IV. Don't Go Yet

309 28 4
                                    

"Jadi, ceritakan apa saja yang kau lihat pada malam itu."

Siang ini, Isla dan Wooyoung duduk berhadapan d imeja makan. Asisten Mingi itu sedang menginterogasi Isla perihal kejadian di belakang bar malam itu.

"Kau ingin aku berkata jujur?"

Wooyoung mengangguk, "Aku akan menyetrum dirimu jika kau berbohong."

"Seekstrim itu?!"

"Bercanda."

Isla mendengus namun ia tetap akan mengatakan yang sejujurnya. Lagipula, kebohongan tidak diperlukan saat ini. "Aku sedang membuang sampah dan aku mendengar suara rintihan seseorang. Karena penasaran, aku memutuskan untuk mengintip dari balik bak sampah. Aku melihat dua orang berbadan besar seperti algojo dengan seorang laki-laki yang memakai jas dan sepatu pantofel. Laki-laki itu terbaring di tanah dengan darah di wajahnya dan ia tidak bersuara lagi."

Wooyoung mengangguk-angguk sambil mencatat sesuatu di buku.

"Lalu, ketika aku hendak pergi, seseorang membekap wajahku dan aku terbangun di rumah ini."

"Hanya itu?"

Isla mengangguk, "Hanya itu."

"Baiklah, terima kasih atas kejujuranmu, Isla. Tugasku sudah selesai dan sisanya terserah Mingi ingin melakukan apa padamu." Wooyoung berdiri dan hendak meninggalkannya tetapi Isla berkata.

"Ia sudah mati, benar kan?"

"Benar."

"Siapa dia? Dan kenapa dia dibunuh?"

Wooyoung menepuk-nepuk celana kainnya yang sedikit kusut, "Aku tidak berhak menjawabnya dan kau tidak berhak mengetahuinya."

"Kalau begitu, kau tidak berhak mengurungku."

Lelaki itu menghela napas panjang, memang perlu tenaga ekstra untuk menghadapi Isla, "Tanyakan saja pada Mingi."

Kemudian Wooyoung pergi sambil membawa buku catatannya.

*****

Sudah berulang kali Isla mengatakan rumah ini besar dan rasanya ia harus mengatakannya lagi. Terlepas dari pekerjaan kotornya yaitu membunuh seseorang, Mingi adalah orang yang sangat kaya. Rumah ini punya banyak ruangan seperti gym dan bioskop pribadi. Isla jadi berandai-andai butuh berapa lama untuk dirinya bisa bekerja di Red Dragon agar suatu hari bisa membeli rumah semewah ini.

Wooyoung memperbolehkan Isla untuk berkeliling asal gadis itu tidak mengacak-acak apapun. Isla menurut dan berkat kemampuan menjelajahnya, ia menemukan perpustakaan minimalis yang amat modern. Isla tak bisa menggambarkan betapa senang dirinya sekarang.

"Hai."

Isla mendongak dari novel yang dibacanya dan menemukan Wooyoung datang sambil tersenyum dengan sepiring buah-buahan di tangannya.

"Untukmu, membaca juga memerlukan energi."

Isla menerimanya dengan senang hati, "Aku benar-benar dimanja di sini."

Wooyoung terkekeh, "Benar, kau pasti tidak merasa seperti seorang tawanan."

Gadis itu mengangguk dan mulai mengunyah apel digenggamannya, "Jadi begini keseharianmu?"

"Tidak, kebetulan aku disuruh Mingi untuk mengawasimu. Biasanya aku akan ikut Mingi ke kantor."

"Kantor?"

"Ya, kantor. Kau tahu FoxesInc? Perusahaan yang berfokus pada mobile apps? Itu adalah milik Mingi."

Isla terkekeh diantara kunyahan apelnya, "Mingi memang terobsesi dengan hewan rupanya."

THE VICIOUS ONE // Song Mingi ✔Where stories live. Discover now