II. The Monster

352 42 6
                                    

Hal pertama yang Isla lihat ketika membuka mata adalah lukisan burung merak putih yang tertempel di dinding. Ini jelas bukan apartemen ataupun kamarnya, Isla bukan tipikal manusia yang menyukai karya seni lukis. Ini juga bukan apartemen Yuqi karena apartemen sahabatnya itu terlampau kecil untuk memajang lukisan sebesar ini.

Isla menepuk-nepuk kepalanya yang terasa nyeri. Ia menyadari bahwa dirinya dibekap sampai pingsan dan terbangun di sebuah kamar yang besar, kelewat besar malah, serta monokrom dan minimalis. Pasti rumah orang kaya. Pintu terbuka dan seorang laki-laki bertubuh ramping mendekati tempat tidur Isla. Ia menatap Isla sejenak lalu tersenyum.

"Sudah bangun rupanya." Ia mengeluarkan ponsel dan mengetikkan sesuatu di sana. "Kau tertidur cukup lama."

"Siapa kau?"

"Namaku Wooyoung dan aku yang akan mengurusmu selama beberapa hari."

Isla mendecih, "Beberapa hari? Memangnya apa yang akan kau lakukan padaku?"

"Tidak ada," Wooyoung menyelesaikan ketikan diponselnya, "Tetapi ia pasti mempunyai alasan yang bagus terhadap dirimu."

Lalu Wooyoung melangkah pergi, meninggalkan Isla yang kebingungan dengan situasi saat ini. Apakah dirinya akan dijadikan kelinci percobaan? Atau dibunuh seperti pria didekat bak sampah?

Benar, pasti itu alasannya. Isla diculik karena menjadi saksi mata atas pembunuhan yang terjadi di belakang bar. Walaupun Wooyoung tidak terlihat seperti seorang algojo, namun Isla yakin pria itu ada sangkut pautnya dengan hal ini.

Isla melempar selimut yang membalut tubuhnya lalu berlari keluar dari kamar mewah itu. Ia menyadari bahwa rumah ini sangat besar dan Isla terjebak di lantai dua. Dengan tergesa-gesa, Isla menuruni anak tangga dan menemukan Wooyoung sedang duduk disofa.

"WOOYOUNG!"

Pemuda itu berjengit dan melotot ketika Isla mendatanginya dengan langkah lebar. Wooyoung belum sempat menghindar karena Isla sudah lebih dulu mencengkram kerah bajunya.

"Katakan padaku, ini semua ada hubungannya dengan pembunuhan di belakang bar kan?!"

"L-Lepas... tolong.."

"Tidak sebelum kau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi!" Isla mencengkram kerah Wooyoung semakin kuat, "Siapa yang kau sebut dengan ia? Apakah bosmu? Atau dia yang membunuh pria malang itu?"

Wooyoung menepuk lengan Isla agar melepaskannya namun Isla tidak menurut.

"Katakan Wooyoung, di mana ia sekarang?!"

"Aku disini."

Isla melepaskan cengkraman pada kerah Wooyoung, membuat lelaki itu terbatuk-batuk lalu segera menyingkir dari sana. Isla berbalik, menatap lelaki bertubuh tegap dengan mata setajam elang. Oke, itu berlebihan. Tapi tatapannya benar-benar mengintimidasi.

"Yoon Isla, jangan lakukan itu lagi pada asistenku."

Sudah Isla duga bahwa Wooyoung merupakan kaki tangan.

"Bagaimana kau mengetahui namaku?"

"Aku tahu semua hal tentangmu," Lelaki itu maju tiga langkah sampai ujung sepatunya menyentuh boots milik Isla, "Dan aku tidak akan melepasmu begitu saja."

"Karena aku merupakan seorang saksi mata?"

Ia tersenyum, "Benar."

"Aku tidak akan memberitahu siapapun. Aku berjanji."

"Yukhei bilang kau jujur, tapi aku tahu kau sedang berpura-pura."

Pria ini benar-benar tahu segalanya. Isla menggeram, "Kenapa kau membunuhnya?"

THE VICIOUS ONE // Song Mingi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang