VII. His Secret

258 23 2
                                    

Mingi mengizinkan Isla untuk pulang dalam artian tidak menjadi tawanannya lagi dan Isla berjanji tidak akan memberitahu siapapun tentang pembunuhan itu, memang lebih baik tidak ada yang tahu.

Isla tidak perlu berkemas karena ia tidak membawa apapun dan malam ini merupakan malam terakhirnya berada di rumah Mingi. Sesudah mereka berpelukan di dapur, Mingi berkata bahwa ia akan mengantar gadis itu pulang besok. Terlalu mendadak, tetapi Mingi tahu ini yang terbaik.

Pria itu meninggalkan Isla sendirian di dapur. Isla rasa, ia tidak akan bisa tidur malam ini. Jadi, Isla perlu menyelidiki satu hal. Kamar berpintu abu-abu. Setelah mengendap-endap agar tidak membuat keributan, Isla mendapati dirinya telah sampai di depan kamar itu. Ia sempat ragu karena Isla masih teringat dengan perintah yang Wooyoung berikan.

Tetapi, bukankah peraturan dibuat untuk dilanggar?

Menuruti otak lancangnya, Isla memutar kenop pintu tersebut dengan sangat pelan. Benar dugaannya, kamar ini tidak dikunci. Isla buru-buru masuk ke dalam lalu menutup pintu serta menyalakan lampu. Ia sempat berpikir kamar ini merupakan tempat Mingi  mengeksekusi musuhnya.

Tapi Isla salah.

Kamar itu seperti kamar pada umumnya. Terdapat tempat tidur berukuran besar, nakas, sofa, dan meja kecil. Tetapi ada satu benda yang membuat Isla terkejut. Benda itu terletak di sudut ruangan, di samping meja kecil yang hampir usang, sedikit berdebu dan berwarna putih tulang. Sebuah boks bayi.

Isla mendekat dan menyadari terdapat bingkai foto di atas meja kecil tersebut. Bingkai foto itu menghadap ke bawah, seperti tak ingin dilihat lagi selama-lamanya. Rasa penasaran Isla membuat ia membalik bingkai foto itu, ternyata sebuah potret keluarga. Seorang suami merangkul istrinya yang tengah menggendong bayi mungil dengan pita kecil di kepalanya. Mereka tersenyum, wanita cantik itu mengenakan gaun berenda dan sang suami memakai kemeja putih serta celana jeans. Suami itu adalah Song Mingi.

Pikiran Isla melayang pada percakapannya dengan Mingi tempo hari.

"Menikah?"

Mingi terdiam, ia mengaduk sisa serealnya dengan wajah sendu.

"Tidak berjalan lancar ya?" Tebak Isla.

"Tidak, maksudku, lupakan. Itu sudah sangat lama."

Lalu, Isla kembali teringat pada percakapannya dengan Wooyoung di perpustakaan.

"Kami sempat mengobrol kemarin dan ketika aku menyinggung tentang pernikahan, Mingi terlihat tidak nyaman. Apa yang terjadi?"

"Pernikahannya tidak berhasil."

Isla menaruh bingkai foto itu di meja pada posisi semula. Jemarinya mengusap permukaan boks bayi itu. Mereka terlihat bahagia, jadi apa yang membuat pernikahannya tidak berhasil? Kemana perginya wanita itu? Bagaimana dengan anaknya? Apakah istri Mingi membawanya? Isla tahu ini bukan urusannya namun ia tidak bisa pulang sebelum berbagai pertanyaan di dalam kepalanya terpecahkan.

Isla memilih untuk mencari tahu.

*****

"Apa yang kau lakukan di sana?"

Sial.

Isla tertangkap basah oleh Wooyoung ketika ia baru saja keluar dari kamar berpintu abu-abu tersebut. Wooyoung terdengar marah dan Isla tidak berani menatapnya.

"Isla, apa yang kau lakukan?!"

"Aku hanya... melihat." Benar kan yang Isla katakan? Ia hanya masuk untuk melihat karena penasaran.

"Kau lupa dengan perintahku? Kau dilarang untuk masuk ke sana!" Suara Wooyoung yang meninggi membuat Isla bergidik, ia tidak tahu Wooyoung bisa semarah ini. Beberapa saat kemudian, Mingi keluar dari kamarnya dengan wajah bingung.

THE VICIOUS ONE // Song Mingi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang