagaimana bisa satu rumah, bahkan satu ruangan bisa sleepcallan.

"Masnya pindah ke kamar tamu aja, terus kita sleepcall." Fathan mengusap wajahnya gusar. 

"Hm,  buat apasih sleepcall. Orang deketan mah tinggal ngomong langsung, buat apa susah-susah jadiin ponsel perantaranya, orang lain pada sleepcall karena enggak bisa berbicara langsung pada pasangannya, lha kalo kita kan bisa bicara langsung, kenapa mau sleepcall coba." Fathan memegang tangan Khaira.

"Dek ..." panggil Fathan, sangat halus terdengar. "Percayalah, banyak yang iri dengan kita karena bisa berbicara langsung, tanpa harus ada ponsel jadi perantaranya."

Khaira tak menyahuti,  karena benar apa yang di katakan suaminya. "Kamu paham kan apa yang Mas maksud, hm?"

"Iya paham."

"Yaudah tidur, besok sekolah." Fathan menepuk bantal belakang Khaira.

Khaira mengangguk, lalu menatap Fathan ketika sadar akan ucapan yang di lontarkan suaminya.  "Lhoh kok sekolah!" protesnya.

"Gitu kamu tadi ngangguk doang," bela Fathan.

"Ya kan belum nyadar, Mas."

"Iya-iya,  udah tidur, udah malam," ucap Fathan mengecup kening istrinya.

"Menikah itu ladang pahala, tapi kenapa masih ada yang enggak mau menikah tapi malah memilih pacaran?" tanya Khaira.

Menikah berpegangan tangan aja pahala,  lhah pacaran kan sebaliknya, dapat dosa. Jadi kalau udah ada orang yang tepat, gas aja langsung nikah. Karena ibadah paling lama ada menikah.

Ning KhairaWhere stories live. Discover now